Kitaharus berusaha keras dan menemukan tanaman “liar” yang tumbuh liar - semua varietas nanas yang dibudidayakan tidak membuahkan hasil. Apakah mungkin menanam nanas di rumah Setelah mempelajari cara menanam nanas di rumah, Anda dapat dengan mudah mengatasi proses yang panjang ini, tetapi tidak sulit, terutama jika Anda memiliki pengalaman
Concrete is a material that is widely used and is a major element in buildings. The use of fiber in the mixture of concrete has been done long enough, but because its availability is declining, then developed various kinds of concrete mix design experiments, one of them is the use of water hyacinth fiber as an additional material. This research will be conducted in accordance with Indonesian Standard SK SNI and foreign standard ASTM. The test object consists of a cylindrical test with the diameter of 15 cm and a height of 30 cm, and it is developed to 4 mixture variations with the amount of 2%, 4%, 6%, 8%, of total cement. The mechanical properties of concrete is being tested include concrete compressive strength. Itis tested at the age of 7 days, and then converted at 28 days, using test objects mixed with different fiber variations. The results of the test are compressive strength test with 2% variation is 7,54MPa, compressive strength testwith 4% variation is 6,74 Mpa, compressive strength with 6% variation is 4,58 Mpa, compressive strength with 8% variation is MPa. Maximum concrete compressive strength occurs in 2% fiber mixture, while the minimum concrete compressive strength occurs in 8%. From these results, it can be concluded that the addition of water hyacinth fiber to the mixture for low quality concrete has not been able to increase its compressive strength. Keywords Fiber, Water Hyacinth, Concrete Compressive Strength. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free UkaRsT TAHUN 2018 p ISSN 2579-4620 e ISSN 2581-0855 PENGARUH PENAMBAHAN SERAT ALAMI ECENG GONDOK TERHADAP KUAT TEKAN BETON BERKUALITAS RENDAH Nur Affandy 1; Zulkifli Lubis 2 1,2 Fakultas Teknik Universitas Islam Lamonganemail nurazizahpsts djoelslubispsts Abstract This research will be conducted in accordance with Indonesian Standard SK SNI and foreign standard ASTM. The test object consists of a cylindrical test with the diameter of 15 cm and a height of 30 cm, and it is developed to 4 mixture variations with the amount of 2%, 4%, 6%, 8%, of total cement. The mechanical properties of concrete is being tested include concrete compressive strength. Itis tested at the age of 7 days, and then converted at 28 days, using test objects mixed with different fiber variations. The results of the test are compressive strength test with 2% variation is 7,54MPa, compressive strength testwith 4% variation is 6,74 Mpa, compressive strength with 6% variation is 4,58 Mpa, compressive strength with 8% variation is MPa. Maximum concrete compressive strength occurs in 2% fiber mixture, while the minimum concrete compressive strength occurs in 8%. From these results, it can be concluded that the addition of water hyacinth fiber to the mixture for low quality concrete has not been able to increase its compressive strength. Keywords Fiber, Water Hyacinth, Concrete Compressive Strength. Abstrak Penelitian ini akan dilakukan sesuai dengan Standar SK Indonesia SNI dan standar asing ASTM. Benda uji terdiri dari uji silindris dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm, dan dikembangkan menjadi 4 variasi campuran dengan jumlah total semen 2%, 4%, 6%, 8%. Sifat mekanik beton