Anaknyamasih kecil berumur sekitar 1 tahun. Cerita Sex Mandi Bareng Dengan Bibi Cantik Suatu pagi aku kaget ketika seseorang membangunkanku dengan membawa segelas teh hangat, "Bangun. Males amat kamu disini biasanya kan sudah nyiramin taneman sama nyuci mobil" "Males ah, liburan masak suruh kerja juga." Namaku Hardi, usiaku 22 tahun , sudah bekerja di salah satu perusahaan 170. brt 65 kg, wajahku standar aja alias pasaran, tp cewek2 bnyak yg suka dengan parasku ini. Aku akan menceritakan awal kisah ini yang terjadi 2 tahun yang lalusampe sekarang masih berlanjut, saat usiaku 20 tahun. Aku 3 bersodara..kakakku perempuan sudah menikah dan sudah punya rumah sendiri, punya anak satu umur 5 tahun , masih TK, Kakakku umurnya selisih 3 tahun denganku, namanya mbak Yanti. Sedangkan adikku umur 14 tahun, juga perempuan ,SMP kelas 2, namanya wajahnya lumayan manis, tinggi sekitar 155cm, berat kira2 45 kg, pantat sudah mulai membentuk bulat indah, dan tampak kencang banget. Buah dada sudah nampak mulai tumbuh ranum-ranumnya, sering aku jadi curi2 pandang ke balik tanktop putihnya yang tanpa bra, saat dia mau ganti pakaian sepulang sekolah atau saat bersantai nonton tv. Kadang muncul dalam benakku keinginan untuk bisa meremas tetek adikku yg baru mekar itu, sungguh menggemaskan dan amat mengundang birahiku. Apalagi lingkaran coklat muda terlihat samar-samar dan putingnya yg menonjol kecil, nampak indah dan menggiurkan. Ku hanya bisa menelan ludah, untuk membasahi kerongkonganku yg mengering terbakar panas birahi yg tersembunyi. Adikku masih lugu, ngga merasa bahwa perubahan tubuhnya megundang birahi lelaki, walau pun itu aku, kakaknya sendiri. Aku pun heran, kenapa aku bisa suka pada saudara kandungku sendiri ? Aku tak mengerti kenapa ada rasa seperti ini terjadi ku bertanya dalam hati, " Kapan ya ada kesempatan aku bisa menikmati tubuh adikku ?""Pasti ada cara untuk itu, kamu pasti bisa! Kamu punya akal." bisik setan dalam otakku."Jangan kau lakukan itu. Itu dosa besar. Apalagi itu kan adik kandungmu sendiri!", sisi baikku mengingatkanku. Bisikan itu selalu datang silih berganti, tapi si otong kecilku ini tak bisa di ajak kompromi, dia begitu kelojotan ingin keluar dari persembunyiannya manakala pemandangan yg syur tampak lagi di depan mataku. Kala itu,aku tengah menikmati kopi panas sambil nonton film remaja pada sebuah stasiun tv swasta. Adikku yg baru datang sekolah langsung menyimpan tas di meja belajarnya dan terus membuka baju seragam SMP nya tanpa malu-malu di depanku, karena memang sudah terbiasa seperti itu. Mungkin juga karena tidak ada orang lain, selain keluarganya sendiri. Setelah menggantungkan bajunya, Titi begitu kami memanggilnya, dan atasannya hanya mengenakan tanktop, langsung rebahan di atas karpet merah jambu, sambil nonton tv."Judulnya apa, mas ?" tanya adikku tanpa melirik ke arahku, sambil membetulkan bantal untuk alas tidurnya."Gak tahu, mas aja baru nyetel." jawabku. Sambil mataku tak terlepas dari tonjolan dada adiku yg aduhai, terpampang depan mataku. Gundukan gunung kembarnya tampak naik turun, seiring tarikan nafasnya, makin membuat " otong " ku perlahan-lahan berdiri di balik celana dalamku. Kalau sudah begitu, hanya sabun mandi yg sering nuntasin permasalahan seperti ini. Rok Smp yg masih dikenakannya tersingkap menampakkan putih pahanya yg mulus dan berisi. Ingin sekali ku merabanya." asem juga ni anak, bikin aku konak." gerutuku dlm hati."Gak makan dulu Ti ?", tanyaku sambil mata tak lepas dari bukit kembarnya."Nanti aja lah belum lapar.", balasnya."Nanti masuk angin lho, jangan dibiasakan telat makan gitu.""Yang masuk angin tuh mas Har. Ngopi mulu tiap hari, bikin perut kembung tuh?", ledeknya sambil nyengir."Ehhh, ni anak sok tahu nih. Kucubit ntar baru nyaho luh.""Cubit aja, tapi jangan keras-keras.", jawabnya makin ngeledek."Gini!"sambil kucubit pipinya yg mulus tanpa bintik jerawat satupun tumbuh di pipinya."Aaooww! sakit tahu." katanya sambil bibirnya agak di manyunin berlagak marah."Habis mas gemes sama kamu, adik kakak yg paling imut-imut.""Yeyy, imut-imut apa amit-amit." katanya sambil tersipu."Imut, tahu arti imut ?""Apa ?" tanyanya sambil menengadahkan kepalanya melirikku."Imut itu .... artinya Ingin ngemut." Jawabku sambil tertawa."Ihh! jorse.....mas Har nih." kata Titi sambil ninjuk ke arahku."Apa tuh jorse ?""Jorok sekali tahu !""Ah masa gitu aja jorok, yg jorok tuh yg belum mandi, kaya yg lagi tiduran, bau.""Biarin, yang penting kan manis. Wek!" cibir adikku ngeledek"Yang manis apanya ?"balasku sambil kudekatkan wajahku ku ke wajahnya sambil ku balas mencibir."Ya wajahnya dong, sama senyumnya.""Mana ?" sambil kucium pipinya gregetan. " ah...bau....." ledekku."ih, mas Har genit deh." cemberut adikku sambil ngusap pipinya dengan telapak tangannya."Biarin, sama adiknya ini. Mau di cium lagi.....?'"Gak mau !!" spontan kedua tangannya menutup wajahnya yang iseng, kukelitik pinggangnya yang terbuka karena tanktop yg dikenakannya agak terangkat ke atas."Aahhh....massss.....geli !!"tangannya menepis tanganku dari pinggangnya sambil terus bangkit lantas mencubit tanganku."Aduuhh! Nyubitnya beneran, sakit nih. Tuh kan lecet deh, Ti.""Biarin! Lagian ngeledek aja." sambil berbalik mau tiduran dia membelakangiku,kuraih pinggangnya dan kududukkan di pangkuanku."Kubalas kamu, nih!" sambil kucubit pahanya yg putih mulus,kiri dan kanan. Titi meronta -ronta sambil cekikikan karena geli."Gak mau gak mau, mass! Udah udah ! geli!" sambil tangannya mencubit lenganku. Ada rasa nikmat menjalari tubuhku, saat senjataku ditekan-tekan pantatnya yg kenyal karena meronta-ronta. Sesekali telapak tanganku menyentuh setumpuk daging empuk di dadanya, saat tubuh Titi menggelinjang kegelian. Tak ingin rasanya kulepaskan dekapan ini, tapi ku takut nanti adikku malah jadi marah dan menganggap kakaknya cabul. Perlahan kulepaskan dekapanku di pinggangnya tapi anehnya Titi tak segera menjauh dari dekapanku, seolah pantatnya malh agak menekan ke Mr. P ku yang tegang sedari tadi."Sudah ah, mau mandi dulu ntar diledek lagi sama masku yg ganteng tapi cerewet."kata Titi sambil bangkit dari dekapanku."Eh....malah ngeledek lagi ni anak." kataku sambil bangkit dari dudukku seolah hendak menangkapnya. Titi langsung lari menjauh."Ti, mas mandiin nggak ?" candaku."Emang balita, gak bisa mandi sendiri."jawabnya dari dalam kamar, saat ambil handuk."Alah, dulu aja mas Har sering mandiin kamu. Malu ya sekarang sudah punya pacar ?""What !?? pacar ? sekolah dulu kaleeeee." teriak adikku sambil mencibir, terus berlalu ke kamar lama kudengar guyuran air dari kamar mandi, sementara anganku melayang membayangkan betapa nikmatnya jika ku bisa leluasa mencium bibir adikku yg merah alami, laksana mawar nan merekah dan kubelai lembut tetek ranum yg mengkel serta kukulum puting mungilnya yg coklat kemerahan itu."Ah!!! gila! Kenapa pikiran seperti itu selalu timbul ?! bener2 kakak tidak waras aku ini!" batin ku menghardik diriku beranjak dari kursiku dan ngeloyar ke dapur sambil membawa gelas, setelah kopi nya kutenggak habis membasahi kerongkongan yg terasa kering karena panas birahi atas adikku barusan."Mandinya sudah belum ,Ti?" teriakku saat sudah tak terdengar suara guyuran air dari gayung bak mandi."Sudah, lagi mau mandi juga ?""Iya.""Kenapa nggak bareng Titi barusan? Sambil mandiin Titi." katanya setelah berada di luar kamar mandi."Ya udah sini, mas pangku lagi ke kamar mandi." kataku seolah hendak membopongnya. Titi lari sambil cekikikan, hanya berbalut handuk bergambar "Snoopy" ,sangat buru-buru ke kamar mandi, sebenarnya ingin cepat menuntaskan permainan rahasiaku selama ini. Saati birahi tengah memuncak, dengan onani lah kuselesaikan hasrat dan 5 sore, ibuku pulang dari pasar,semenjak ayahku tiada, ibulah yang selama ini menafkahi keluarga yang kini ku bantu juga dari gaji yang kuperoleh tiap bulan dari hasil kerjaku. Kebetulan ibu memiliki kios pakaian di pasar, walau tidak besar tapi cukuplah untuk biaya hidup kami sehari-hari."Kok sore pulangnya ,bu, rame ya kiosnya ?""Ya lumayan rame juga ,Har. Ini kan tanggal muda. Mana adikmu, Har?"Tidur Bu.""Oh iya! Har, lusa kan budhemu mau hajatan, nikahin sepupumu, si Reni. Jadi besok ibu mau ke Wonogiri, paling dua hari. Kamu kan masih cuti, jadi tolong jagain dulu kios. Sayang kalau tutup, siangnya biar Titi bantuin kamu sepulang sekolah. Nggak enak kalau ibu nggak ke sana.""Emang berangkat jam berapa, bu?"tanyaku"Sekitar jam 7 pagi, biar sampai sana tidak terlalu sore. Soalnya angkutan ke dusunnya agak susah kalau sore.""Iya bu, biar besok Hardi yg jagain kiosnya."Ibu terus ngeloyor ke kamarnya, ambil handuk terus sekitar jam 7 pagi, aku mengantarkan ibuku ke terminal. Setelah ibu mendapatkan bisnya, aku langsung cabut menuju pasar untuk menunggui kios pakaian untuk dua hari ke depan. Sambil menunggu pembeli datang, iseng ku buka internet dan mencari-cari situs porno dan cerita2 dewasa. Terbersit di anganku, "indah juga kayaknya bila aku bisa bercinta dengan adikku yg masih polos." Begitu pikirku setelah tadi sempat membaca cerita incest yg sangat membangkitkan nafsuku dan rasanya aku ingin mencoba bercinta dengan Titi, adik kandungku sendiri, yg sering membuatku jadi bernafsu. Lama ku berangan dan mencari cara, agar bisa lebih dekat dan bisa mencumbunya." Kalau dia tidak mau ? Ahh..peduli amat, si amat aja gak peduli sama gue, yg penting aku berusaha",pikirku dalam di saat ibuku tak ada di rumah, aku temukan cara agar aku bisa bercumbu dengannya, paling nggak ku bisa merasakan hangat bibirnya atau merasakan empuk kedua tetek mungilnya yg selalu menggoda hati. Berhasil atau tidak terserah nanti, ku jalankan rencananya dulu jam 1 siang ,saat aku tengah terhanyut dalam khayalan. Tiba-tiba........"Hayoooo...siang bolong gini menghayal. Lagi ngayalin apa tuh ?"Adikku mengagetkan dan membuyarkan lamunanku."Eeehhhh...ni anak ganggu orang lagi asyik aja.""Siapa yg main selonong. Mas aja terlalu asik bengong gitu. Ayam tetangga aja kebanyakan bengong gitu langsung tewas lho mas.""Eh, songong ya, Doain cepet mati ya ?""Hehe.."adikku cuma nyengir, sambil terus meletakkan tas sekolahnya dalam kios."Sudah makan belum mas ?" Tanya Titi setelah berada di sampingku. "Belum, emang kamu mau makan apa ,Ti ?""Beli nasi soto aja mas, di tempat bude Ginah. Enak sotonya.""Ya udah, sana beli dua, mas juga belum makan." kataku sambil ngodok dompet dan memberikan beberapa lembar uang pada adikku, yg terus berlalu setelah menerima uang makan,aku bilang hendak keluar sebentar mencari sesuatu pada adikku dan terus ngeloyor mencari toko kaset, dan membeli kaset DVD, untuk ku stel nanti di rumah,sebagai awal minggu yg biasanya jam 7 aku sudah pergi ke rumah pacarku,Mira. Namun karena di luar hujan dan karena di rumah tak ada ibuku, jadi tak ada yg nemenin adikku yg penakut itu, akhirnya aku malam Mingguan di rumah. Ditambah lagi aku punya satu rencana kotor sama adikku, jadi klop lah situasinya dan sangat kami selesai makan malam, aku ngeloyor ke ruang tengah untuk sekedar menikmati sebatang rokok kretek kesukaanku, sambil nonton acara televisi. Titi, adikku, masih di dapur membereskan piring kotor bekas kami makan. Tak berapa lama nongol dan duduk disampingku, sambil nonton tv. Hujan masih deras, terkadang diiringi guntur yg bergemuruh di angkasa. Remot tv kuraih, dan kumatiin tvnya."Kok dimatiin sih mas ?" protes adikku yg tengah asyik nonton acara di stasiun tv swasta, tiba2 tv nya ku off."Takut ada petir, Ti. Bahaya atau mending kita nyetel kaset film aja di dvd ya, mas punya film baru nih.""Film apaan,mas ?"tanyanya sambil menoleh ke arahku."Kayaknya seru sih, film laga indonesia" jawabku sambil terus bangkit dari kursi dan mengambil casset yang tadi kubeli di pasar di rak kabel penghubung dari dvd ke tv, lantas kunyalakan lg tv untuk memutar filmnya, setelah program kupindah ke Vhf. Di awal film, tampak adegannya biasa saja, namun lama kelamaan jadi sedikit mencekam, apalagi setelah terjadinya pembunuhan terhadap kekasih peran utama oleh sekumpulan genk, disitu adegannya mulai menakutkan. Yang mana, wanita korban pembunuhan itu menjadi hantu menyeramkan, karena arwahnya penasaran. Adikku tampak tegang menyaksikan film yg ternyata sebuah film horor, kadang kedua telapak tangannya digunakan untuk menutupi matanya, saat hantu menyeramkan muncul hendak menuntut balas pada orang2 yg mencelakainya. Terkadang juga Titi teriak kaget dengan kemunculan hantu seram itu yg tiba-tiba dan diiringi dentuman keras dari instrumen horor yg mengejutkan. Lama kelamaan Titi merasa takut dan nggak nyaman menonton filh horor ini."Sudah lah mas, jangan nyetel film itu. Ngeri ih.." katanya sambil nyengir seraya mengangkat bahunya."Ntar dulu Ti, seru nih." jawabku , padahal sengaja agar dia semakin merasa takut dan selanjutnya tentu agar apa yg kuharapkan dan kurencanakan bisa sukses total."Ahh...masss. tak matiin nih." katanya hendak beranjak dari duduknya."Nanti dulu Ti." seraya tanganku meraih tangan adikku, mencegah agar jangan mematikan tv nya."Kalau kamu takut, tidur aja sana, biar nanti di kamar ditemenin hantu seram itu." kataku menakut-nakuti"Tuhhh kaann, malah nakut-nakutin lagi. Iihh !!!"sungut adikku sewot kayak mau nangis."Sorry canda. Masa gitu aja takut, udah perawan gitu masih penakut aja kayak dulu sih, Sini kalau takut tiduran sini aja, jangan nonton.""Sama aja! Nggak lihat tapi denger. hhuuhhh...." rutuk adikku lagi"Yaudah volumenya mas kecilin. Tiduran aja sini."kataku agar adikku tiduran di sampingku. Walau masih cemberut, akhirnya adikku tiduran di sofa di selang beberapa lama, kuraih remot dan meng-off tv dan dvd nya walau film horor yg kuputar belum usai tapi itu cukup untuk membangkitkan rasa takut pada diri adikku."Mas ngantuk mau tidur. Udah.. tidur di kamar sana atau mau tiduran di situ, ntar ada yg keluar dari kaset itu tuh." kataku sambil nunjuk ke dvd."Maaassss!!!" bentak adikku seraya cemberut."Hiii...takuuutttt...." kataku terus lari kecil ke arah kamar sambil ngeledek adikku."Mass!!!" jeritnya sambil sontak bangkit dari tidurnya."Maksud mas takut sama kamu, abiss cemberut gitu. Udah, kalau takut tidur sini aja sama mas, atau berani sendiri ?"Tanpa menjawab masih sambil merengut Titi ngeloyor ke kamarku terus duduk di tepi ranjang. "Lho kok malah bengong gitu. Ayam tetangga aja mati karena sering bengong gitu lhoo." kataku membalas ledekan adikku tadi siang di pasar. Titi jadi tersenyum mendengar