sedang diuji termasuk kekuatan tekan beton. Itu diuji pada usia 7 hari, dan kemudian dikonversi pada 28 hari, menggunakan benda uji dicampur dengan variasi serat yang berbeda. Hasil pengujian adalah uji kuat tekan dengan variasi 2% adalah 7,54MPa, uji kuat tekan dengan variasi 4% adalah 6,74 Mpa, kuat tekan dengan variasi 6% 4,58 Mpa, kuat tekan dengan variasi 8% adalah 3,63 MPa. Kekuatan tekan beton maksimum terjadi pada campuran serat 2%, sedangkan kekuatan tekan beton minimum terjadi pada 8%. Dari hasil ini, dapat disimpulkan bahwa penambahan serat eceng gondok ke dalam campuran beton berkualitas rendah belum mampu meningkatkan kekuatan tekannya. Kata Kunci Serat, Eceng Gondok, Kekuatan Tekan Beton. 1. PENDAHULUAN Beton adalah campuran antara semen Portland atau semen hidrolik yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk massa padat, SNI-03-2847-2002. Beton merupakan bahan yang banyak digunakan dan menjadi unsur utama pada bangunan. Kelebihan beton antara lain memiliki kuat tekan yang tinggi dibanding kuat tariknya, mudah dibentuk, tidak memerlukan perawatan khusus, bahan yang mudah didapat dari alam sekitar, dan lebih awet dibandingkan bahan bangunan lain. Semakin banyak beton digunakan sebagai bahan penyusun struktur beton, maka mendorong sebuah bentuk penelitian untuk mengembangkan material cara pembuatan beton. Pemakaian serat dalam campuran beton sudah cukup lama dilakukan, namun karena ketersediaannya semakin menurun, maka UkaRsT TAHUN 2018 p ISSN 2579-4620 e ISSN 2581-0855 dikembangkan berbagai kreasi macam percobaan mixdesign beton, salah satunya adalah dengan penggunaan serat eceng gondok sebagai bahan tambahannya. Eceng gondok yang sudah menutupi sebagian besar wilayah perairan. Perkembangbiakan yang demikian cepat menyebabkan tanaman eceng gondok telah berubah menjadi tanaman gulma di beberapa wilayah perairan di Indonesia. Usaha untuk memberantas tanaman gulma air ini dinilai masih kurang baik dan efektif, karena tingkat pertumbuhannya masih lebih cepat dari pembuangannya. Banyak peneliti melaporkan bahwa eceng gondok dapat menyerap zat pencemar dalam air dan dapat dimanfaatkan untuk mengurangi beban pencemaran lingkungan. Tercatat bahwa dalam waktu 24 jam eceng gondok mampu menyerap logam Cd, Hg dan Ni sebesar 1,35 mg/g; 1,77 mg/g, dan 1,16 mg/g bila logam itu berada dalam keadaan tidak tercampur dan menyerap Cd 1,23 mg/g, 1,88 mg/g, dan Ni 0,35 mg/g berat kering apabila logam – logam itu berada dalam keadaan tercampur dengan logam lain dalam air Aningsih, 1991. Kandungan selulosa Cross and Bevan eceng gondok sebesar 64,51% dari berat total Joedodibroto, 1983. 2. METODE PENELITIAN Metode penelitian ini dilakukan dengan menggunakan cara eksperimen, pengujian dilaboratorium teknik universitas islam lamongan. Metode penelitian ini dilakukan dengan cara membandingkan kuat tekan beton tanpa bahan tambahan serat selulosa eceng gondok sebagai bahan penambah mix design beton. benda uji untuk penelitian ini menggunakan masing-masing benda uji sebanyak 3 benda uji. untuk campuran serat masing-masing 0%2%4%6%8% dengan menggunakan Menggunakan silider diameter 15 cm dengan tinggi 30 cm, dan beton akan diuji pada umur 7 hari, dan sesudah itu akan dilakukan perhitungan konversi beton untuk mengetahui kuat tekan beton pada umur 28 hari dan kemudian diambil datanya. Teknik pengumpulan data A. Eksperimen Eksperimen adalah suatu kegiatan bersifat ilmiah yang bertujuan memperoleh data berdasarkan hasil penelitian. B. Studi literatur Studi literatur adalah mencari data-data maupun informasi yang berkaitan dengan penelitian melalui membaca buku maupun internet sebagai sumber acuan dalam penelitian. Pelaksanaan penelitian A. Bahan Bahan-bahan yang akan digunakan dalam pembuatan benda uji adalah • Semen Portland • Agregat kasar UkaRsT TAHUN 2018 p ISSN 2579-4620 e ISSN 2581-0855 • kerikil • Agregat halus pasir • Serat alami eceng gondok • Air tawar B. Peralatan Peralatan yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah • Alat pencampur bahan - Concrete mixer - Sekop /sendok semen • Cetakan silinder beton • Mesin tekan hidrolis untuk menguji kuat tekan beton. Diagram Alir Penelitian UkaRsT TAHUN 2018 p ISSN 2579-4620 e ISSN 2581-0855 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Proses pengujian benda uji dlakukan dilaboratorium Teknik Sipil Universitas Islam Lamongan. Benda uji yang digunakan adalah silinder dengan ukuran tinggi 30 cm dan diameter 15 cm sebanyak 3 buah untuk setiap sample campuran beton kemudian diuji kuat tekan pada umur 7 hari, yang akan dikonversikan ke umur 28 hari . Diharapkan dengan penambahan serat alami eceng gondok terhadap campuran beton bisa menambah kuat tekan beton. berikut merupakan hasil pengujiannya. Hasil Uji Slump UkaRsT TAHUN 2018 p ISSN 2579-4620 e ISSN 2581-0855 Gambar 2. Hasil Slump Test Sumber Hasil Analisa, 2018 Berdasarkan data penelitian bahwa diperoleh nilai Slump dari beton tanpa campuran serat ecemg gondok sebesar 7 cm. dengan campuran 2%, serat didapat nilai 6,5 cm, campuran 4% didapat nilai 5,5 cm, campuran 6% didapatkan nilai 6 cm. dan pada campuran 8% didapat nilai 5 cm. dari keempat campuran beton diatas dapat disimpulkan bahwa nilai slump yang diperoleh dapat dianggap kurang baik, karena syarat nilai slump yang baik kisaran antara 8-12 cm. Grafik Kuat Tekan Tegangan Hancur 28 Hari Gambar 4. Grafik Kuat Tekan Tegangan Hancur Umur 28 Hari Sumber Hasil Analisa, 2018Dari grafik di atas diketahui nilai kuat tekan beton yang sudah dikonversi ke 28 hari. Tanpa serat Normal diperoleh nilai rata-rata sebesar 9,31 Mpa. campuran serat 2%, diperoleh rata- rata UkaRsT TAHUN 2018 p ISSN 2579-4620 e ISSN 2581-0855 7,54 Mpa, nilai ini menurun 19% jika dibanding non serat. campuran 4% diperoleh nilai rata-rata 6,74 Mpa, nilai ini menurun 28% jika dibanding dengan non serat. Campuran 6% diperoleh rata-rata 4,58 Mpa, nilai ini menurun 51% jika dibanding non serat. terakhir pada campuran 8% diperoleh nilai rata-rata 3,63 Mpa. Nilai ini menurun 61% jika dibanding dengan non serat. Grafik Hubungan Antara Penambahan Serat terhadap Kuat Tekan Beton Umur 28 Hari Gambar 3. Grafik Kuat Tekan Rata-Rata Umur 28 Hari Dengan Persamaan Regresi Sumber Hasil Analisa, 2018 Pada penulusuran model regresi penambahan serat selulosa eceng gondok terhadap kuat tekan umur 28 hari, diatas diplot dalam grafik dan garis regresi polynomial mulai order 2 sampai dengan order 4 yang dibuat dengan trendline. Titik-titik yang dibuat oleh regresi order 2 sampai dengan order 3 tampak berimpit dan nilai R2 order 2 dan 3 sama, dimana order 4 menunjukkan nilai R2=1. Penulusuran model regresi pengaruh penambahan serat selulosa eceng gondok terhadap kuat tekan beton. Dari hasil penelitian secara umum nilai uji kuat tekan mengalami penurunan pada setiap penambahan serat selulosa eceng gondok mulai variasi 2% sampai 8%. Tabel 1. Hasil Uji Model Kuat tekan umur 28 hari Terhadap % Penambahan Serat Alami Eceng Gondok UkaRsT TAHUN 2018 p ISSN 2579-4620 e ISSN 2581-0855 Dari hasil uji model regresi non linier diatas, dengan penambahan serat eceng gondok terhadap uji kuat tekan beton. hasil uji regresi polynomial mulai order 2 sampai dengan order 4 yang dibuat dengan trendline. Titik-titik yang dibuat oleh regresi order 2 diperoleh R2= Order 3 diperoleh R2= sampai pada order 4 menunjukkan nilai R2=1. 