ledekanku, tapi sejenak terus bibirnya dimanyunin lagi seolah bener2 jengkel."Sudah naik sana, mas yg sebelah pinggir sini. Gak ambil selimut dulu, Ti ?""Gak..." jawabnya ketus."Ya udah. kalau dingin pake selimut mas aja. Tidur sana.."Akhirnya Titi naik juga terus tidur miring menghadap tembok, memunggungiku. Akupun nyusul merebahkan tubuhku, di sebelah kanan adikku, yg diam membisu, mungkin merasa jengkel dengan ulahku. Masih menatap langit kamar, kubuka pembicaraan untuk mencairkan suasana."Mas jadi ingat waktu kecil dulu Ti." sebentar hening menunggu reaksinya."Dulu saat kamu masih umur 3 tahunan sampai masuk TK suka minta tidur bareng dengan mas, padahal dulu sering mas isengin ya. Eee....kini tidur bareng lagi ya. Waktu itu mas Hardi sudah sekolah dan masih kelas 3 SD kalau gak salah, sampai mas Har kelas 5 SD masih suka tidur bareng kamu. Kamu masih ingat nggak Ti...?" Tanyaku mencoba membuat jalan komunikasi dengan adikku yg masih terdiam. Hening sejenak, kulihat adikku merubah posisi tidurnya, menjadi telentang. Sekilas kulihat dari sudut mataku. dia tersenyum kecil,kemudian....."Iyaa, Titi jadi ingat. Sebelum tidur suka minta naik ke punggung mas Hardi, main kuda-kudaan." katanya sambil sunggingkan senyum, mengenang masa kecilnya."Sippp!!" teriakku dalam hati, adikku sudah mulai cerah dan tak diam lagi."Lhooo, masih ingat to ?"kataku senyum seraya kumiringkan tubuhku ,menghadap adikku."Ingat sebagian, tapi banyak lupanya, bahkan saat mandi bareng nyemplung bak mandi pun Titi masih inget. Waktu itu mas dimarahin ibu karena bak mandinya jadi kotor." katanya diiringi tawa."Iya iya, mas juga ingat. Kalau gitu mandi bareng lagi yuk sekarang, kayak dulu." candaku makin mencerahkan suasana kamar tempat kami berbaring bersama, agar adikku tak kaku dan tak canggung lagi."Ihhh!! malam-malam gini. Dingiiin!" Katanya sambil menggerakkan bahunya seolah luar hujan masih mengguyur menghadirkan malam yang berudara dingin, terasa sunyi dan senyap, orang-orang tak lagi keluar rumah, mereka memilih diam di rumahnya masing-masing. Malam makin merangkak jauh, kulihat Titi, adikku sudah berkali-kali menguap, tanda kantuknya mulai datang. Tapi aku yg tengah diganggu oleh pikiranku sendiri sulit untuk merasakan ngantuk. Karena walau bagaimanapun, tidur seranjang dengan gadis abg yg baru mekar dan sering menjadi bahan imajinasiku saat beronani ria sungguh membuat jiwaku bergetar, walau dia adikku sendiri. Apalagi, di depan mataku tercetak jelas di balik piyama tipisnya, sepasang bukit kembar tanpa bra ataupun tanktop, tersembul membangkitkan gairahku. Dari awal dia terlentang, aku berkali-kali menelan ludah,karena terangsang menyaksikan indahnya tonjolan di dadanyaitu. Masih mungil, namun sudah berbentuk, tampak putingnya yg masih kecil, mencetak di balik baju tidurnya. Tak sabar rasanya ingin segera membelai dan meremas tetek mungil aku tak berani ambil resiko, bisa-bisa malah jadi hancur rencanaku. "Ti....." dia tak menjawab, hanya menoleh menatapku."Boleh gak mas peluk kamu, kayak dulu waktu kecil?" tanyaku agak berat, dan kurang yakin adikku yg sudah abg ini mau kupeluk kaya sejenak, lantas"Boleh. Tapi.....ada tapinya lho mas." katanya bikin penasaran"Tapi apa ,Ti?""Tapi......jangan diitik-itik kaya dulu, dulu kalo meluk suka gelitikin pinggang Titi.""Oh itu....ya nggak lah....." kataku serasa mendapat angin segar. "Titi masih ingat ya." Kataku sambil melingkarkan tanganku di atas perutnya. Titi lantas miringkan tubuhnya lagi seperti semula, membelakangiku yang tengah memeluknya. Ada rasa yg indah menyelimuti jiwaku. Ada suka, deg-degan dan gairah yg menggebu jadi satu, anganku yang selama ini kuhayalkan telah membuka pintunya untuk hal-hal selanjutnya."Pake selimut gak Ti ?""Nggak ah.""Gak dingin apa ?""Nggak, kan dipeluk mas. Jadi anget."Ku tak banyak bertanya lagi, biar dia cepat tidur. Tubuhku makin kurapatkan lagi memeluk Titi, kebetulan udaranya makin terasa dingin, namun kini mendapatkan penawarnya, yg kini tengah dalam entah sadar atau tidak,bahwa penisku yang sejak tadi mengeras , kutempelkan di pantatnya yang bulat dan padat kubelai rambutnya yang hitam perlahan,tercium wangi aroma sampo semakin membuatku bergairah untuk mencium rambutnya kucium mesra sambil kuresapi , kian menambah bergolak birahiku. Adikku memejamkan matanya,entah ngantuk atau apa, namun tak ada reaksi untuk melakukan penolakan, mungkin dianggapnya sebagai rasa sayang abang terhadap adiknya saja. Padahal diriku merasakan hal yang lain, sesuatu yg kotor, menginginkan adikku untuk menuntaskan birahi yg kian menggebu-gebu. Kuusap lgi rambutnya sejenak, lalu kulingkarkan lagi tanganku di tubuhnya yg masih menempel erat ditubuhku, kali ini tanganku agak melingkar ke atas lagi hingga lenganku terasa menyentuh penggiran teteknya yg menonjol,terasa di kenyal di semakin bekedut-kedut. Ada rasa khawatir juga dengan hal ini, takut kalau adikku merasa tengah jadi korban nafsu kakaknya, tapi lama tak ada reaksi dari adikku, membuatku makin ingin meningkatkan aksiku lebih jauh lagi. Tangan kiriku yg sedari tadi diam, kini ikut membelai-belai lembut rambutnya,dan tangan kananku kini tak mau beranjak dari segumpal daging tumbuh di dada adikku, aku agak beringsut lebih ke atas lagi dan sedikit kugeser tanganku makin menekan teteknya, dengan nafasku yg tak beraturan dan jantungku berdegup kencang menahan gejolak nafsu. Titi masih terdiam tak ada reaksi, tapi kuyakin dia belum tertidur, bahkan kurasakan ada sedikit gerakan tangannya seakan menekan lenganku makin merapat ke dadanya, seiring dengan pantatnya yg agak menekan kontolku yg kian tegang dan makin kaku di makin blingsatan menahan gejolak birahi yg kian membara dan dengan makin berani kukecup rambutnya. Kini kubiarkan bibirku lebih lama menempel dikepalanya sambil kuhembuskan nafasku yang pasti kian panas menyentuh rambut dan kulit kepalanya. Dia masih diam, seolah membiarkan aku untuk melakukan hal yg lebih jauh kugerakkan tangan kananku, kini ku tekan bukit kembar yang masih sebesar cangkir kopi itu, bukan dengan lenganku lagi tapi kugunakan telapak tanganku untuk menekannya dengan hati-hati. Karena ku yakin Titi adikku ini belum pernah terjamah tangan laki-laki manapun, jadi ku khawatir bila ku tergesa-gesa akn menimbulkan rasa geli yang akhirnya bisa merusak aksiku. Lantas kutelungkupkan telapak tanganku, kutekem tetek kirinya yg pas dengan ukuran telapak tanganku. Ku belum berani meremasnya, walau nafsuku hampir meledakkan kepalaku. Ku biarkan dia menikmati dulu sensasi yg kuberikan dan agar bisa merasakan gelora birahi yg datang perlahan, untuk menumbuhkan nafsu seksnya, sebagai gadis yg sudah menginjak akil baligh. Ku yakin di usianya yg ke 14, dia sudah merasakan nikmatnya orgasme, walau lewat mimpinya. Kemudian perlahan telapak tangan kuremaskan di tetek kirinya, pelan dan pelan, namun semekin lama remasanku makin mengeras lagi, hingga.......... "EEhhh......sshh...."lenguhan adikku terdengar pelan sekali,tanda terhanyut oleh buaian itu hatiku berteriak.."YES!" Berarti usahaku tak sia-sia,adikku terhanyut dan tak ragu lagi aku untuk mencumbu adik kandungku ini. Lantas remasan tanganku berpindah ke tetek kananya,sambil aku agak mengangkat tubhku, dengan bertumpu pada sikutku. Kucium pipi kananya yg tepat di bawah wajahku,kuremas lagi teteknya dengan makin berani,gantian kuremas kiri kanan, tak tahan dengan gejolak nafsuku, sambil terus kuciumi pipinya, kumasukkan tanganku ke balik baju tidurnya yg longgar. Tanpa susah payah, langsung jari-jariku dapat menyentuh bukitnya yg kenyal tanpa penghalang. Kuremas gemas kedua teteknya silih berganti, terasa halus halus dan lembut kulit payudaranya di telapak tanganku. Kupilin-pilin dan kusentil-sntil puting mungilnya yg sudah mengeras itu. Kini Titi tak malu lagi mendesah dan mengerang karena nikmat yg menjalarinya."Eehhhhmmm sshhhh......maasss...aaahhhh....ggeeellliii.....mmaassss......"Erangannya makin membuat gairahku membara, tak sabar lagi lantas kutarik tubuh adikku agar terlentang,kusingkap baju tidurnya yang longgar dengan mudahnya, blaarrr... Tersembul sepasang bukit indah nan bulat, putih bersih dihiasi lingkaran coklat muda kemerahan mengelilingi puting mungil yg imut menawan dan telah tegak berdiri. Tetek yg masih orisinil,bulat menentang, masih padat dan kenyal......terhampar jelas depan ku terpesona dan terus kutatap bukit indah milik adikku ,yg selama ini hanya kulihat dibalik tanktopnya. kini betul-betul bebas terbuka dengan penuh nafsu, kuhisap puting susu kiri yg sudah mengeras itu dengan lahapnya, tangan kiriku meremas teteknya yg kanan dengan agak keras karena dorongan nafsuku yg menggelegak."Aooowww....maassss eeehhmmm ssaaakkiitt...." rintih adikku disela gelinjang tubuhnya menahan geli dan rangsangan yg membakar jiwanya. Aku jd tersadar, kalau remasan ku terlalu keras, sementara payudaranya masih peka menerima sentuhan tangan lelaki dengan teteknya yg baru tumbuh itu. Remasan kukendorkan dan putingnya kupermainkan, tanganku yg kanan kucoba mengelus -elus pahanya yg masih terbungkus celananya, merambat naik kedaerah sensitifnya, kuelus-elus permukaan memeknya yang terasa keras menggembung di telapak tanganku."Ahh...maasss....jjaaanngaannn......ituu...mmasss....."seraya tangannya menarik tanganku. Namun telapak tanganku tak mau beranjak dari permukaan memeknya yg kian lembab,tangannya yg lemah akhirnya membiarkan tanganku tetap mengelus-elus lembut sedikit diangkat menerima elusanku di memeknya, kenikmatan menjalarinya seiring serangan bibir dan tanganku mengelitik tak tahan lagi ku menahan birahiku, lantas kubuka celana kolor dan cd ku, dengan tangan kananku,. Titi masih memejamkan matanya menerima ciuman dan jilatan lidahku di mulutnya,sesekali terdengar erangannya yg tertahan oleh lumatan rudalku telah berdiri tegak dengan bebasnya,lantas kini kaosku kulepas dan kulemparkan ke lantai, kubuka kedua kaki Titi agak melebar dan kualih posisi merangkak diantara kedua kakinya. Kutindih tubuh mulusnya, sambil kutekan batang penisku kepermukaan memeknya yg masih terbungkus celananya. Tanganku kiri kanan terus meremas gemas di kedua teteknya, sambil kugesek-gesekan Mr. P ku dibelahan vaginanya."Massss....aahhhh.......masss......." rintih nya" Yaaa...sayaangg...ooohhhh.....eenaaakkk ..Tiiii........?""Eeehhhmmm......geelii....eennnnaakkk...mmasssss...." racaunya terus penisku yang makin berkedut, sudah tak kuat lagi menahan dorongan sperma dari dalam kontolku. "Ahhh...Tiii....mas mau keluar ...Sayaannggg.....?" sambil terus kupercepat gesekan penisku yang makin terasa panas bergesekan dengan celana adikku."Titi juga ppenngginn ..pipiiiss...masss.....aahhhhh....."Titi mengejang, tubuhnya seketika meliuk-liuk, bibir bawah digigitnya menerima gejolak nikmat yg hampir mencapai puncak, Pantatnya diangkat semakin menekan penisku yg maju mundur di atas vaginanya...selang berapa lama tubuhnya ambruk tergeletak lemas tak berdaya..disela nafasnya yg memburu. Dua bukit kembarnya turun nauk dengan cepatnya...seiring tarikan nafasnya yg buah nikmat mengucur di dahi dan lehernya yg itu pula pertahananku sudah tak kuat lagi ,sambil kudekap erat tubuh Titi,dan kubenamkan mukaku di lehernya yg basah oleh peluh kenikmatan,kutekan keras penisku ke memeknya dan....."Croooottt....ccrrrooottt.....ccrrooottt...."berkali -kali kusemburkan spermaku diatas memeknya hingga membasahi celana yg dikenakan kental bau amis..begitu banyak keluar dari penisku yang juga membasahi perut mulus Titi,adikku. Hampir bersamaan kami mencapai puncak terindah. Terasa nikmat namun amat melelahkan, tubuhku terasa lemas masih menindih tubuh adikku yg juga nampak lemas dan loyo. Matanya masih terpejam, seakan berat untuk membuka kedua kelopak matanya. Setelah didera pergumulan birahi yg membawanya melayang ke alam yg hujan mulai reda, hanya sisakan udara malam yg kian dingin mnembus kulit, tapi bagi kami yang habis bertempur dalam birahi,tak merasakan dingin itu, bahkan bulir-bulir keringat pun masih belum mengering. Kumiringkan tidurku menghadap adikku, kubelai rambutnya yg acak-acakan dan basah oleh keringatnya,seketika matanya terbuka menatapku sayu ,seraya tangannya menurunkan baju tidurnya yg masih tersingkap, menutupi kedua buah dada ranumnya."Cape..sayang.....kok loyo gitu.....?""Mas Har ssiihh...nakal.."katanya sambil mendelik manja dan malu-malu."Tapi ...nikmat kann... sambil menjawil hidung mungilnya."Iiihhhhh....."katanya sambil tersenyum malu sambil memiringkan tubuhnya menghadapku dan membenamkan wajahnya di dadaku."Mas Har...sayang kamu Ti....sayaaangg banget...."sambil kukecup keningnya yg masih lembab oleh keringat."Titi sayang mas nggak ?" Dia diam saja dalam dekapanku."Jawab dong Ti. Sayang gak ?" tanya sekedar menguji hanya menganggukan kepalanya."Kok cuma ngangguk, artinya apa tuh ?" tanyaku menggoda"Sayangg gakk ?""Sayang..!" jawabnya singkat..Aku tersenyum simpul,mendengar pengakuannya, ku maklum anak abg seumuran dia belum bisa mengukir kata puitis nan merayu."Syukur deh kalau Titi sayang juga sama mas Har, tapi ini rahasia berdua, jangan sampai ada yg tahu, termasuk mama. Kalau mama sampai tahu bisa2 kita diusirnya dari rumah...""Iya mas ..Titi juga malu..kita kan sodara...""Baguslah kalau begitu, mas jadi tenang sekarang." Kataku sambil kupererat pelukanku ditubuhnya,sambil kuelus elus punggungnya. Gak begitu lama kehangatan tubuh Titi membakar lagi birahiku, dengan ditandai mulai berkedutnya batang penisku yg kubiarkan bebas terbuka,dan menempel di perut tapi pasti,dongkrakannya semakin terasa di perutnya, dan...."Mas, ada yg bangun tuh.."ucap adikku sambil mendongakkan kepalanya menatapku seraya tersenyum manis.."Iya nih, kagak tahan kayaknya kalau terus-terus deket gini. Bikin mas nafsu teruuuss dehh. Kayaknya burung mas minta dielus-elus sama cayangku. Nih, Elusin dong..""Gak mauu...."jawabnya manja,sambil tersenyum melirik ke arah penisku yg makin tegang tangannya dan kugenggamkan ke batang kontolku, mulanya diam aja agak malu-malu, namun setelah kusuruh terus akhirnya jari jemarinya mulai menggenggam batangku dan meremas-remasnya."Aduh enak sayaang...sambil dikocok naik turun dong, biar tambah nikmat...." pintaku"Gini ?"katanya sambil menaik-turunkan genggamannya di batang kontolku."Nah ...begitu Ti...tapi jangan keras-keras sayang genggamnya. Nah gitu....uuuhhhh....nikmat banget....Tii....pinter kamu sekarang Ti....."Titi kini semakin asyik mengocok mainan barunya, sementara sambil merasakan nikmatnya kocokan tangan Titi di penisku, kusingkap baju yg menghalangi dadanya, lantas kuraih dua gundukan yg ranum itu dan kuremas dengan tangan kananku silih berganti. Namun posisi itu tak berlangsung lama, ku bangun dari tidurku, dengan bertumpu pd kedua lututku dengan posisi merangkak, kini kedua tanganku meraih satu-satu buah dadanya. Tangan kiri meremas tetek kanannya dan yg kanan kupakai memilin puting kirinya. Kusosor bibirnya yg tengah mendesah lirih dengan bibirku, kugigit bibir bawahnya perlahan ."Ssssshhhhhh......uuuhhhh.... " desahannya mengiringi tangannya yg terus bermain dengan penisku,sesekali kepalanya didongakkan ke atas menerima rasa nikmat yg menggelitik yang makin terbakar nafsu, kubuka dua kancing baju tidurnya dan kutarik ke seakan ngerti maksudku, lantas membantunya dengan menaikkan kedua tangannya dan sedikit mengangkat kepalanya guna mempermudah tanganku melepas bajunya. Tubuh atasnya kini terbuka bebas, semakin terpesona aku melihat kemolekan tubuh adikku, leher yg jenjang , kulit putih mulus dihiasi bukit kembar yg ranum, membuat ku langsung menyambar lagi bukit kembar itu dengan kiri kuhisap yg kanan kuremas, yang kanan kuhisap yg kiri kuremas, begitu berulang seakan tak ada jemunya ku melakukan serangan pada kedua buah mendesah dan menggelinjang, titi mencari dan meraih lagi batang penisku yg tegak menggantung dengan gagahnya, lantas seperti tadi dikocoknya dan terkadang diremasnya dengan keras, hingga kurasakan sakit-sakit nikmat yg kuterima di batang kontolku. Kini tangan kananku beralih ke bawah meraba selangkangannya, yg masih tertutup celana pendek dan cd nya. Kuusap lembut permukaan memeknya yang sesekali jari-jariku menekan lobang kewanitaannya, diiringi dengan gelinjang tubuhnya yg kegelian tapi puas hanya sampai disitu, kususupkan tanganku kedalam cd nya dan mencari lobang vaginanya yg sudah lembab karena rangsangan yg bertubi-tubi datang menyerang."Aaaaooooww...mass geliii..jannggaaannnn...mass..." rintih adikku sambil menggerakan pinggulnya menghindari sodokan jari tanganku yg bermain di belahan memeknya."Mass....aahhh...jangan......geeelliii.......maaaasss....."Rengeknya tak kuhiraukan lagi,malah telunjukku kutekan dan kusentuh sentuh di daging kecil yg sebiji kacang pada bagian atas memeknya. Mulutku kini beralih ke puting kirinya,tangan kiriku meremas makin keras di susu kanannya. Kurasakan di jemari tanganku, memek Titi kini makin licin oleh pelumas yg keluar dari lubang vaginanya. Namun aku tak berhenti sampai di situ, kini kutarik celan kolor dan cd nya ke bawah, menuruni kedua kakinya, Titi seakan protes, namun ku tak hiraukan lagi. Terpampanglah kini segunuk daging belah, berhiaskan bulu-bulu halus yg masih jarang-jarang ,dihapit oleh kedua pangkal pahanya yg mulus tak sungguh indah lembah kenikmatan adikku ini yg sekian tahun tak pernah kulihat, semenjak tak pernah mandi bersama lagi seperti masa kecil dulu. Bentuknya sangat membangkitkan rasa penasaran untuk segera mencicipi nya. Sudah gak sabar lagi,terus aku merangkak diantara kedua kakinya yg kukangkangkan, mulutku kini beralih ke kemaluannya,mengubek-ngubek memeknya yg makin licin,dan menyentuh-nyentuh klitorisnya, yg merah jambu berkedut kedut tiap kali kusentuh dengan ujung lidahku. "Maaassssss....eehhhmmm....ooohhhhh.......mmmaasss......ggeeellliii.....oohhhh....." erangannya makin membuat ku terhanyut oleh bahtera nafsunya yg disertai dengan gelinjang tubuhnya yg tak terhalang sehelai benang pun, kekiri dan ke kanan, kadang membuat lidahku terlepas dari klitorisnya dan kedua tanganku tak henti-hentinya menyerang sekwildasekitar wilayah dada yg makin memerah karena remasanku yg tak henti-hentinya. Terkadang juga hidungku tak dapat bernafas, saat pinggulnya diangkat ke atas menekan mukaku yg tenggelam di dalam jepitan kedua pahanya, saat kuhisap dan kusedot dengan keras biji kacangnya. Aroma khas kewanitaannya, makin membuatku tak tahan lagi untuk segera menuntaskan hasratku yg menggelegak. Kubergerak naik lagi, bibirku mencari landasan pada sepasang bibirnya yg merah merekah, setengah terbuka keluarkan desahan desahan nikmat, sementara kedua matanya nyaris tak pernah terbuka meresapi buaian angin surgawi yg tengah menyejukan jiwa pubernya. Kulumat lagi bibirnya, kuremas lagi kedua toketnya, saat terlena oleh cumbuanku, penisku kuarahkan ke lobang memeknya yg sedikit menganga karena posisinya yg mengangkang, terhalang kedua perlahan kepala kontolku ke lubang memeknya dengan perlahan, dan..."Slleeeepp...." Kepala penisku masuk ke dalam lobang memeknya....walau hanya kepalanya saja, namun sudah menimbulkan sejuta nikmat dari sentuhan dua kelamin berlainan jenis agak tersentak saat ada benda keras menerobos tanpa permisi, memasuki kelaminnya, dan hendak beringsut menghindari tusukan senjata tumpulku, namun segera kuraih kedua pundaknya, untuk menahan pergerakannya tubuhnya yg tiba-tiba. Sambil terus kutekan kepala penisku makin ke dalam lagi yang dibantu dengan pelicin yg berkali-kali keluar dari dalam vaginanya. Kepala penisku kini makin ke dalam lagi, namun perjalanannya terhambat oleh dinding penyekat keperawanannya."Aaaaahhhhh....mmaasssss....sakkiiiitttt......massss....." erang adikku seraya tangannya mendorong tubuhku ke atas. Namun aku yg tengah dibuai dengan nyanyian2 setan, tak menghiraukan lagi rintihannya. Kutekan lagi lebih ke dalam, masih terasa mentok pada penghalang yg agak sulit ditembus."Maasss....ssakiittt massss... Lagi-lagi rintihannya keluar dari bibir adikku, malah kini disertai dengan linangan air mata yg perlahan meleleh menuruni pipinya. Aku jadi iba melihat adikku meneteskan air matanya,dan mengendurkan seranganku yg terlalu dikuasai nafsu."Maafkan mas..ya..sayaang....habis mas gak tahan .....sekarang ....pelan-pelan ya...biar gak sakit...." Kataku menenangkan hatinya....Titi diam saja ,wajahnya dimiringkan ke kiri,matanya terpejam namun masih meneteskan butiran air lagi nafsunya sebelum mereda,dengan sentuhan lembut bibirku di sepasang bibirnya yg terkatup, lantas berpindah pada kelopak matanya yg masih rapat kiri dan kanan, terus ke keningnya,merambat ke pelipis kirinya, kupingnya dan kuhembuskan nafasku di kuping kirinya, tubuhnya yg barusan terbujur kaku kini menggelinjang terhanyut oleh rangsangan yg kuberikan dengan perlahan, kuping kanan dan pelipis kanannya kusentuh lembut dengan tangan kiriku, sedangkan penisku yang masih tertancap setengahnya mulai mendorong lagi dengan perlahan dan hati-hati. Kutarik keatas dan kutekan lagi ke bawah..seirama dengan gelinjang nikmat adikku tercinta. Desahan nikmatnya kini terdengar lagi,"aahhhhhh..........mmmmmmmm.....ssshhhhhhhhhh............"Memeknya terasa makin licin oleh lendirnya yg bercampur dengan lendir beningku, makin mempermudah ayunan kontolku. Sambil terus kuremas kedua payudaranya dan kususuri lehernya dengan lidahku, kini kutambah lagi tekanan penisku lebih keras lagi dengan mengeden agar ereksi kontolku lebih maksimal lagi."Aaaa....uuuuuuhhhh.....ssssssshhhhh........mmaaassssshhhhhh........" terdengar lagi jerit tertahan dari bibir adikku yg tengah dijebol dinding kehormatannya oleh tusukan senjata lagi penisku untuk mengurangi rasa sakitnya. Kini ku tak mau tergesa-gesa, kupilin putingnya yg kiri dan yg kanan kuhisap dan kugigit-gigit perlahan sambil kukocok lagi penis ini dengan lembut. Setelah nampak tenang, kutekan agak ke dalam lagi, mengerang lagi, kutekan lebih kuat lagi, merintih lagi"Tahan sebentar ya sayaang,,,, sakitnya sebentar kok.....ya...nanti juga .pasti nggak sakit.... tahan ya,......"kataku sambil terus menambah kekuatan sodokan batangku yg sudah ukuran penisku agak lumayan besar sih, ditambah kemaluan Titi masih asli perawan jadi agak kesulitan adikku menerima sodokan batang lagi kepala kontolku untuk segera menguak pintu keperawanan adikku yg sulit untuk mengerang lagi dengan kedua alis tampak mengerut dan bibir bawah digitnya pertanda menahan sakit."Badannya agak lemesin Ti...biar gak terlalu menjepit ....lemesin ya ..sayaangg.....tahan ya " kataku mengingatkan agar lebih rileks lagi dan kutekan lagi makin terasa lebih kedalam lagi. Titi masih terpejam menahan sakit, namun pantatnya mengangkat saat kutekan penisku kedalam memeknya. Kutekan lebih keras lagi, dia angkat lagi pantatnya menerima sodokanku di liangnya sambil meringis menahan sakit. Terasa kontolku lebih masuk lagi. Ku ngeden lebih kuat lagi dan mendorong pantatku sekuat mungkin dan Titi ikut menekan lagi dengan mengangkat pantatnya lagi dann ....ppppprrrreeeeetttttt........terasa ada yg terkoyak kurasakan ..yg membuat kepala penisku terasa sakit dan ngilu, serta perih pada lubang kemihku diiringi dengan jerit adikku menahan sakit."Aaaaaaoooowww........................maaassss............uuuuhhhh............ssssaaaaaa....kkkiiiiiiiiiiiiittttt...."Masih kutekan penisku dengan sisa tenagaku dan...."Bbbbbbeellllllllleeeeeesssss........" akhirnya kepala penisku seperti merasakan ruangan kosong , tanpa ada lagi yg menghalangi perjalanannya diiringi dengan edenan adikku seraya kakinya langsung melingkar kuat di pinggangku dengan mata mendelik dan kepala yg tengadah mengantarkan kepergian sang "PERAWAN" dari dalam sejenak kocokan penisku di memeknya , untuk mengatur nafas yg terengah-engah, laksana berlari menaiki bukit terjal yg teramat melelahkan, namun membawa nikmat. Sejenak kurasakan cairan hangat merendam kepala dan batang kontolku. Setelah mengatur nafas, kulanjutkan kocokan penisku yg mulai agak mudah keluar masuknya, walau masih seret dan sempit. Liang memeknya laksana memilin-milin penisku, ternyata memek itu begitu nikmat dan menghanyutkan,seperti halnya adikku, akupun baru kali ini merasakan seks yg sesungguhnya karena dengan mira pacarku, aku hanya melakukannya sebatas anal dan oral seks saja, sedangkan dengan adik kandungku, justru perbuatanku lebih bejat lagi, mungkin karena aku terlalu mencintainya dan terobsesi untuk memiliki seutuhnya, walau hal ini sangatlah terlarang untuk kulakukan. Dalam rengkuhanku, Titi .adikku tengah mendesah saat merasakan liang vaginanya mulai digesek-gesek oleh senjataku lagi, tangannya kini tak ragu lagi membelai lembut punggungku, terkadang menekan-nekan pantatku seirama dengan pinggulnya yg naik turun mulai teratur mengimbangi hentakanku."Masih sakit nggak sayang...."tanyaku sambil mulutku menyusuri lehernya yg basah oleh keringat, sesekali kujilati yg terasa agak asin terus kugigit pelan dagunya yg lancip sambil tetap kusodok-sodokan penisku di memeknya."Ehhhmmm....nggak begitu sakit lagi mass...malah tambahhh....eehhmmmm.....""Tambah enek kan Ti...?""Heee....eehh.....mmaasss ......aahhhh....ssssshhhh.......koookk....eennaakkk...yyaa..mmass....tapi masih perih dikiitt.."Jawabnya sambil merem melek kenikmatan."Goyangan pantatnya kini makin liar.....tangannya yg kiri melingkar di leherku sambil menekannya saat mulutku mulai menggerayangi dadanya. Dan tangan yg kanan menggapai selangkanganku dan meremas lembut buah zakarku yg tergantung bergoyang goyang seiring keluar masuk penisku di lubang sempit Titi juga mulai merasakan lebih nikmat lagi saat penisku mulai lancar keluar masuk mengobok-obok dalam bagian dalam memeknya,setelah selaput penghalangnya terkoyak, ditambah dengan lendir yg senantiasa terus melumasi lubang nya...ditambah lagi klitorisnya yg tersentuh bulu bulu kemaluanku seakan menggelitiknya makin menghantarkannya ke alam yang merasakan dorongan spermaku makin mendekati pintu keluarnya, segera kuhentikan sejenak sodokan penisku di lubang memeknya, namun adikku yg tengah merasakan hampir mencapai puncaknya, terus menggoyangkan pinggulnya memelintir batang penisku, terlihat dari nafasnya yg makin memburu dan kedua tangannya menekan keras kepalaku dan membenamkan mulutku dalam mulutnya. Melihat gelagat seperti itu, akupun mulai mengocok lagi dengan lebih cepat agar dapat mencapai puncak bersamaan dan merasakan sensasi muncrat bersama , menumpahkan spermaku ke dalam rahimnya. Suara keciprak beradunya dua kemaluan yg memanas dan beradunya selangkanganku di selangkangannya, bak alat musik yg mengiringi lantunanan merdu, nyanyian2 setan pengiring birahi kami yg mengalir lama kemudian, adikku mengejang dengan mendekapku sejadi-jadinya, dan memeknya terasa sangat menjepit dan menyedot kepala penisku, membuat air maniku tertarik keluar dari kantongnya, dan....."Eeehhhhh...mmaasssss.....Ttiiitiiiii sudaahhhhhh..........gak.....tttaaahhhaaaannn.......eehhhhmmmmm.......Suuurrr....jrreeettt...jrreeetttt.....jjrreeettt....beradu dengan spermaku yg tak terbendung lagi........."Bareeennnggg Tttiiii.......mmass jugaaa ......ooohhhhh....... Creeett...ccrreeeeeetttt......crot..crot...crot...."begitu banyak maniku keluar dari penisku hingga berkali kali hingga membanjiri liang kemaluan adiku yg masih mendekap erat tubuhku dengan mata terpejam ,merasakan sisa desir-desir kenikmatan yg baru saja membawanya melayang tinggi mencapai awan yg penuh dengan memburu seperti habis berlari, begitu juga aku tak kuasa untuk menggerakkan tubuhku lagi barang sesaat tubuhku masih tergolek di atas tubuh adikku, dengan senjata yg masih menghujam di selangkangan adikku, berkedut-kedut makin melemah dan mulai menyusut. Setelah melakukan serangan gencar menjebol benteng pertahanan sang agak teratur lagi nafasku, kucabut penisku dari liang memeknya,ada rasa ngilu di kepala penisku saat terjadi gesekan dengan bibir vaginanya. Setelah terlepas dari kuluman memeknya, tampak mengalir cairan kental bercampur darah segar, darah keprawanan Titi, adik kandungku yg sangat kucintai walau tak seharusnya. Namun cinta dan nafsuku tak mempedulikan norma dan etika lagi, hingga saat ini semuanya terjadi. Aroma amis perzinahan menghiasi kamarku, seirama desahan -desahan kenikmatan dari hubungan incest kakak beradik yg saling mencintai. Titi masih terlentang dengan tubuh telanjang,rasa lelah sudah tak menghiraukan lagi dengan keadaan tubuhnya. Nafasnya berangsur teratur lagi, kelopak matanya mengatup seakan tak kuasa untuk membukanya atau mungkin tengah mengingat kembali kronologi persetubuhannya yg baru saj berlalu. Lama kami termenung dalam diam, hanya nafas-nafas kami yg terdengar mengusik malam yg kian sunyi. Ku miringkan tubuhku menghadap adikku yg masih terlentang dalam diam, kupeluk tubuhnya dan kutumpangkan paha kananku menutupi goa mungilnya yg baru ditumbuhi rambut-rambut halus mesra keningnya, kutangkupkan telapak tanganku