4. KESIMPULAN dan SARAN Kesimpulan Pembuatan beton Telah diuji Di Laboratorium Fakultas Teknik Sipil Universitas Islam Lamongan UNISLA. dan setelah melalui tahap-tahap dari awal sampai akhir, menggunakan campuraan serat eceng gondok varian 2%,4%,6%,8% yang dicampur dalam komposisi beton dapat di tarik kesimpulan 1. Berdasarkan data dan analisa dari hasil pengujian di laboratorium, bahwa seratalami eceng gondok tidak dapat digunakan sebagai bahan tambah dalam mix design beton. Dikarenakan dengan penambahan serat eceng gondok akan mengakibatkan Memperlambat waktu ikat awal beton. Semakin besar prosentase penggunaan serat maka semakin lama waktu ikat awal yang terjadi. sehingga workability kemudahan dalam pembuatan beton segar semakin rendah. 2. Berdasarkan hasil penelitian uji kuat tekan yang telah dilakukan, beton campuran normal mencapai target kuat tekan rencana pada umur 28 hari. Kuat tekan tertinggi pada campuran serat eceng gondok 2%, yakni dengan kuat tekan 7,54 MPa, sedangkan kuat tekan minimum terdapat pada serat 8%, yakni 3,63 MPa. Dari data demikian dapat dikatakan bahwa semakin banyak penambahan serat eceng gondok yang digunakan sebagai bahan tambah mix design beton, nilai kuat tekan beton akan semakin menurun jika dibandingkan dengan tanpa menggunakan campuran serat. UkaRsT TAHUN 2018 p ISSN 2579-4620 e ISSN 2581-0855 Saran Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyadari masih banyak kekurangan pada penelitian ini, oleh karena itu hasil penelitian ini belum dapat dikatakan sempurna, namun demikian diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi mahasiswa/i dalam rangka pembelajaran. Ada beberapa hal yang dapat dipelajari pada penelitian ini dan dapat dilakukan lebih lanjut sebagai acuan atau masukan yang dapat berguna bagi mahasiswa/i atau peneliti lain dan bagi lembaga pendidikan perguruan tinggi, diantara nya adalah 1. mahasiswa/i harus sudah mengetahui kualitas bahan yang digunakan, mampu menghitung kebutuhan komposisi bahan yang digunakan, mengetahui cara menimbang yang ketelitiannya sesuai standart, dan mengetahui campuran komposisi yang benar agar dapat dihasilkan kuat tekan beton yang sesuai dengan yang diharapkan. 2. Serat eceng gondok yang memiliki daya serap tinggi mempengaruhi faktor air semen FAS maka dari itu saya menghimbau agar dilakukan beberapa modifikasi seperti penambahan bahan kimia superplasticizer untuk mengurangi FAS namun beton segar tetap workable untuk pengerjaannya dan dapat mengurangi kadar semen. REFERENSI [1] American Society for Testing Materials. Manual Book of ASTM Standards 2005 Concrete and Aggregate. Philadelphia, ASTM 2005. [2] Annual Book of ASTM Standards Volume “Concrete and Aggregates”, 2001. [3] Annual Book Of ASTM Standart,2002,ASTM C31 Practice For Making And Curing [4] Concrete Test Specimens In The Field,ASTM International,West Conshohocken,PA. [5] Aningsih,G, Eceng Gondok Dalam Mengubah Sifat Fisika Kimia Limbah Cair Pabrik Urea Dan Asam Thesis Magister Jurusan Biologi ITB [6] Anonim,1971,Peraturan Beton Bertulang Indonesia PBI-1971, Departemen Pekerjaan Umum Dan Tenaga Listrik,Bandung [7] Buku Pedoman Praktikum. Pemeriksaan Bahan Beton dan Mutu Beton,Depok Laboratorium Struktur dan Material Departemen Sipil,1998. [8] Joedodibroto, Pemanfaatan Eceng Gondok