di susu kirinya, dia masih terdiam. Dadanya turun naik dengan teratur, lama-kelamaan kulihat ada linangan air mata yg perlahan menuruni pelipisnya."Tii...kamu kok nangis sayaang ? masih terasa sakit ?" tanyaku penasaranDia hanya menggelengkan kepalanya sambil tangan kirinya menggenggam tanganku yg tengah mencengkram buah dadanya."Lantas kenapa ? nyesel ya ? maafin mas Har ya kalau Titi punya perasaan menyesal. Mas memang tak seharusnya melakukan ini padamu, tapi sungguh Ti, mas Har sayang banget ama kamu.""Bukan itu..mas..Titi gak nyesel kok mas...tapi...." ucapnya tak berlanjut, seperti ragu2 untuk mengungkapkan isi bertanya lagi penasaran."Tapi kenapa sayangg ? mas jadi penasaran nih, ada apa sih ?""Mas Har bener2 sayang ama Titi...kan..?""Mas Har kan udah bilang sama kamu sayaang, mas bener-bener sayang Titi.""Gak akan ninggalin Titi,....kan ?"" Titi gak percaya sama mas ?" ku balik bertanya."Tapi...mas Har sudah punya mbak Mira, Paling besok saat bareng mbak Mira mas Har sudah gak inget Titi lagi...ya kan ?"" Mira itu gak ada apa-apanya di banding kamu ,Ti, adikku sayaangg. Gini aja deh, demi cinta dan sayang mas sama kamu, mas rela melepaskan Mira.....asal Titi juga sayang dan tak menduakan mas, kita saling mencintai walau sulit untuk bersatu dalam sebuah pernikahan tapi paling tidak kita bisa tetap saling menyayangi dan saling memiliki. Gimana ? bersedia nggak, sayang ?"seraya kukecup lembut bibirnya."Bener mas mau mutusin mbak Mira...? Emang ...mas gak sayang sama dia...?" "Beneerrr....masih gak percaya ?"Dia tersenyum memandangku lantas memeluk tubuhku dan mencium bibirku...tubuh bugil kami makin menyatu dalam satu ikatan cinta terlarang."Titi juga sayang banget sama mas Har dan tak akan pacaran dengan cowok lain lagi."katanya terus tangannya melingkar erat di tubuhku."Janji.....?" tanyaku."Janji..!" jawabnya tegas. Entah mengapa, saat ini hatiku teramat bahagia. Ternyata adikku yg masih abg, masih di bawah umur telah mengerti perasaanku dan hayalku selama ini jadd kenyataan. Tanpa ada paksaan dan tanpa rasa penyesalan dari dirinya. Libidoku yg sering datang menggoda rasa kini telah menemukan pelampiasannya yang justru dengan gadis abg yang sangat kusayangi sejak dulu, bedanya kini rasa sayang yg tumbuh diantara kami bukan hanya sebagai saudara sekandung, tapi juga sayang sebagai seorang kekasih, kasih yg tersembunyiWarna-warni bunga cinta, harum semerbak memenuhi kamar tempat kami memadu kasih. Tubuh kami yg masih erat saling mendekap perlahan membangkitkan gairah dalam jiwa kami hingga terulang lagi persetubuhan terlarang diantara kami sepanjang saat ini, Titi telah menginjakkan kakinya di bangku SMU kelas X, masih pegang komitmen. Tak pernah memiliki pacar walaupun banyak teman prianya yg naksir sama dia, begitu juga aku masih setia mendampinginya tanpa sepengetahuan siapapun, termasuk ibuku mencegah terbongkarnya rahasia ini, Titi telah kusarankan utk menggunakan kontrasepsi yg mudah didapatkan agar perjalanan cinta terlarang ini, tetap berjalan sempurna. Kadang timbul perasaan berdosa atas apa yg kuperbuat selama ini dan sering bertanya dalam hatiku "Sampai kapan perbuatan nista ini akan terjadi?"Aku tak pernah temukan jawabannya. Udah sana mandi, liatin kakaknya entar aja.. kakak gak kemana-mana kok hihi.." Aku: "Yee.. Siapa juga yang mau liatin kakak.." kataku pura-pura jaim. Kakakku tidak berkomentar lagi dan diapun berlalu kembali menuju ke kamarnya.
“Adeek! Buruan gih berangkat.. entar telat loh” “Iya Kak Alya yang cantiik.. gak liat nih Aldi lagi ngiket tali sepatu?” “Oh, benarkah adikku? Ngiket sepatu itu liatnya ke sepatu doonk, masa ke kakak siih?” “Adududuh! Iya kak.. iya..” Kak Alya menjewer telingaku karena mengikat tali sepatu gak kelar-kelar. Siapa yang bisa cepat kelar kalau kak Alya malah duduk di depanku pakai daster bergambar hello kitty dengan potongan bawahan sepaha. Dan saat dia duduk bagian bawahnya ketarik sampai ke pangkal paha, dan memperlihatkan kulit mulus pahanya yang putih. Kalau perlu aku gak usah berangkat sekolah saja untuk melihat pahanya selama mungkin. Dari pada ngiket tali sepatu, mendingan ngiket kakak sendiri deh, hehe.. “Enak dek?” “Hehe.. apanya kak? Liat kak Alya? Enak kak?” “Bukan! Dijewernya deek..” “Aduh kak! Kok lagi sih?” “Lagian kamunya, mau ngiket tali sepatu.. atau mau ngiket kakak sih dek?” Takjub mendengar tebakan kak Alya , aku hanya bisa memandangnya sambil cengengesan. “Kok tau sih kak? Boleh ya kak?” “Enak aja kak Alya diiket-iket.. emm, emangnya kak Alya sapi?” “Kak Alya jadi sapii..?” Duh, pikiranku mendadak menerawang kemana-mana. Kak Alya jadi kayak sapi? Dengan hanya bertelanjang dan lehernya diikat tali. Lalu payudara putih kak Alya menggantung bebas menanti bocah-bocah sapi untuk menyedot dan memeras susu yang ada di dalam buah dada kak Ayla. Uugh.. aku mauu jadi anak sapi ituu. “Hihi.. lagi mikirin apaan sih dek? Mukanya ampe jelek begitu? Dasar mesum” “Hah? Hehe.. anu kak.. sapi..” “Sapi.. sapi.. gih, buruan berangkat!” “Iya iya.. kak Alya, aku berangkat yah..” aku memonyongkan bibirku kearah wajahnya, kak Alya yang menyambutku dengan dipegangya kepalaku dan ditundukkan kebawah lalu mengecup keningku. Gagal sudah percobaanku untuk mencium bibir kakakku ini. “Bandel ih! Kakak sendiri mau dicium.. ati-ati dijalan yah dek..” “Hehe.. dag kak Alyaa..” sambil menstarter motorku, aku mulai berangkat sekolah. Meninggalkan kak Alyaku yang cantik di rumah. Dan tidak ada hal lain yang kupikirkan selain ingin cepat pulang kerumah untuk menemui kakakku ini. Kakakku yang nakal abis, dan hanya aku yang mengetahuinya. Pagi ini Dado temanku ingin menjemputku untuk berangkat bersama. Kebetulan arah menuju sekolah dari rumahnya ke sekolah kami satu jurusan. Tapi terkadang suka kutolak. Apalagi kalau bukan ingin mampir dan melihat kakakku. Kak Alya yang cantik, putih, berbulu mata lentik, dan bibir yang merona merah Bahkan Dado sering sekali sengaja goda-godain kakakku. Dari ngajak ngobrol, sering-sering ngajak salaman, sampai minta-minta foto sama kakakku. Mending nih anak enak dilihat. Udah item, jerawatan pula. Keseringan main layangan di jalan tol sepertinya. Belum lagi temanku yang lainnya seperti Feri dan Bono alias Bon bon. Walau kami sering main PS bareng, punya otak mesum yang sama, kalau sudah urusan tentang kakakku, aku sering merasa tidak rela. Siapa juga yang mau melihat kakaknya yang cantik dan seksi digodain mereka-mereka ini yang kucel, item, dan mendekati jelek. Entah bagaimana rasanya melihat kak Alyaku digangguin terus sama mereka. Ketika hendak pulang ke rumah, teman-temanku, Dado, Feri dan Bono ingin mampir ke rumahku. Katanya sih pengen ngerjain PR bareng-bareng. Hanya saja aku setengah percaya karena pasti tujuan utama mereka hanya ingin ngobrol dan menggoda kakakku. Mereka itu memang mesum, tapi aku tidak bisa juga menyalahkan mereka yang sangat mengidolakan kakakku. Kak Alya, yang meski kalau di luar busananya selalu tertutup, tapi kalau sudah di dalam rumah sering sekali nyaris telanjang. Aku saja dibuat tidak tahan oleh penampilan maupun ulah kakakku sendiri sehari-hari bila di rumah, apalagi orang lain. Lihat saja saat beberapa hari yang lalu ketika kak Alya menemui peminta sumbangan dengan hanya mengenakan tanktop saja, orang itu sampai salah tingkah. Bahkan Dado saja mengaku padaku bahwa ia menjadikan kak Alya sebagai bahan coliannya sehari-hari, dengan hanya berbekal foto kak Alya yang entah kapan dia ambil saat berada di rumahku. Sialan tuh anak. Sesampainya di rumah aku memarkirkan motorku dan yang lainnya di depan garasi lalu segera masuk kedalam. “Kak… aku pulaang… Bawa demit tiga ekor” Sambil memanggil kakakku pelan aku meledek teman-teman yang suka mengganggu ketenangan di rumahku. “Ah sial lo bro, tapi biarlah.. mana tau kakak lo demen demit kayak gue, hehe” jawab Dado seenaknya bikin telinga panas. Dasar kampret. Sambil menaruh tas di ruang tamu aku masuk menuju ruang tengah bersama teman-temanku. Mereka bilang ingin nonton acara TV dulu sebelum mengerjakan PR, tapi tiba-tiba salah satu temanku memanggilku dengan nada setengah terkejut. “Wah, bro! Apaan nih? Kemari woi semua…!” panggil Bono. Dengan penasaran aku dan yang lainnya pun menghampirinya dan ikut melihat apa yang membuatnya terkejut. Dan memang apa yang dia lihat juga ikut membuatku terkejut. Malahan bagian bawahku juga berontak karena ikut terkejut. Kami melihat kak Alya! Kakakku sedang tertidur di sofa panjang depan tv dengan pulasnya. Tapi yang membuat kami terkejut bukan itu, tapi penampilannya! Rambut kak Alya tergerai indah menutupi sebagian pipinya yang merona dari kulitnya yang putih. Baju kaos pink bergambar Hello Kitty-nya tersingkap hingga hampir sampai ke pinggul! Memperlihatkan meki kak Alya yang ditumbuhi bulu-bulu halus dengan bebasnya. Astaga kakakku ini… Dia benar-benar selebor tidurnya. Untung yang datang hanya kami, coba kalau tamu asing yang tidak jelas, pasti kakak kandungku ini sudah diperkosa habis-habisan tanpa ampun. Meskipun tetap saja tidak lebih baik jika orang itu teman-temanku ini. Aku bahkan bisa mendengar suara ketiga temanku sedang menelan ludah. Kak Alya mulai sadar dan terbangun dari tidurnya, mungkin karena suasana yang mulai agak berisik. Aku yakin kak Alya pasti akan kaget melihat kami sedang mengelilinginya, menonton aurat-auratnya, tapi tebakanku sepertinya salah.. “Ehh.. ada temen-temen adek rupanya? Baru pada dateng yah?” sapa kak Alya pada mereka sambil merapikan kaos bagian bawahnya. Ha? Kok kak Alya malah terlihat tenang sekali dan gak ada kaget-kagetnya!? “Hehe.. iya nih kak, baru aja pada datang. Jadi ganggu tidurnya kak Alya nih.. aduh, bening amat yak?” ujar Dado sok merasa segan. “Iya kak Alya, tidur aja lagi. Kita gak bakal ganggu kok..” kata Feri ikut nimbrung. Kampret, mereka pasti bermaksud ingin melihat kak Alya buka-buka paha lagi. Lagian kak Alya juga sih pake tidur sembarangan. Mana kakakku ini gak pake daleman lagi. Uhh, benar-benar kakakku ini. “Hihi.. kakak udahan kok tidurnya. Tadinya sih suguhan buat adek aja, tapi karena udah pada disini.. anggap aja yang tadi itu rejeki buat kalian juga yah…” jawab kak Alya melirik manis padaku. Aku hanya melongo tak percaya dengan yang kak Alya ucapkan barusan. Sial, seharusnya aku yang mendapatkan pemandangan indah ini sendiri, sekarang jadi harus berbagi dengan teman-temanku juga. Duh, andaikan aku tidak mengiyakan mereka untuk mengerjakan PR di rumahku, pasti kakakku yang bening dan seksi ini bakal habis kucabuli seharian. “Ya udah, kakak mau mandi dulu… kakak tinggal bentar yah..” kata kak Alya sambil bangkit berdiri, tapi teman-temanku ini menghalangi. “Gak mandi juga tetap cantik kok kak… hehe” “Iya kak… kita ngobrol-ngobrol aja dulu. Masa udah mau pergi aja sih?” ujar mereka berusaha menahan-nahan kakakku. “Woi! Lo semua apa-apaan sih! Kakak gue mau mandi dulu.. Hush! Hush!” gayaku setengah mengusir mereka ke ruang tamu, karena aku masih merasa tidak rela harus berbagi rejeki dengan teman-temanku yang berotak mesum semua. “Kak Alya mau mandi? Kalo kakak butuh bantuan, saya bersedia kok bantuin kakak mandi, hehe…” si Dado yang cengengesan mulai kumat cabulnya. Terkadang nih bocah suka kebablasan kalau bercanda ke kakakku, tapi hal itu juga membuat aku panas dingin karenanya. “Hihihi.. adeek, kakak mau dibantuin mandi tuh sama si Dado.. boleh ga sih dek?” tanya kak Alya yang malah menggodaku. “Ah! Gila kali, ga boleh kak! Enak aja.. sono-sono..” sambil mengusir aku pasang tampang sewot. Yang bener saja, aku saja belum pernah memandikan kakakku, masa mereka duluan yang dapat. “Tuh Dado, dengerin Aldi.. Emangnya kakak kamu ini mirip sapi kali yah dek, pake dimandiin segala? Hihihi..” ujar kak Alya malah bercanda. “Hehe.. Sapi betina dong kak?” celetuk Bono dari belakang. “Ya iya lah.. masa sapi jantan.. ya udah kakak tinggal mandi dulu yah. Kalian pasti mau ngerjain PR kan?” “Eh.. iya kak, ngerjain sapi, eh.. PR kak!” jawab ketiga temanku serempak. “Ya udah sana, ngerjainnya yang rajin yah.. jangan ngerjain kakak melulu, kayak si Aldi nih” “Ih! Apaan sih kak?” sambil sewot aku agak menghindarkan kepala saat kak Alya mengacak-acak rambutku. Kak Alyapun beranjak dari sana menuju ke belakang untuk mandi. Kembali ke ruang tamu, kami mulai membuka buku masing-masing untuk mengerjakan tugas sekolah. Aku berusaha untuk konsen, tapi tetap tidak bisa. Entah kenapa terlintas di kepalaku sebuah bayangan mesum seandainya kak Alya benar-benar dijadikan sapi betina. Dengan susu yang menggantung indah menunggu untuk dikenyot dan ku sedot habis isinya. Bahkan ketika sudah habis aku masih tidak mau berhenti mengenyotnya, jadilah aku seperti anak sapi yang selalu mengikuti induknya kemana saja. Tapi kehadiran teman-temanku ini mengganggu kesenanganku saja, aku ingin mereka cepat pulang agar aku bisa berduaan lagi dengan kakakku yang seksi ini. Ugh… Kak Alya. Sambil mengerjakan PR, ku lihat Dado berbicara pelan pada Feri dan Bono. “Elo sih bro… tadi pake bengong… kan tinggal keluarin HP aja, lama amat…” “Gue sibuk bro, hehe.. liatin susu sapi. Cetakannya gak nahan.. hampir aja gue coli kalo gak inget ada si Aldi, hehe” “Hehe, iya.. kalau tadi gak ada Aldi pasti kita semua udah coli bareng-bareng tuh di depan kakaknya itu, hehe” “Iya… Apalagi jembutnya itu, aduhhh… bikin pusing atas bawah bro. Itu daging tembem amat yak? Hehe” Sial, mereka ngomongin kakakku! Gaya mereka seperti tidak mau aku mendengarnya, tapi suara mereka cukup keras untuk dapat ku dengar. Aku malah berpikir kalau mereka memang sengaja supaya aku juga bisa mendengarnya. “Inget susu sapi gue jadi haus nih bro, jadi pengen icip-icip, kenyot-kenyot dikit, hehe..” lanjut mereka terus berbisik-bisik. “Si Aldi liat susu sapi jadi haus ga ya? Hahaha..” “Aldi mah haus tiap hari, hahaha..” mereka terus saja mengatakan hal yang tidak-tidak tentang kak Alya. Aku tidak tahan lagi. telingaku mulai panas mendengar mereka membicarakan kakakku seperti itu. “Woi, setan! Lo kira gua gak denger apa!?” makiku pada mereka. “Hahaha, becanda broo.. jangan sewot melulu..” si Dado menoleh untuk menenangkanku. “Iya bro.. bagi-bagi rejeki buat kita sekali-sekali gak ada salahnya kan?” Feri ikut nimbrung yang malah bikin aku tambah panas. “Lagian bro, kayaknya kakak lo gak masalah juga tuh kita liatin kayak tadi.. jangan-jangan kakak lo emang demen lagi kita liatin? Hehehe..” Bono malah semakin menjadi bicaranya tentang kakakku. Seolah kak Alya adalah objek untuk kepuasan nafsu mereka. Benar-benar pelecehan! Kakak kandungku sedang dilecehkan! Sebenarnya aku antara terima dan tidak terima melihat kejadian tadi, namun seperti yang dikatakan Bono, kak Alya memang seperti tidak keberatan sama sekali. Tapi biasanya kak Alya bertingkah nakal begitu bila di hadapan orang asing yang gak dikenal sama sekali, tapi masa di hadapan teman-temanku kak Alya juga tetap bertingkah begitu…? Setelah beberapa saat, kak Alya sudah muncul kembali ke ruang tamu dengan memakai kemeja putih lengan panjang dan rok panjang berwarna ungu gelap lengkap dengan jilbab berwarna pink. Kak Alya lalu ikut duduk bergabung bersama kami. Penampilan Kak Alya sekarang sangat kontras dengan penampilannya tadi. Yang mana sebelumnya sangat mempertontonkan auratnya, kini malah sangat tertutup, rapi dan begitu sopan. Hanya saja, kak Alya sepertinya tidak mengenakan dalaman BH lagi! Karena aku bisa melihat dengan cukup jelas pentil kak Alya agak nyetak pada kemejanya. Kak Alya ini benar-benar deh… Teman-temanku ini kan orangnya cabul semua. “Eh, kak Alya yang cantik sudah balik lagi,” celetuk Dado merayu kakakku. “Hihihi, bisa aja kamu Dado” balas kak Alya dengan senyum manisnya pada kami. “Iya kak, udah cantik, baik, seksi lagi.. beruntung banget yang jadi adeknya, hehehe..” Bono ikut nimbrung. Aku hanya cengengesan membenarkan omongannya, ya… betapa beruntungnya aku memiliki kakak seperti kak Alya, tapi si otong juga sangat tersiksa punya kakak cewek seperti dia ini. “Iya tuh, makanya adek kakak itu jadi suka bolos, telat sekolah, jarang main-main ke luar. Kerjaannya di rumah melulu sih gangguin kakaknya. Iya dek yah?” tanya kak Alya melirik sambil senyum–senyum padaku. Duh! kak Alya malah buka-bukan soal keseharianku di depan demit-demit ini. “Wuaa! Ketahuan lo! Suka bolos, telat nyampe kelas, ternyataa..” sorak teman-temanku membuatku malu. “Iya tuh, kayak tadi pagi, sambil ikat tali sepatu tapi matanya ngelihatin kakaknya terus. Ngebayangin kakak diiket kayak sapi yah dek? Hihihi..” goda kak Alya lagi padaku. “Wuih! Ngebayangin kak Alya diiket kayak sapi, aku mau donk kak jadi anak sapinya, hehe..” Feri mulai ikut nimbrung dengan tampang mesum. “Gua juga mau lho kak… Kita-kita jadi anak sapinya, terus nyusu ama emaknya, hehehe..” ujar Bono juga ikut-ikutan. “Hihihi Emak? Emangnya kakak mirip emak sapi yah dek? Bagusan dikit dong manggilnya.. misalnya, mama sapi yang suka menyusui sapi-sapi mudanya, Hihihi..” “Hah? Eh, anu kak.. iya, mama sapi.. hehe, jadi pengen nih kak…” mereka mulai salah tingkah di depan kakakku. Aku juga ikut membayangkan yang tidak-tidak tentang kak Alya sekarang. Celanaku mendadak mulai terasa sempit. “Pengen? Kalian bertiga mau nyusu sama kakak? Yee, mana bisa.. susu kakak kan cuman dua, kalau kalian bertiga, satu lagi nyusu dimana donk?” Gila nih kak Alya! Malah terus melayani omongan mereka, bahkan nantangin segala. Aku yang mendengarnya semakin panas dingin dibuatnya. “Yang satu gak usah jadi anak sapi deh kak.. jadi papa sapi aja, hehehe..” Bono mulai ikut-ikutan kelewatan. “Iya bro.. mama sapinya diiket, biar gak kemana-kemana.. hehe..” sekarang Feri yang mulai terbawa suasana. Aku entah kenapa hanya bisa terdiam tak percaya dengan pembicaraan kak Alya dan teman-temanku yang semakin menjurus ini. “Dek, masa kakak mau dijadikan sapi tuh sama mereka, diiket-iket, terus susu kakak diperas-peras, hihihi” ujar kak Alya yang malah cekikikan mendengar semua omongan kurang ajar mereka terhadapnya. Aku tentu saja marah, tapi membayangkan kakakku dijadiin sapi betul-betul membuatku horni. Aku sampai tak bisa bereaksi apa-apa. “Adeeeek, kamu kok diam aja sih?? Jadi mereka boleh nih jadiin kakak sapi? ya udah… kalian ikat kakak gih, hihihi” ujar kak Alya sambil menjulurkan kedua tangannya seperti pasrah untuk diikat. Aku dan teman-temanku tentu saja terkejut bukan main melihat ulah kakakku yang malah menantang mereka itu. Mereka tentu saja sangat bersemangat. “Eh, jangan kak!” ujarku cepat, gila aja kalau kakakku benar-benar akan diikat oleh mereka. “Hihihi… kakak bercanda kok dek…” ujar kak Alya yang membalas kecemasanku dengan tertawa renyah. “Lagian kakak juga gak kebayang betapa repotnya ngurusin si papah sapi sama anak-anaknya sekaligus.. Hihihi.. Kamu kebayang gak sih dek? Pengen lihat?” ujar kak Alya yang terus membuatku panas dingin. Kakakku ini sadar gak sih kalau dia sedang dilecehin? Kok malah kelihatannya suka seperti ingin hal itu benar-benar terjadi sih? Aduh, aku yakin bukan aku saja yang merasakan sempitnya celana bagian selangkangan. Ku lihat ketiga temanku duduknya juga sudah tidak nyaman. “Eh! Anu kak.. Emm..” mendadak aku jadi bingung antara ingin lihat atau tidak. “Hihi.. Liat deh muka adek tuh, jadi sama jeleknya kayak muka temen-temen adek. Cabul! Udah ah, bukannya pada lanjut bikin PR malah ngerjain kak Alya nanti” kata Kak Alya sambil pergi menuju ke dalam, meninggalkanku dalam keadaan mupeng berat. Duh! Mana celana sudah berasa sempit, malah ditinggalin begini aja. Kak Alya memang jahat! Tapi seksi banget! Obrolan panas antara kak Alya dengan teman-temanku tadi sungguh bikin aku terangsang. “Aduh bro.. gua numpang kamar mandi yak? Dah gak tahan nih..” si Dado sepertinya sudah tidak kuat menahan gejolak otongnya. Tentu saja dia tidak kuat, hanya dengan melihat sosok kak Alya saja siapapun pasti bakal mupeng, apalagi sampai digoda-godain segitunya sama kakakku yang cantik ini. Lagian juga sih kakakku. Pake goda-godain mereka. Kayak gak tahu aja mereka seperti apa. Aku saja sudah mau meledak rasanya. Tapi rugi kalau kukeluarkan di kamar mandi. Pokoknya harus di depan kak Alya. “Woi! Awas salah belok lo!” hardikku mengingatkan Dado. Siapa tahu tuh anak kalap lalu memperkosa kakakku, bisa kacau urusan. “Sumpah bro, gue beneran mau kekamar mandi kok…” sambil seperti menahan sesuatu Dado berjalan santai kekamar mandi, membuat roman mukanya yang sudah demek menjadi semakin jelek. Dua temanku yang lainpun sepertinya juga sedang mengalami hal yang sama. Ingin coli karena tidak tahan membayangkan hal yang tidak-tidak tentang kakak kandungku. Aku jadi teringat beberapa hari yang lalu ketika kak Alya menggoda bapak-bapak peminta sumbangan. Entah kemana bapak itu melampiaskan nafsunya yang tertunda itu. Ngebayangin kak Alya bugil dari balik pagar. Uugh, aku saja sampai meledak-ledak gak karuan ke dada kak Alya. Mana sembarangan pula nyampirin tanktopnya. Tapi aku malah jadi penasaran, tanktop kak Alya yang disampirin di pagar mendadak hilang. Siapa yang ambil ya? Setelah beberapa saat aku melamun sendiri tentang kak Alya, si Dado sudah kembali dengan wajah cerah sumringah seperti demit yang habis makan korban. “Wuih! Lega broo.. lo mendingan buruan deh keluarin, dari pada sakit nahan, hehe..” katanya cengengesan. “Ah lo! Buang tai aja pake ngomong-ngomong.. risih gua dengernya..” ujar si Feri tapi tetap saja beranjak gantian ke kamar mandi, kemudian setelah itu si Bono. Bener-bener kacau teman-temanku ini. Baru kali ini aku melihat orang coli bergantian pake kamar mandi, mana kamar mandi rumahku lagi. Hingga akhirnya mereka semua selesai dan sudah berkumpul kembali di ruang tamu. Aku tidak yakin kita masih bisa terus melanjutkan PR ini karena sepertinya semuanya sudah tidak lagi konsen, ya.. gara-gara kak Alya! Mungkin ini saatnya giliranku untuk juga buang pejuh. Hanya saja jurusanku tentunya bukan kamar mandi, melainkan kamar kak Alya. Aku ingin langsung beronani di depan kakakku, kalau bisa ngepejuin dia. Tanpa menunggu lagi aku langsung bangkit menuju ke kamar kakakku tercinta yang cantik dan seksi itu. “Kak Alyaa..” ketokku pada pintu kamarnya. Tidak ada yang menjawab. Apa kak Alya sedang tidur? Mumpung lagi tidur aku masuk saja, otong sudah ngga tahan. Bener kata Dado, kalau nggak disalurkan bisa sakit, hehe.. “Kak Alyaa.. aku masuk yaa?” ketika aku masuk kedalam kamarnya ternyata kak Alya tidak ada di dalam. Kamar kak Alya kosong! Kemana kak Alya? Masa iya kak Alya lagi ada di.. “Adeek! Minta tolong donk deek.. ambilin kakak handuk!” suara kak Alya memanggil dari ruangan lain. Dari ruang kamar mandi! Sejak kapan kak Alya berada di kamar mandi? Bukankah teman-temanku tadi juga dari kamar mandi? Membayangkan hal-hal yang mungkin saja terjadi mendadak membuat tubuhku lemas, badanku jadi panas dingin. “Kak Alya lagi apa sih..?” tanyaku kemudian saat sudah sampai di depan pintu kamar mandi. Kak Alya membuka pintu kamar mandi sedikit dan mengeluarkan kepalanya. “Hihi.. ya lagi mandi lah…” jawabnya sambil senyum-senyum. “Kan tadi udah mandi? Kok mandi lagi sih kak?” “Iya nih dek.. abisnya gerah banget.. jadi mandi lagi deeh.. lagian kamu pengen liat kakak tetep cantik, bersih dan segar kan? Hihihi” Kak Alya sepertinya memang baru saja mandi, terlihat dari rambutnya yang basah dan butiran air di wajahnya yang mengalir sampai ke dagunya. Aku betul-betul terpana melihat kecantikan kakakku ini. Kak Alya sendiri membalas melihatku dengan senyuman manis. Aduh… jantungku berdetak cepat, darahku berdesir memandang kakakku yang cantik ini tersenyum dengan sangat manisnya. Kondisinya yang sedang basah-basahan makin menambah keseksiannya. Membuat celanaku menjadi sempit! Sambil mengambil handuk yang ada di jemuran kecil yang terletak di dekat sana, aku lalu menerobos masuk ke kamar mandi untuk memberikan handuk itu padanya. Sekalian minta dicoliin kakakku. “Kak.. aku masuk ya… gak tahan nih” pintaku. “Eh eh, apaan nih mau masuk–masuk aja?” kak Alya menahan pintunya agar aku tidak masuk. “Kaak.. pengen nih kak…” rengekku. “Hihihi.. kamu tuh apa-apaan sih? Kakak tuh lagi mandi, nanti kotor lagi lhoo..” “Yaah, kak Alya.. ya udah deh..” Yah… tidak boleh, ya sudahlah. Seperti biasa ketika kak Alya menolak keinginanku, aku berusaha untuk memahaminya. Walau sebenarnya otong sudah tidak bisa diajak kerjasama lagi. “Adeek..” kak Alya tiba-tiba memanggilku dengan genit. Apakah kak Alya akan berubah pikiran? “Iya kak, apa kak? Boleh masuk yah?” tanyaku penuh semangat. “Bukaaaann….. Hmm… Kakak mau kasih lihat sesuatu yang spesial buat kamu” sambil mengedipkan matanya kak Alya tersenyum manis banget. Sungguh seksi gayanya. “Beneran kak?” “Hihihi..” “Kak? Serius nih..” ditanyain dianya malah ketawa. “Umm.. beneran gak yah? Kok kakak jadi bingung yah dek? Hihi..” kak Alya memanyunkan bibirnya dan mengerutkan alisnya seperti sedang pura-pura bingung. “Yaah.. kakak? Ga usah bingung-bingung deh!” aku memburu kak Alya supaya tidak ragu-ragu, karena yang tersiksa adalah kontiku juga. Karena apapun yang dia lakukan, selalu akan membuat otongku muncrat tak terkendali. “Makanya siniin handuk kakak.. entar kakak berubah pikiran lho.. sana gih, ada temen-temennya jugak” kata kak Alya mengusirku, tapi demi sesuatu yang membuatku penasaran, aku coba untuk bertahan. Sebentar lagi yah tong, kasihan banget otongku ini, tak berdaya melawan cantik dan genitnya kak Alya. Sebelum kembali aku melihat pakaian kak Alya di tumpukan keranjang pakaian kotor di sebelah jemuran kecil. Baju yang dia pakai tadi… kini kulihat ada bercak-bercak cairan yang sudah hampir mengering! Pasti ini kerjaan ketiga temanku. Kak Alya tahu gak sih kalau pakaiannya jadi korban onani para dedemit cabul itu!? Duh! Ingin rasanya onani juga, tapi teringat apa yang akan kak Alya suguhkan nanti membuatku mengurungkan niatku. Kak Alya ini bener-bener nakal. Selalu saja menggodaku terus.
Bokeptetangga- Cerita Seks Mandi Bareng Dalam kisah keduaku setelah cerita kak Linda, aku ingin berbagi lagi pengalamanku. seandainya belum membaca, aku hendak memperkenalkan jati diriku. Aku menetap dikota S Jawa Tengah, tinggiku 169 cm dan berat badanku 52 kg. Aq saat ini kuliah di salah 1 universitas ternama diJateng.

Temani Aku Ya Kak“Lo serius bro? Lo pernah ngentotin kakak lo?” tanyaku tak percaya dengan cerita temanku ini. Dia baru saja menceritakan kisah hidupnya yang betul-betul membuatku iri. Enak banget jika ceritanya itu memang benar. Bisa ngentot dengan kakak sendiri yang cantik seperti kakaknya.“Serius… Nih, kalau lo gak percaya lihat nih foto-foto di hape gue…” ujar Andre sambil menyerahkan hapenya padaku. Ku periksa gallerynya, ternyata benar yang dikatakannya. Dia memang ngentotin kakak kandungnya sendiri. Ugh, gila… ini benar-benar gila bagiku.“Videonya juga ada, tonton aja” sambungnya lagi. Akupun memeriksa kumpulan videonya. Lagi-lagi omongannya memang benar. Terdapat beberapa video persetubuhannya dengan kakaknya sendiri dengan durasi yang cukup panjang, rata-rata di atas 30 menit.“Gila lo… kok bisa sih ngentot dengan kakak sendiri?”“Hehehe, gue juga gak nyangka bisa ngentot dengan kak Risa”“Eh, anu… gue boleh minta video lo gak? Gue udah lama kecantol sama kakak lo, hehe” pintaku padanya. Aku memang sudah lama jatuh hati pada kak Risa, beruntung banget Andre punya kakak seperti kak Risa.“Oke… kirim aja, asal jangan kesebar yah… Cuma ke lo aja gue tunjukin karena lo sohib gue, haha”“Makasih, duh… gue bakal coli habis-habisan nih nanti…”“Haha, silahkan coli bro…”Setiba di rumah, aku langsung masuk kamar dan membuka bajuku bersiap untuk beronani. Aku masih terus kepikiran tentang sahabatku itu yang bisa ngentot dengan kakaknya. Aku iri, aku kepikiran juga pengen ngeontot dengan kakakku. Kakakku juga gak kalah cantiknya dengan kak Risa. Aku hanya tinggal berdua dengan kakakku, Ayu kemudian menonton video itu. Saat asik-asik tiba-tiba kak Ayu masuk ke kamarku.“Eh, maaf dek… lagi asik ternyata, hihi”“Duh kak… kalau masuk ketuk pintu dulu dong…” ucapku salah tingkah.“Kakak cuma mau ngambil ini kok” balasnya sambil mengambil cas hape miliknya yang aku pinjam tadi malam. Matanya sesekali melirik ke arah AyuAku dan kak Ayu memang terbuka dalam hal apapun, bahkan dalam hal seperti ini. Dia tidak mempermasalahkan aku beronani, sudah berkali-kali dia melihat aku telanjang bulat sambil onani karena aku memang sering onani kapanpun dan dimanapun di dalam rumah. Baginya cowok onani merupakan hal biasa. Dia sepertinya juga tidak risih dengan perbuatanku kak Ayu keluar dari kamarku, aku justru iseng mengikutinya ke kamarnya. Tampak dia sedang ada di atas tempat tidur sibuk di depan laptopnya, sepertinya sedang bikin tugas kuliah. Dia cuek saja dengan kedatanganku karena sudah biasa melihatku begini. Aku kemudian naik ke atas tempat tidurnya, berbaring dan mengocok kontolku di sebelahnya hingga akhirnya aku muncrat sambil memeluk bantal gulingnya.