Dalam Industri Pulp Dan Maret [9] SNI 03-2834-2000, Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal. UkaRsT TAHUN 2018 p ISSN 2579-4620 e ISSN 2581-0855 Jakarta badan Standardisasi Nasional [10] SNI Portland Badan Standardisasi Nasional [11] SNI 1970-2008. Cara Uji Berat Jenis Dan Penyerapan Air Agregat Halus. Jakarta Badan Standardisasi Nasional [12] SNI Uji Standardisasi Nasional BSN. Jakarta. SNI 1974-2011 Cara Uji Kuat Tekan Beton Dengan Benda Uji Standardisai Nasional Indonesia BSN. Jakarta [13] Tjokrodimuljo, Beton KMTS FT UGM,Yogyakarta. [14] Anwar Hamid, D., As’ad, S., & Safitri, E. 2014. Pengaruh Penggunaan Agregat Daur Ulang Terhadap Kuat Tekan dan Modulus Elastisitas Beton Berkinerja Tinggi Grade 80. Matriks Teknik Sipil, 22, 43-49. [15] Bintang, A. P., Setyanto, S., & Adha, I. 2016. Studi Pengaruh Penambahan Bahan Additive TX-300 Terhadap Kuat Tekan Batu Bata Pasca Pembakaran. Jurnal Rekayasa Sipil dan Desain, 33, 381-390. [16] Nasution, S. 2009. Efek Komposisi Dan Aging Terhadap Sifat Mekanik Dan Fisis Pada Pembuatan Aerated Concrete Beton Berpori Master's thesis. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this Nasution09E01720 Telah dibuat beton ringan berpori dari campuran semen, pasir dan atau fly ash, CaCO3 dan menggunakan katalis aluminium. Pada pembuatan beton ringan berpori terdapat dua variabel penelitian, yaitu a. variasi komposisi bahan baku pasir - fly ash dan b. proses pengeringan dengan menggunakan autoclave bertekanan 1,5 bar dan secara alami konvensional. Variasi komposisi bahan baku pasir dan fly ash masing-masing dibuat 60 0, 50 10, 40 20, 30 30, 20 40, 10 50 dan 0 60 % berat. Pengeringan beton ringan berpori menggunakan autoclave bertekanan 1,5 bar, dibuat dengan variasi waktu 20, 40 dan 60 menit. Sedangkan variasi waktu pada pengeringan secara alami suhu kamar adalah 7, 14, 21 dan 28 hari. Adapun prosedur pembuatan beton ringan berpori adalah melalui tahapan penimbangan bahan baku, pencampuran, pencetakan, pengeringan dan pengerasan ageing serta pengujiannya. Besaran yang diuji meliputi densitas, penyerapan air, kuat tekan, kuat patah, penyusutan, konduktivitas termal, daya serap suara dan analisa mikrostruktur dengan menggunakan SEM dan XRD. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pada komposisi 50 % pasir dan 10 % fly ash, melalui proses pengeringan secara alami konvensional dengan waktu pengerasan selama 14 hari merupakan kondisi optimum. Pada kondisi ini, karakteristiknya adalah sebagai berikut densitas = 0,91 g/cm3, penyerapan air = 54 %, kuat tekan = 2,07 MPa, kuat patah = 1 MPa, penyusutan = 0,115 %, konduktivitas termal = 0,237 W/ tingkat penyerapan suara optimum sebesar 12,62 % pada frekuensi 125 Hz, fasa dominan quartz Q dan calcite C, serta ukuran pori sekitar 100 – 600 ?m. Pada proses pengeringan cepat menggunakan autoclave bertekanan 1,5 bar, kondisi optimum diperoleh dengan waktu pengerasan selama 40 menit, komposisi 30 % pasir dan 30 % fly ash. Pada kondisi ini menghasilkan karakteristik beton ringan berpori sebagai berikut densitas = 0,87 g/cm3, penyerapan air = 59,45%, kuat tekan = 4,33 MPa, kuat patah = 2,28 MPa, penyusutan = 0,012 %, konduktivitas termal = 0,314 W/ tingkat penyerapan optimum sebesar 39,17 % pada frekuensi 125 Hz, mempunyai fasa dominan quartz Q dan tobermorite T, serta ukuran pori sekitar 1 - 200 ?m. The aerated light weight concrete have been made from mixture of cement, sand and or fly ash, CaCO3 and aluminium catalyst. On the making of light weight aerated concrete, there are two