“Kamu ini muncratnya sembarangan amat sih? Kayak gak ada tempat lain aja” ucap kak Ayu tapi tidak marah. Aku hanya cengengesan. Namun dia tetap minta ganti rugi. Akupun menawarkan pijitan untuknya. Dia setuju, dia mau dipijit tapi setelah dia menyelesaikan tugasnya. Akhirnya aku tiduran saja di sebelahnya hingga dibangunkan olehnya.“Yuk dek sekarang”Aku kemudian mijitin kak Ayu, dia awalnya pakai baju lengkap hingga kemudian hanya pakai celana dalam. Sedangkan aku masih telanjang bulat. Sambil memijit aku mencium-cium pipinya. Dia juga balas mencium pipiku. Penisku leluasa menggesek di tubuh bagian bawahnya. Aku berusaha tidak terlihat seperti sedang mencabulinya.“Ngghh…” lenguhku terlalu keras. Penisku rasanya enak banget.“Kenapa dek?”“Gak kak…” Penisku saat ini ada di belahan pantatnya yang masih tertutup celana dalam warna krem, sedangkan tanganku mengelus-elus pundak dan bahunya. Badanku menghimpit badan kak Ayu. Aku kemudian mencium pipi kak Ayu. Dia berikan pipinya untuk bebas ku cium dan ku sedot. Ugh.. sadarkah kak Ayu kalau dia sedang kucabuli?Hingga akhirnya dia minta berhenti, aku agak kecewa karena nafsuku belum tuntas. Aku masih ingin lama-lama berada di atasnya seperti ini.“Makasih yah dek udah pijitin, eh burungmu tegang lagi? Kan tadi abis muncrat”“Gak tahu kak… aku ngocok lagi boleh?”“Terserah kamu…”Aku kemudian berbaring di sebelahnya, ku raih ponselku dan ku tonton video kak Risa yang belum ku tonton. Kak Ayu kemudian menawarkan untuk memegangkan hapeku, aku tentu saja mau. Aku bersandar di tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya memegang hapeku. Dia bertanya itu film apa, tentunya tak ku jawab kalau itu film ngentot adek kakak yang tak lain adalah temanku dan kakaknya akhirnya aku muncrat. Kak Ayu mengambilkan tisu untukku. Aku kemudian tertidur lagi bersama kak tersadar saat hari sudah sore. Ternyata kak Ayu masih tertidur. Dia masih hanya memakai celana dalam saja membuat aku nafsu lagi. Langsung saja ku cium pipinya. Diapun langsung terbangun.“Adeeek jam berapa?”“Jam 5 kak…”“Duh, udah sore… kakak mau mandi dulu. Kamu gak mandi?”“Nanti aja kak…” jawabku sambil masih asik menciumi pipinya.“Udah bau gitu… mandi sana. Nafasmu juga bau, apalagi liurmu itu… pake cium-cium kakak segala” Namun aku masih tidak ingin berhenti menciumnya. Kak Ayu juga terus membiarkan, seolah menganggap yang ku lakukan bukanlah sesuatu yang cabul.“Kak, aku ngocok lagi ya… mau pegangin hapeku lagi?”“Ya udah… tapi sambil mandi yuk dek…”“Mandi bareng kakak? Ayuk deh, hehe”Kak Ayu bangkit dan masuk ke kamar mandi. Aku menyusulnya, tentunya sambil membawa hapeku. Kak Ayu langsung mengguyur tubuhnya di bawah shower.“Sini dek… katanya mau ngocok…”“Iya…”“Kamu di belakang, biar kakak pegangin hapemu”Aku turuti perkataan kak Ayu. Aku peluk tubuhnya dari belakang. Kepalaku mengintip dari pundaknya. Tubuhnya sedikit lebih tinggi dariku. Dia di depanku sambil memegang hapeku yang sedang memutar video porno. Betul-betul onani yang memeluk perut langsing kak Ayu, penisku berada tepat di belahan pantatnya yang masih tertutup celana dalam yang terlihat menerawang karena basah. Sambil memeluknya, aku sesekali menciumi pipi kak Ayu. Aku gak ingin cepat-cepat muncrat. Saat aku ingin keluar aku berhenti.“Lanjut mandi dulu deh kak…”“Oh, ya udah…”Kami lanjut mandi. Kami mandi sambil foto-fotoan. Saat ini kami sedang menyabuni badan. Kak Ayu dengan baik hati mau menyabuni tubuhku termasuk penisku baik batang maupun kantong zakarku. Aku juga gantian menyabuni buah dadanya. Aku masih bersikap seperti hanya sedang menyabuni saja, jangan sampai terlihat sedang mencabuli.“Ish, kenapa gak kamu keluarin tadi sih… Ya udah, sekarang mau dimana?” tanyanya.“Di tempat tidur aja kak…” Aku langsung tiduran di tempat tidur, disusul kak Ayu yang tiduran di sampingku. Posisi kami mirip seperti yang kami lakukan tadi siang. Kak Ayu kembali memberikan tangannya untuk sandaran kepalaku, satu tangannya memegang hapeku dengan badan sedikit merebah ke badanku. Lenganku kembali bersentuhan dengan buah dadanya dan bergesekan dengan putting melirik ke kak Ayu, dia tampaknya juga ikutan nonton.“Enak dek? Heboh ya filmnya…”“Iya kak, makanya aku suka banget. Aku punya banyak videonya…”Aku kemudian berusaha mencium kak Ayu, tapi posisiku terlalu rendah untuk mengecup pipinya. Dia yang mengetahui keinginanku kemudian menurunkan posisi tubuhnya sehingga kepala kami sejajar. Kak ayu lalu menaruh ponselnya di atas kepalanya.“Naik dek ke badan kakak” suruhnya. Langsung saja ku turuti tanpa banyak komentar.“Ugh…” aku langsung melenguh begitu naik ke badannya. Enak banget. Aku sekarang berada di atas menindih tubuh setengah telanjang kak Ayu. Dadaku bergesekan dengan buah dadanya. Dengan posisi ini aku bisa bebas menciumi pipinya. Sekarang sumber utama kenikmatanku adalah kak Ayu, bukan tontonan di depanku Ayu memberikan pipinya untuk ku cium dan ku kecup. Tubuhnya yang masih lembab membuatnya terlihat seksi. Apalagi rambutnya yang masih basah. Kak Ayu seperti ingin menambah kenikmatanku dengan mengajakku bergenggaman tangan. Aku jadi ingin muncrat.“Ugh… ugh.. ugh…” Aku gesek-gesekkan badanku di atas tubuhnya. Kak Ayu tertawa melihat tingkahku. Aku tidak peduli. Hingga akhirnya saat aku ingin muncrat aku tekan tubuhku ke badan kak Ayu. Penisku menekan perutnya. Tanganku menggenggam tangannya kencang. Aku juga menyedot pipinya. Akupun muncrat dengan banyaknya di atas perutnya.“Enak kak”“Ambil tisu dek…” Akupun mengambil tisu dan membersihkan badan kami berdua. Baru saja mandi tapi udah kotor lagi, hehe.“Udah ya… besok lagi yah onaninya…”“iya kak, temanin lagi yah…”“Iyaah…”****Paginya, setelah aku bangun aku langsung menuju ke kamar kak Ayu. Tampak kakakku itu masih tidur di dalam selimutnya. Aku iseng ikutan masuk ke dalam selimut dan memeluk kakak kandungku itu.“Adeeek…”“Pagi kak…”“Pagi juga…”“Bangun dong kak… udah pagi nih,” ucapku sambil mencium-cium pipinya.“Entaaarr…” jawabnya cuek meskipun aku terus menghujaninya dengan ciuman. Penisku gaceng maksimal lagi. Aku ingin onani lagi. Aku terus mencumbui kak Ayu, tidak hanya mencium pipinya, tetapi juga turun menciumi leher, pundak dan bahunya yang terpampang bebas. Tanganku memeluk kakakku itu. Dia masih hanya memakai celana dalam Ayu akhirnya terbangun, dia langsung meraih handphonenya dan sibuk mengecek sosial medianya. Aku masih sibuk menciumi kak Ayu. Dia tentunya tahu kalau aku telanjang bulat, tapi cuek saja. Kak Ayu kemudian mengajakku foto-foto. Kami menempelkan wajah sambil sesekali saling mencium pipi. Kak Ayu terlihat tetap cantik meski baru bangun tidur, beda sekali denganku.“Dek, kamu fotoin kakak dong…”“Iya kak”Kak Ayu memintaku memotretnya dari atas. Ku turuti. Sesaat ku kocok penisku setelah selesai mengambil fotonya. Aku kemudian kembali rebahan di sebelahnya dan kembali menciuminya.“Kenapa dek ngocok-ngocok? Kamu mau onani ya? Onani aja”“Mau kak… temenin yah” Kak Ayu mengangguk. Aku putar lagi video kak Risa. Kak Ayu merapatkan tubuhnya di sisiku. Dia memegang hapeku. Wajah kami sejajar. Dia mencium-cium pipiku, aku juga balas mencium-cium pipinya. Aku kembali merasakan betapa nikmatnya onani sambil ditemani kakak yang cantik. Ditambah pagi hari adalah waktu yang paling ku sukai ketika bersemangatnya aku sampai menghentak-hentak pinggulku atas bawah. Kak Ayu tertawa melihat tingkahku.“Kak, biar aku yang pegang hapenya, tapi kakak naik ke atas badanku”“Hmm? Ya sudah”Kak ayu mengembalikan hapeku. Dengan perlahan kak Ayu kemudian naik ke atas tubuhku. Tubuhnya menindih tubuhku. Enak sekali rasanya saat buah dadanya bersentuhan dengan dadaku dan penisku yang terhimpit daerah selangkangannya. Tanganku memeluk melingkari tubuh kak Ayu sambil terus menonton bokep di kemudian menggoyangkan pinggulku. Kak Ayu ikutan menggoyangkan badannya mengiringiku. Sungguh nikmat. Cukup lama kami dengan posisi itu. Aku terus mendesah kenikmatan. Saat aku berhenti bergoyang, kak Ayu yang malah tetap bergoyang di atas tubuhku.“Oughhh.. Kak… siniin pipinya, aku mau cium”“Haha, iya… nih…” Kak Ayu berikan pipinya untuk ku jilati dan ku beberapa lama, akhirnya aku tidak tahan pengen muncrat.“Ough… ngentot… aahhh… ughhh…” goyanganku makin menggila sambl terus menghujani ciuman di wajah kak Ayu. Tanganku mengelus-elus punggungnya hingga pantatnya.“Kak.. keluaarrr…”Crrooottt crrrooottt…Aku muncrat dengan posisi tubuh kami yang menempel. Kami terus berpelukan selama beberapa saat.“Enak dek?”“Enak kak…”“Kalau kamu mau, tiap onani panggil aja kakak”“Iya kak, hehe”**Sore menjelang malam, setelah tidur siang aku pengen onani lagi. Aku cari kak Ayu. Dia sedang olahraga. Mandi keringat banget.“Kak.. aku pengen ngocok nih…”“Iya… bentar, kakak mandi dulu ya dek..”“Gak usah kak… kayak gitu aja…”“Gak apa?”“Iya… gak apa”Aku dan kak Ayu langsung ke kamar. Kak Ayu melepaskan seluruh pakaiannya kecuali celana dalamnya. Lalu mengajakku ke kasur.“Yuk dek dikocok kontolnya, hihi”“Iya kak…” sahutku yang langsung berbaring dengan kaki mengangkang, penis tegangku mengacung ke atas dan ku kocok-kocok. Kak Ayu kemudian menghimpit tubuhku. Dia lalu mengambil hape di sebelah kepalaku dan mencari file bokep. Selagi itu, aku sibuk mencium-cium wajahnya dan mengelus-elus tubuh telanjangnya.“Mau gimana? Kamu yang pegang atau kakak?” tanyanya setelah bokep mulai berputar.“Kakak aja, tapi kakak tetap di atas aku. Putar badan kak..” pintaku. Kak Ayu menuruti. Dia putar badannya sehingga kini punggungnya yang menempel di dadaku. Dia mengarahkan hapeku sedikit kesamping agar aku bisa menonton bokep yang sedang beranikan memeluk tubuhnya. Dia tidak memprotes. Jadi tangankupun makin lama makin leluasa menggerepe-gerepe tubuhnya. Baik perut, pinggul, hingga ke paha kak Ayu. Aku juga memainkan celana dalamnya dengan jariku, tapi aku masih belum berani memasukkan tanganku ke lama, tanganku kini sudah menggenggam buah dadanya. Rasanya enak banget. Dia tidak memprotes. Dia membiarkan aku menjelajahi mulusnya buah dadanya dan meremas-remasnya serta memainkan putingnya. Di bawah sana penisku dengan nikmatnya berada tepat di belahan pantatnya.“Dek, kamu selipin aja di paha kakak… ngeganjal nih…”“Iya kak…”Peniskupun menyelip di antara pahanya. Sekarang posisiku betul-betul sempurna. Rasanya enak banget. Aku goyangkan pinggulku untuk menambah rasa nikmat selagi tanganku asik bermain di payudaranya dan bibirku menciumi pipinya. Kami kadang asik ngobrol seperti tidak sedang melakukan hal mesum.“Ugh… ugh…” aku goyangkan tubuhku kencang-kencang. Aku kemudian memutar tubuh kami hingga sekarang kak Ayu tertindih tubuhku. Penisku masih menyelip di antara pangkal pahanya dan tanganku masih meremas buah dadanya. Aku genjot selangkangan kak Ayu dengan kencang. “Ugh.. ugh ugh… ngentott.. Ahhhh…” ucapku kesetanan sambil menghujani pipinya dengan ciuman.“Kak.. aku keluar… anjing.. ngentooooottt… Kak Ayuuuuu…”Crrooot crrroooott…Aku terbaring lemas di pundak kak Ayu.“Hihihi, adek adeeek”Kami tetap dengan posisi itu selama beberapa saat itu, aku semakin bebas meminta posisi cabul sewaktu aku beronani dibantu kak Ayu. Aku selalu telanjang bulat, dia biasanya cuma pakai celana dalam saja. Tapi akhir-akhir ini dia sudah hanya memakai semacam plester yang menutupi suatu pagi di hari minggu, aku akan onani ditemani kak Ayu. Aku baru saja membuka seluruh pakaianku. Sedangkan kak Ayu sudah telanjang bulat dan hanya ada plester saja yang menutupi vaginanya. Semakin hari plester yang dia gunakan makin tipis dan kecil saja. Hari ini adalah yang paling tipis dan mini yang pernah dia kenakan.“Kakak cantik” ucapku yang dibalasnya dengan senyum manis. Kakakku ini selain cantik, badannya bagus, susunya pas, kulitnya putih mulus dan bening banget. Sempurna untuk dijadikan boneka masturbasi. Beruntungnya aku terlahir sebagai adeknya sehingga bisa mencicipi mulus berjalan mendekatinya dan langsung memeluk dan menciumi wajahnya.“Mau mulai sekarang ngocoknya?”“Iya kak…” jawabku, dia tersenyum manis Ayu lalu mengambil hapeku dan mulai memutar bokep. Aku tiduran di kasurnya, disusul kak Ayu yang langsung tengkurap menindih tubuhku. Dia letakkan hapeku di samping di tepi dinding sehingga tangannya bebas. Aku menjamah tubuhnya sambil menciumnya, sesekali kami saling bergenggaman tangan. Penisku menggesek-gesek selangkangannya, berkali-kali mengenai area dengan posisi itu, aku minta kak Ayu menungging. Hape ku letakkan di atas punggungnya. Penisku kemudian ku gesekkan di belahan pantatnya, tanganku memegang pinggulnya. Persis seperti orang yang sedang bersetubuh. Aku kemudian juga menggesekkan penisku di antara pahanya.“Ugh.. ugh… kak Ayu… ngentot… enak” racauku. Sesekali ku tekan penisku ke lubang vaginanya, tapi tidak bisa masuk terlalu dalam karena terhalang plester itu. Tapi sensasi ini justru lebih erotis bagiku. Nyaris-nyaris ngentot dengan kakak kandung sendiri betul-betul bikin panas dingin. Aku tidka berharap untuk segera bisa menggesekkan penisku di selangkangan Kak Ayu, tanganku tentunya tidak hanya diam memegang pinggulnya, tapi juga asik menggerepe-gerepe tubuhnya. Aku kini asik memainkan pantat putih Kak Ayu yang bulat. Sesekali pantatnya aku remas dan ku tampar pelan.“Nghh…” Kak Ayu melenguh pelan merespon tindakanku.“Aku suka banget lihat kakak dari belakang sini… aku suka banget sama pantat kakak… putih, mulus, bulat, lubang pantatnya juga imut, bikin aku nafsu banget, hehe” racauku itu sambil meremas-remas pantat Kak Ayu hanya menoleh ke belakang ke arahku sambil tersenyum kecil, lalu menghentakkan pantatnya ke belakang.“Ugh…” dasar Kak lakukan hal itu sesekali saat aku asik menggenjot selangkangannya. Bahkan makin lama gerakannya juga makin cepat mengiringi hentakan pinggulku. Rasanya sungguh luar biasa nikmat. Sungguh sensasi yang tiada duanya, saling mengadu selangkangan dengan kakak kandung yang super cantik dan seksi menjelajahi tubuhnya lagi, kali ini membelai rambutnya, setelah puas lalu mampir di buah dadanya. Ku turunkan tubuhku sedikit merunduk hingga membuat aku dapat mencium rambutnya dari belakang.“Aku juga suka banget sama susu kakak” ucapku.“Ih… kamu mah maruk. Semuanya suka, hihihi”“hehehe”Sekarang sambil menggenjot selangkangannya, tanganku asik meremas-remas susu kenyal Kak Ayu. Menarik-nariknya. Hingga memilin putingnya. Tentunya dia juga melenguh seperti tadi. Tiap mendengar suara Kak Ayu tentunya membuat aku semakin juga terus tiada henti menjajal tubuhnya. Kini sampai ke wajahnya. Mengusap-usap wajah cantiknya dari belakang. Ku masukkan jariku ke dalam mulutnya dan memainkannya di sana. Kak Ayu merespon dengan mengemut jariku. Sambil menggesekkan penis ke vaginanya, tanganku juga mengobok mulutnya. Sensasional banget!“Kukumu gak pernah dipotong yah dek?” tanyanya menghentikan aksinya.“Hehe, lupa kak…”“Dasar jorok… jangan lupa potong nanti” Kak Ayu mengemut jariku lagi. Ku masukkan seluruh jariku bergantian ke dalam mulutnya. Aku baru tahu kalau rasanya senikmat ini ketika jariku diemut cewek, apalagi ceweknya cantik seperti kakakku. Kadang ku coba dua jari sekaligus, tiga, empat, bahkan lima. Tentunya tidak muat masuk seluruhnya ke dalam mulutnya.“Ih… adeeek. Mana muat…” Protesnya melepaskan emutannya.“Hehehe, kan cuma coba-coba kak…”“Dek… bentar dulu deh… kakak lupa sesuatu” ucapnya kemudian.“Apaan kak?” tanyaku penasaran.“Lepasin dulu…” suruhnya. Akupun menarik penisku dari selangkangannya. Kak Ayu kemudian merangkak ke tepi kasur, membuka laci di sebelah tempat tidur, lalu mencari-cari sesuatu di sana.“Nih, lihat apa yang kakak temukan, coba kamu minum deh…” ucapnya sambil menyodorkan sesuatu padaku.“Apaan nih kak?”“Itu semacam obat perangsang gitu”“Obat perangsang?”“Iya dek… Biar kamu makin enak… trus… makin nafsu sama kakak, dan makin gak tahan untuk ngentotin kakak, hihihi” Ucapnya vulgar. Sepertinya dia sudah tahu tujuanku bukan sekedar memintanya menemaniku onani, tapi betul-betul menjadikan tubuhnya sebagai bahan onaniku. Tapi dia ternyata tidak marah, malah mempersilahkan aku berbuat cabul terhadap dirinya.“Ih, Kak Ayu jahat… ngelarang aku ngentot, tapi malah nyuruh aku minum beginian”“Hihihi, biarin… Jadi kamu mau gak? Ada satu bonus lagi untukmu…” ucapnya yang kemudian melepaskan plester yang menutupi lubang vagianya. Sekarang vaginanya tidak terhalang apapun! Kak Ayu kini polos bugil tanpa ada apapun lagi yang menempel di tubuhnya. Aku menggigil saking nafsunya.“Y-ya udah boleh deh…” Ucapku menelan obat itu, tapi aku tidak ingin menelannya pakai air, aku tentunya pengen yang lebih spesial.“Pakai ludah kakak yah…” pintaku mesum. Udah terlanjur mesum jadi jangan tanggung-tanggung mesumnya, pikirku.“Ya udah buka mulutmu…” ucap Kak Ayu. Aku kemudian duduk di atas ranjang dan Kak Ayu berdiri membungkuk di depanku. Akupun membuka mulutku dan membiarkan Kak Ayu meludahkan liurnya ke dalam mulutku. Tentunya tidak hanya sekali meludah, tapi aku meminta dia untuk berkali-kali meludah ke dalam mulutku untuk ke telan air liurnya.“Tuh… puas?” tanyanya sambil terduduk di depanku setelah banyak membuang ludahnya ke mulutku.“Iya kak, hehe…” Aku kemudian bangkit berlutut. “Lanjut lagi yuk…” ucapku sambil mengocok-ngocok penisku yang sudah tegang banget. Aku mulai merasakan efek obat itu. Tubuhku jadi panas dan rasanya aku sangat horni sekali. Apalagi dengan adanya kakakku yang cantik bertelanjang di depanku.“Iya adekku sayang… yuk… genjotin lagi kakakmu ini” ucapnya senyum-senyum Ayu menungging lagi. Aku lalu menyelipkan lagi penisku seperti tadi dan mengocoknya dengan cepat di sana. Tanganku kembali bergerilya menggerepe tiap jengkal tubuhnya. Mulai dari pinggul, pantat, punggung dan juga mulutnya. Tanganku sampai basah karena liurnya. Benar ternyata, rasanya menjadi bertambah nikmat setelah aku meminum obat perangsang barusan.“Ngghhh… kak, enaaaaaaak”“Iya dek… nikmatin deh puas-puas” lama kami dengan posisi itu. Yang mana Kak Ayu nungging dan aku menggenjot selangkangannya dari belakang sambil tanganku asik menjelajahi tubuhnya.“Dek… kalau kamu pengen keluar, keluarin aja…” ucapnya dengan nafas tersengal-sengal. Dia tampaknya juga ikutan horni. Tapi aku tentunya gak mau keluar sekarang, sayang banget ini cepat aku sungguh tak justru menggesek lebih kencang, tubuhku sampai menghimpit tubuh Kak Ayu. Tanganku memeluk pinggang Kak Ayu erat dari belakang. Aku dan Kak Ayu berciuman. Genjotanku makin crrroooootttt… crrooooottttt“Kak… aku…” Crrroootttt…” keluar” crrrrooottttt… crrrrootttAku muncrat. Muncrat yang sangat banyak. Rasanya sungguh sangat nikmat. Gak pernah aku merasakan keluar sperma senikmat ini. Spermaku juga keluar sangat banyak. Tapi anehnya, penisku gak lemas sama sekali dan masih ngaceng pol, bahkan nafsuku tidak turun. Sepertinya ini efek obat tadi, tidak hanya membuat aku jadi terangsang berat, tapi juga membuat penisku bisa ngecrot berkali-kali namun tetap Ayu meraba-raba daerah selangkangannya yang begitu belepotan sperma.“Gimana dek? Enak kan?” tanyanya sambil senyum-senyum.“Enak banget kak…”“Lagi?”“Lagi dong, hehehe” Kak Ayu tersenyum sambil mencubit hidungku.“Iya… puas-puasin deh… peluk, cium, gerepe dan gesekin penismu ke badan kakak semau hatimu. Tapi kalau mau ngecrot jangan ditahan-tahan yah dek… keluarin aja. Bebas kok. Kotorin badan sama tempat tidur kakak pakai pejumu. Pokoknya suka-suka kamu” Ugh, aku gregetan banget mendengar ucapnya.“I-iya kak…” Senangnya hatiku. Aku masih akan terus merasakan nikmat yang sangat nikmat seperti tadi sepanjang hari ini.“Mau kakak nungging lagi? Atau mau ganti posisi?”“Nggmm iya kak, kakak di atas, hehe” jawabku yang langsung berbaring, kemudian mengocok-ngocok penisku seakan mengundang Kak Ayu untuk segera menduduki Ayu lalu dengan cepat menduduki penisku, membuat aku mengaduh.“Sakit kak…” ucapku manja.“Hihihi, sorry dek… kamu sih, kayaknya gak sabaran amat”Kak Ayu memulai aksinya dengan mengelus dadaku, lalu dengan perlahan mulai menggesekkan vaginanya ke selangkanganku. Enaaaaaaak…Dengan senyum-senyum Kak Ayu bertanya padaku.“Suka dek?”“Suka banget kak…”Kini Kak Ayu yang megang kendali, sedangkan aku pasrah menerima kenikmatan. Meskipun gerakan Kak Ayu nakal dan menantang, tapi dia tetap tampak berhati-hati agar penisku tidak nyelip masuk ke vaginanya. Kak Ayu betul-betul membuat aku tersiksa dengan larangan gak boleh masukin penis ke vaginanya di depanku sungguh indah. Kakakku yang cantik sedang menggesekkan vaginanya ke penisku dari atas. Sambil dia menggoyangkan pinggulnya menggesek-gesekkan kelamin kami, aku tentunya juga gak membiarkan tanganku menganggur. Tanganku kembali menjelajahi tubuhnya. Aku raba-raba pahanya. Begitu putih, mulus dan licin.“Napa dek senyum-senyum?”“Eh… itu… aku beruntung banget yah punya kakak kayak Kak Ayu. Udah cantik, seksi, rajin sholat, dan baik sama adeknya, hehe”“Hu… Dasar gombal” ucapnya sambil menekan selangkangannya.“Hehehe” aku hanya cengengesan sambil terus meraba pahanya.“Karena kamu bilang, kakak jadi lupa kalau belum sholat Zuhur. Habis ini kakak sholat dulu yah…”“Tapi setelah itu masih boleh kan kak?”“Ya boleh dong… Cuma lima menit aja kok kakak sholatnya”“Oke deh kakakku”Kak Ayu terus menggesekkan kelaminnya ke kelaminku. Gerakannya cukup bervariasi, sesekali dia menekan penisku sangat kuat, lalu pelan. Kadang maju mundur, kadang juga kiri-kanan. Ada juga menggesek dengan cepat dengan Kak Ayu menopang tubuhnya dengan satu tangan ke belakang, membuat rambut panjangnya tergerai ke samping.“Coba aja ada air susunya,” ucapku ngasal.“Hahaha, ada-ada aja kamu… kakak harus hamil dulu dong…” balasnya sambil terus menggesek.“Iya, kak… hamil dong… sini aku bantuin”“Ih, maumu dek… hihihi” Kak Ayu tertawa geli. “Hmm… tapi kalau dirangsang olehmu seperti ini terus mungkin aja nanti bisa hasilin susu,” lanjutnya.“Benar bisa kak?”“Yang kakak pernah baca sih gitu…”“Ya udah, aku rangsang terus deh…” ucapku sambil mempercepat dan memperkuat remasanku pada buah dadanya.“Hihihihi… Ngghh… adeeeekkk… dasar, kamu ini… ssshhh,” Kak Ayu melenguh tapi juga cekikikan geli. “Pengen banget yah kakak bisa ngasilin susu?”“Iyaaa kaaaak…”“Ya udah… suka suka kamu deh… “ terus melanjutan aksi porno kakak-beradik kami. Dia terus menggesekkan vaginanya ke selangkanganku, sedangkan aku sibuk merangsang buah dadanya. Tapi sesekali aku juga mengelusi tubuh mulusnya, bahkan juga kembali memasukkan jariku ke mulutnya. Rasa nikmat ini membuatku ingin mengeluarkan sperma lagi.“Kaaaak…” Erangku Ayu kemudian telungkup, akupun memeluk tubuhnya dengan erat. Lehernya yang putih jenjang ku gigit. Di bawah sana, vaginanya dan penisku beradu dan menggesek dengan hebatnya. Gerakan Kak Ayu yang menghentak-hentak membuat aku semakin tak crrooootttt…“Nghhh… kaaaak… aku… nggh… aku…” crrrooottt… “keluar lagi…”Crrrroootttt…Aku muncrat dengan sangat nikmat lagi. Kak Ayu terus menggoyangkan pinggulnya selama aku crroootttTiap spermaku yang keluar rasanya sungguh luar biasa nikmat. Hingga akhirnya penisku berhenti mengeluarkan isinya. Luar biasanya penisku masih saja tegang Ayu kemudian bangkit dan duduk lagi dengan benar di atas penisku.“Enak dek?” tanyanya sambil masih menggoyang pelan pinggulnya.“Enak…”Dia tetap duduk di sana sambil menggoyang pelan pinggulnya selama beberapa saat. Ku perhatikan tubuhnya yang berkeringat, wajahnya juga berkeringat. Rambutnya terlihat acak-acakan. Kak Ayu terlihat sangat seksi.“Ya udah, kakak mau sholat dulu yah…”“I-iya…”Kak Ayu kemudian bangkit. Saat bangkit, tampak spermaku yang menggumpal begitu lengket di antara selangkangannya dan selangkanganku bagaikan lem. Dia senyum-senyum padaku melihat aku memperhatikan bagian tersebut.“Hihihi, belepotan banget spermamu… Kakak gak nyangka bisa sebanyak itu” ucapnya. Aku hanya cengengesan. “Ntar habis kakak sholat kita tambah lagi yah yang banyak, hihihi” sambungnya dengan senyum Ayu kemudian berjalan menuju kamar mandinya dengan telanjang bulat. Sepertinya dia sedang bersih-bersih dan berwudhu. Dia kembali tak lama kemudian dengan kondisi yang sangat bersih. Tak ada lagi ceceran pejuku di selangkangannya.“Kenapa dek? Gak kecewa kan kakak bersihin pejumu?” tanyanya sambil memakai mukena.“Eh… nggak kok kak. Kan mau sholat”“Hihihi, ntar abis sholat bikin kotor kakak lagi yah pakai spermamu… okeh?” godanya kini yang sudah lengkap memakai mukena.“O-okeh…”Kak Ayupun mulai sholat. Pemandangan yang sangat kontras, yang tadinya telanjang bulat dengan selangkangan penuh sperma kini tertutup banget dan sedang sholat. Walaupun di balik mukena itu tidak memakai apa-apa lagi. Aku sendiri hanya memperhatikan dia sholat. Bejatnya aku justru mengocok penisku memandang akhirnya selesai. Saat kak Ayu ingin membuka mukenanya aku melarangnya. Entah kenapa aku jadi kepikiran ingin melanjutkan mesum-mesuman dengannya yang masih mengenakan mukena.“Ada-ada aja kamu dek… tapi oke deh… Yuk… kotorin kakakmu lagi pakai pejumu” Ugh, aku sungguh gemas padanya. Setelah selesai sholat sekarang malah mempersilahkan aku untuk ngepejuin badannya lagi. Akupun langsung memeluknya dan menariknya ke ranjang. Kami berguling-gulingan lagi, saling berciuman dan berpelukan.“Hehehe, peluk-pelukan gini aja rasanya aku pengen ngeluarin peju kak…”“Keluarin aja dek…”Aku terus menggerayangi tubuhnya. Mencium bibirnya, wajahnya dan sekujur tubuhnya. Aku juga memainkan buah dadanya lagi dari balik mukenanya, baik dengan tangan maupun dengan mulutku. Kelamin kami terus menempel dan menggesek. Hawa semakin panas, muka kami sudah sama-sama memerah, keringat betul-betul sudah bercucuran membasahi tubuhku dan kakakku ini, memberikan bunyi dan sensasi lengket saat kulit kami Ayu seakan tidak peduli lagi dengan penisku yang berada tepat di depan vaginanya yang sedari tadi terus berusaha menyelip masuk. Dia justru merespon tertawa geli saat penisku hampir masuk ke vaginanya. Sebenarnya aku pengen banget ngepejuin wajahnya, tapi sayang banget kalau aku melakukannya sekarang.“Masukin dikit yah kak…” pintaku yang saat ini sedang berada di atas menghimpit tubuh Kak Ayu sambil meremas buah dadanya. Aku sudah tidak tahan, bukannya berkurang, nafsuku justru semakin menjadi-jadi. Aku semakin penasaran pengen memasukkan batang penisku ke liang vagina kakak kandungku ini.“Nggak boleh…”“Kak Ayu jahat… aku nafsu berat tahu…”“Hihihi, biarin…”“Kepalanya doang kok” pintaku memelas.“Janji yah… Cuma kepalanya aja ya…”“Iya kak…”Akupun mengarahkan penisku ke vaginanya. Akhirnya penisku bisa masuk ke sana, meskipun hanya kepalanya saja. Tapi itu sudah cukup membuatku merasa nikmat luar biasa. Tak butuh waktu lama hingga akhirnya aku muncrat.“Kak…”“Apa?”“Boleh nggak kalau gak dicabut dulu?”“Ih… ntar kalau masuk gimana?”“Gak bakalan kak, aku janji deh…”“Huh… Ya udah… kamu itu emang bandel banget gak bisa dibilangin” ucapnya menjewer hidungku. Aku senang banget. Dengan kepala penisku masih nyangkut di vaginanya, akupun memeluk dan menciumi kakakku itu Kak Ayu melepaskan diri dari pelukanku. Dia membuka mukenanya. Katanya pengen istirahat dulu. Kak Ayu dengan bertelanjang bulat lalu keluar kamar. Akupun mengikutinya dari belakang. Tampak bagian bawah tubuhnya, terutama di sekitar selangkangannya belepotan dengan spermaku. Yang tentunya membuat setiap lantai tempat dia melangkah jadi berceceran sperma dan lalu menoleh ke belakang ke arahku.“Napa dek? Iya… ntar kakak yang bersihin… kamunya santai aja” ucapnya. Aku benar-benar dimanjakan hari ini. Senang Ayu kemudian mengambil minum di kulkas, lalu mencuci piring di dapur. Tanpa permisi, aku kemudian menggesekkan penisku yang masih tegang ke belahan pantatnya. Kak Ayu hanya cekikikan geli merespon aksi cabulku. Dia sepertinya sudah tahu kalau aku akan berbuat itu kepadanya., dan benar-benar tidak keberatan kalau aku mengganggu kemudian mencoba menyelipkan penisku di antara pahanya, Kak Ayu yang sudah pahampun sedikit melebarkan kakinya sehingga penisku bisa masuk, kemudian merapatkannya lagi. Akupun beraksi lagi. Sambil penisku menggeseki permukaan vaginanya dari belakang, tanganku sibuk menggerepe tubuhnya. Mulai dari mengelus punggung, meremas pantatnya, memainkan buah dadanya serta memasukkan jari ke mulutnya.“Dek… malam ini kita makan apaan yah? Pesan makanan lagi?” tanyanya sambil mencuci dengan aku yang masih sibuk melancarkan aksi tidak menjawab, karena masih menikmati permainanku di belakang. Penisku saat ini sedang nikmat-nikmatnya menyentil-nyentil lubang vaginanya sambil tanganku meremas buah dadanya dan bibirku mencium pundaknya.“Adeeeeek… jawab dong…”Aku tidak menjawab, justru mengajak Kak Ayu berciuman. Kamipun berfrenchkiss sejenak.“Nghhh… adeeeek…”“Apa?”“Makan apa nanti malam? Jawab dong…”“Tapi aku masukin kepala kontolku lagi yah ke memek kakak?”“Ish… kamu ini. Ya udah, masukin sana…” ucapnya memperbolehkan. Dengan riang akupun mencoba memasukkan kepala penisku lagi ke vaginanya. Jleb!“Hehehe, masuk deh kak… emang enak banget rasanya”“Kamu mah emang cabul dek, hihihi… Jadi makan apa nih kita?”