observation variables, there are a. variation of raw sand - fly ash material composition and b. The drying process are autoclave pressure bar and naturally conventional. The variation of raw sand material composition and fly ash are 60 0, 50 10, 40 20, 30 30, 20 40, 10 50 and 0 60 % weight. The light weight aerated concrete that was dried using autoclave pressure bar, made with the variation time 20, 40 and 60 minute. While variations of natural drying time at room temperature are 7, 14, 21 and 28 days. The preparation procedures of light weight aerated concrete have several steps raw material compositioning, mixing, forming, drying, hardening ageing, and its characterization. The characterizations are density, water absorption, compressive strength, flexural strength, shrinkage, thermal conductivity, coefficient of sound absorption, and microstructural analysis using SEM and XRD. From the research that using naturally conventional with 14 days ageing time, shows that at the composition of 50 % sand and 10 % fly ash is the optimum condition. At that condition, the characteristic are density = g/cm3, water absorption = 54 %, compressive strength = MPa, flexural strength = 1 MPa, shrinkage = %, thermal conductivity = W / m. K, optimum coefficient of sound absorption = % at frequency of 125 Hz, and the dominant phases are quartz Q and calcite C, and have average pore size about 100 - 600 ?m. On the quick drying process condition that using autoclave at pressure bar, the optimum condition was obtained with ageing time during 40 minute, composition of 30 % sand and 30 % fly ash. At this condition, the aerated light weight concrete have the characteristics density = g/cm3, water absorption = %, compressive strength = MPa, flexural strength = MPa, shrinkage = %, thermal conductivity = W/m. K, optimum coefficient of sound absorption = % at frequency of 125 Hz, and the dominant phase are quartz Q and tobermorite T, and has average pore size about 1 - 200 ?m. Prof. Dr. Eddy Marlianto, Prof. Drs. Muhammad Syukur, MSASTM C31 Practice For Making And CuringAnnual Book Of ASTM Standart,2002,ASTM C31 Practice For Making And CuringKemampuan Eceng Gondok Dalam Mengubah Sifat Fisika Kimia Limbah Cair Pabrik Urea Dan Asam FormiatG AningsihAningsih,G, Eceng Gondok Dalam Mengubah Sifat Fisika Kimia Limbah Cair Pabrik Urea Dan Asam Thesis Magister Jurusan Biologi ITBPengaruh Penggunaan Agregat Daur Ulang Terhadap Kuat Tekan dan Modulus Elastisitas Beton Berkinerja Tinggi Grade 80Anwar HamidD As'adS SafitriAnwar Hamid, D., As'ad, S., & Safitri, E. 2014. Pengaruh Penggunaan Agregat Daur Ulang Terhadap Kuat Tekan dan Modulus Elastisitas Beton Berkinerja Tinggi Grade 80. Matriks Teknik Sipil, 22, Pengaruh Penambahan Bahan Additive TX-300 Terhadap Kuat Tekan Batu Bata Pasca PembakaranA P BintangS SetyantoI AdhaBintang, A. P., Setyanto, S., & Adha, I. 2016. Studi Pengaruh Penambahan Bahan Additive TX-300 Terhadap Kuat Tekan Batu Bata Pasca Pembakaran. Jurnal Rekayasa Sipil dan Desain, 33, 381-390.syifahamasatuzzakiah syifahamasatuzzakiah Jawaban Akar di rendam di lumpur yang yg mengandung airPenjelasan Tanaman eceng gondok tidak akan rusak atau membusuk jika akar2 ny selalu direndam dalam air ataupun berasa di dalam lumpur yg mengandung air yang benar adalah pencucian, krna apa ? emang kalau kaki anda kena tai lincung ga di cuci ga bsuk? ya di cuci lah , jawabnya pencucian kkasmi090-Waalaikumsalamm Yang bnr perendaman, Karena Enceng gondok mengapung di air/ terendam di dalam air yg bnr yg mana assalamualaikum kaka.