“Hmm… makan apa ya?”Aku menggoyang pinggulku. Aku dan Kak Ayu kembali mengerang bersahutan. Rasa nikmat yang begitu sangat dan juga rasa horny yang tak ada habis-habisnya membuat aku muncrat dengan Vaginanya disiram spermaku lagi.“Pesan KFC aja kak…”Setelah makan malam kamipun nonton tv. Aku, tentunya masih nempel terus dengannya. Efek obat ini sungguh luar biasa. Aku selalu ngaceng, selalu horni dan buah zakarku selalu menghasilkan sperma dengan banyaknya berkali-kali. Saat ini posisi Kak Ayu sedang tiduran telentang di atas sofa, wajahnya mengadap ke arah tv.“Kak, aku selipin di susu kakak yah…” pintaku. Aku penasaran bagaimana rasanya bila penisku dijepit di buah dadanya yang ranum itu.“Boleeh” jawabnya Ayu kemudian berbaring di atas karpet. Dengan semangat ku kangkangi tubuhnya, lalu menyelipkan penisku di antara buah dadanya yang aku impi-impikan itu dan mulai menggesek di sana. Rasanya sungguh luar biasa. Beruntungnya aku sebagai adik kandungnya sehingga bisa merasakan betapa nikmatnya menggesekkan penis ke buah dadanya itu.“Nggh… enak banget kak susu kakak, muluuuus”“Hihihi, ya iyalah, kakak gitu lho…”Kak Ayu membantu memegang tepi buah dadanya sehingga penisku masuk sempurna di celah yang nikmat itu. Senyum manisnya yang selalu menemani semakin membuat terasa indah. Aku ingin berlama-lama memainkan penisku di buah dadanya. Tidak hanya menyelipkan penisku di sana, aku juga menampar-nampar penisku ke putingnya.“Ih… kamu tu benar-benar adek yang mesum, hihihi” Kak Ayu tertawa cekikikan saja merespon tiap aksi aku muncrat, aku muncrat saat penisku dikocok ditengah-tengah buah dadanya. Posisiku saat itu berdiri dan Kak Ayu bersimpuh dibawahku. Buah dadanya berlumuran oleh pejuku, wajahnyapun juga demikian. Sebuah penutup yang sempurna, karena efek obatnyapun habis setelah itu. Aku merasakan lelah yang amat sangat dan langsung tertidur.“Met tidur adek…” Ucapnya wajah penuh sperma kental, tidak hanya wajah, tapi hampir seluruh saat itu, aku selalu bertelanjang bulat berdua di dalam rumah dan beraktifitas seperti biasanya. Aku selalu menempel dengannya. Selalu berada di dekatnya membuatku nyaman dan horni terus-terusan. Jika aku ingin onani, kak Ayu akan senantiasa menemaniku. Bahagianya memiliki kakak seperti Kak Ayu.“Temani aku terus yah kak…”“Dasar mesum kamu”Selesai…Lain kali akan ku ceritakan pengalamanku tukar-tukaran kakak dengan temanku ituJangan lupa komen kalau udah ngecrot…

Kakakkuberumur 23 tahun dan baru wisuda. Aku memanggilnya Mbak Lulu. Kakakku memang cantik, tubuhnya putih mulus, dadanya gede dan pantatnya yang montok. Tingginya 171 cm dan berat 54 kg. Sangat seksi sekali, sehingga banyak cowok yang naksir termasuk aku sendiri. Aku punya kebiasaan onani setiap hari, bahkan bisa lebih lima kali sehari. Jujur ya, sebenarnya saya ingin menyimpan rahasia ini selama-lamanya namun apa daya saya juga butuh bacol bahan coli untuk saya baca sendiri, hehe. jujur saat ini sangat sulit saya menemukan cerita yang benar2 bisa jadi bacol diforum tercinta ini, ada beberapa sub judul yang menarik dan ketika saya baca awalnya cukup menarik dan setelah saya ikuti entah kenapa saya jadi kurang terangsang karena menurut saya ceritanya sudah tidak sesuai ekspektasi saya berlebihan.Saya adalah salah satu penggemar cerita panas sejak lebih menyukai cerita yang natural tanpa dilebih-lebihkan walaupun itu cerita imajinasi, karena menurut saya hubungan incestitu adalah hubungan terlarang dan pasti keduanya memiliki perasaan bersalah dan berdosa kebanyakan dari hubungan seperti ini dirahasiakan seketat-ketatnya ya ini menurut pendapat pribadi saya ya.Oke, saya ingin mulai bercerita mengenai pengalaman nyata saya yang selama bertahun-tahun saya sembunyikan dari siapapun termasuk orang rumah keluarga dan hanya saya dan kakak perempuan saya yang memegang rahasia Awal mula nonton bokep dengan lasser disk judul film “The Body of Evidance” diperankan oleh MadonnaSekiranya umur saya waktu itu adalah 9 tahun atau masih kelas 4 SD lupa sih jujur, saat itu bermain dengan seorang teman yang orang tuanya mengoleksi bokep dalam bentuk lasser disk ukuran kasset cd yang sangat besar, saat itu player lasser disk sangat populer karena belum ada dvd teman saya ini selalu menceritakan film bokep yang dia tonton dan ketika rumahnya sepi kita semua menonton film tersebut sampai habis tanpa diskip, dan setelah menonton film tersebut di rumah saya mulai belajar coli, karena teman saya bilang kalo titit udah tegang harus dikocok biar pejunya keluar dan setelah itu akan lega seperti abis setelah mendengar itu mulailah saya coba saran teman saya ketika di kamar, awalnya sangat melelahkan dan cukup bikin tangan pegel untuk mengeluarkan sperma pertama akhirnya saya tunda dan tidak saya teruskan karena sangat sulit untuk harinya saya mengalami sulit tidur karena efek film bokep pertama yang saya tonton itu, dan akhirnya saya baru bisa tertidur jam 3 subuh, dan yang paling parahnya saya harus bangun pagi karena masih hari Teman sekelas yang memprovokasi imajinasi liar tentang kakak perempuan sayaNah, untuk yang satu ini gak boleh terlewatkan, karena kalian semua pasti pengen tau kan spek kakak perempuan saya itu seperti apa?Kakak perempuan saya ini namanya adalah Nina, dia memiliki badan yang semok berisi tingginya minim pendek standard cewek, namun yang mencolok darinya adalah buah dada yang diatas rata-rata anak seusianya, bayangkan saja ketika anak2 seusianya masih menggunakan miniset dia sudah menggunakan bh dengan cup sih biasa aja tidak terlalu cantik, namun daya pikatnya adalah toket yang dia miliki itu, duh mengingatnya saja sudah bikin saya tegang loh, heheOke lanjut, ketika jam istirahat saya baru selesai main bola bareng teman-teman di sekolah, oh iya saya dan kakak saya saat itu satu SD dan kami hanya berjarah 2 tahun dan 2 kelas, tiba-tiba ada teman sekelas kakak saya itu menghampiri saya dan menitipkan salam kepada kakak saya, dan saya bilang iya akan saya salamin, nah brengseknya saat itu teman saya ada disamping saya dan mendengar jelas percakapan kami mendengar itu mulailah dia menghasut dan memprovokasi, kurang lebih perkataannya seperti iniIan eh itu si dino kan kontolnya gedeMe maksudnya?Ian ya masa lu rela kakak lu sama dia, bisa2 memeknya robek nanti dimasukin kontolnya dia, apalagi mememk kakak lu kan kecil,, hahahaMe apaan sih lu yan! padahal mah udah tegangketika dikelas ian pun kembali memprovokasi sayaIan ntar abis pulang sekolah kakak lu pasti diculik sama si dinoMe culik kemana? ngaco lu yanIan ya diculik ke gardu lah ntar kakak lu dipakek disana, memeknya disedot terus dimasukin kontolnya dino sampe bedarahMe bodo amat yan, udah ngaco lu asliIan ntar kakak lu pasti ketagihan ngewek tiap hari dan tuh toketnya pasti bakal ngondoyMe merasa tertarik emang iya toket cewek bisa ngondoy?Ian ye, elu baru tau kalo cewek keseringan dipakek nanti bakalan ngondoy ah tau ah, rusak otak lu njing menyudahi percakapanSetibanya di rumahSaya terus membayangi apa yang dikatakan ian tadi di sekolah, apalagi kemarinnya saya habis nonton film bokep, bayangan tentang kakak saya yang disetubuhi dino terus menghantui iya belum saya kasih tau, saya dan kakak saya tidur satu kamar bersama, karena rumah orang tua kami saat itu masih kecil dan terpaksa saya dan kakak saya tidur pikiran dan perasaan yang panas akhirnya saya memutuskan untuk mandi, selesai mandi ketika handukan dikamar pikiran jorok itu kembali menghantui dan membuat titit saya tegang, terbesit di pikiran saya untuk membuka lemari kakak saya dan mencari pakaian dalam kakak saya, dan kemudian saya ciumi sambil mengocok titit tak lama terdengar bunyi pagar terbuka dan ketika saya lirik ke luar jendela ternyata Nina sudah pulang, langsung saya masukin lagi pakaian dalamnya dan langsung pakai baju dan tiduran di kasur sambil baca komik dragonball, kakak saya datang dan tanpa menegur lansung melempar tasnya dan mengambil handuk dan pergi dia meluncur ke kamar mandi terbesitlah untuk mencium celana dalamnya yang habis dia pakai agar saya tau bau memek itu seperti apa. akhirnya saya ambil celana dalam dan BH nya dari keranjang baju kemudian saya bawa ke dalam kamar tepatnya di kasur saya menciumi celana dalam kakak saya yang bau memeknya menempel di sana ah, ternyata seperti ini bau memek sangat nikmat dan membuat titit tegang bro, dan tak lupa bawa toket yg menempel pada BH nya juga merupakan perpaduan yang pada titit pun terus saya lakukan dan ternyata masih sangat sulit untuk membuat si peju keluar dari pistolnya, kemudian saya menyerah dan akhirnya mengembalikan cd dan bh kakak pada tempatnya keranjang baju sebelum penasaran saya masih besar dan ingin segera mengeluarkan pejuh yang dari tadi malam tidak berhasil keluar, akhirnya saya memutuskan untuk mengintip Nina telanjang saat hendak pakai dapatlah ide dimana saya akan bersembunyi dan bisa melihat jelas tubuh Nina tanpa sehelai pakaian dimana tempat tersebut tidak akan disadari oleh Nina, sebelumnya saya teriak ke Nina yang masih di dalam kamar mandi “Na, gw main ke rumah ian dulu ya” dan Nina pun menjawab “iya, jangan lupa tutup pintu tempat persembunyian itu adalah di kolong tempat tidur Nina, eh iya lupa lagi saya beritahu kalo tempat tidur saya dan Nina terpisah walaupun kami sekamar dan kolong tempat tidur Nina itu mengarah ke cermin besar dan mulus tanpa ada kotoran di pun bersembunyi di kolong tempat tidur sambil telentang, mata saya tertuju ke cermin yang sangat jelas las las pun selesai mandi dan menuju kamar, mulailah dia mengaca dicermin dengan masih tertutup handuk ternyata dia sangat bangga terhadap kemolekan tubuhnya yang semok karena dia berkata di depan cermin kalau tubuhnya ini dapat membuat laki-laki bertekuk lutut dihadapannya kelak agak sedikit sombong sih sebelum akhirnya sayalah orang paling beruntung, orang pertama yang memanen dan menikmati tubuh semoknya itu dan tak lupa toket yang nilainya 100++ hahahaMulailah Nina membuka handuknya dengan pelan dan pose seksi entah dia belajar dari mana gaya seperti itu, mungkinkah dia udah nonton film bokep juga? jawabannya tidak tau dan saya tidak mau tau juga, hahaa. Kemudian nila bertolak pinggang dengan kedua tangannya di pinggang membuat segitiga pada lengan dan tubuhnya, sambil mendongakkan lehernya ke pun menatap dari atas hingga kebawah, sehingga titit saya kembali tegang dan besar, sehingga saya keluarkan dari celana, aktifitas kocokanpun coli tidak bisa dihindari, kali ini tubuh saya benar-benar terasa meledak-ledak titit saya yang sudah tegang dan besar, terus membesar. Ternyata Nina tidak segera memakai bajunya tapi masih asik mengecek toketnya di dekatkan ke cermin mungkin takut ada goresan atau apa yang mengurangi keindahan buah dadanya dan satu hal lagi yang perlu kalian tau dia punya punya lingkaran puting yang sangat besar ini sih udah pasti kalo ada kontest toket ya toket kakak saya yang akan jadi juaranya, hehe.Toket Nina yang bulat dan besar seperti melon itu bisa membuat titit saya ingin menyemburkan segera pejunya. Setelah Nina mengecek onderdilnya yang menggantung itu, dia melanjutkan mengecek onderdil utamanya yang bisa membuat laki-laki menyemburkan cairan kenikmatannya, apalagi kalau bukan Meki bin Memek,, mengambil bangku dan mengangkangkan kakinya kemudian mengusap memeknya itu, terlihat bulu-bulu jagung tumbuh subur di ladangnya, dan mulailah saya melihat garis memek yang masih tertutup rapat, dan kemudian Nina buka sedikit demi sedikit belahan tersebut, kemudian dia tersenyum dan berkata lagi di depan cermin “hai asset ku yang tembem dan berharga, kelak kamu akan dimasuki oleh senjata laki-laki, dan kamu akan membuat senjata tersebut menyerah dan lemah karena sudah berani memasuki kamu, hai kontol yang akan memasuki memekku kelak, kamu akan merasakan kenikmatan yang sempurna dengan jepitannya, aku menunggu mu jodohku yang belum aku ketahui siapa dirimu.Setelah mendengar dia berkata seperti itu, dan melihat belahan memeknya yang rapat, akhirnya titit ini menyemburkan lahar panas untuk pertama kalinya dan dalam jumlah yang banyak, saya pun sedikit melenguh kenikmatan, dan membuat Nina kaget, saya melihat Nina yg kaget langsung tarik nafas, dan untungnya Nina tidak terlalu mengabaikannya mungkin dia pikir suara itu hanya perasaanya saja, akhirnya saya selamat saudara-saudara, bisa2 tamat riwayat saya jika ketahuan kalau saya sedang bersembunyi di kolong tempat tidurnya,, heheTahap pertama menanam membuka kancing piyama, sebelum memanen dan menikmati tubuh semok dan toket sempurnaUsai makan malam bersama keluarga sayapun langsung tidur duluan, karena merasa lelah dengan percobaan mengeluarkan lahar panas yang akhirnya hari sekiranya jam 2 subuh, saya terbangun dan ke kamar mandi untuk kencing, kembalinya dari kamar mandi ke kamar tidur, titit pun kembali tegang, dan pandangan mata tertuju ke Nina yang sedang tidur telentang dengan piyamanya yang sedikit terbuka dibagian mendekati kasur Nina dengan jantung yang dagdigdug seperti mau copot, dalam posisi tidurnya Nina mengangkat tangannya seperti orang yang menyerah terhadap musuh, akupun berjalan dengan mindik2 tanpa suara. Aku terus terpesona menatapi tubuh indah, semok dan toket sempurna yang kelak akan aku panen dan nikmati sendiri tanpa kubagi dengan orang lain dalam hati aku meyakinkan diri “harus bisa”.Melihat kancing piamanya yang terbuka 1 di atas dan 1 dibawah mungkin biar gak kegerahan kali ya. Melihat pemandangan tersebut, tangan ini serasa ingin sekali membuka sisa2 kancing yang masih merekatkan kedua belah sisi piyama tersebut, dan melihat bh yang membungkus buah dada yang sempurna itu. Akhirnya aku beranikan diri untuk membukanya, satu demi satu kancingpun terlepas oleh perbuatan kedua tanganku, dan setelah semua kancing terlepas akhirnya pemandangan yang benar-benar ingin aku lihat terealisasi thanks god, dalam hati dengan langkah pertama ini aku semakin yakin bahwa kelak tubuh wanita semok ini akan aku nikmati sebagai orang pemangsa yang dari tadi ingin keluar dari sarugnnya pun akhirnya aku keluarkan, elusan dan kocokan tidak terhindarkan, kurang puas melihat toket sempurna yang terbungkus dengan BH, ingin sekali aku melihat puting yang linkarannya sudah mengintip dipinggiran cup BH tersebut, akhirnya aku beranikan diri untuk menarik sedikit cup BH di dada kirinya, oh wow, pemandandangan yang membuat si carlitos semakin beringas, puting dengan lingkaran besar aku bisa melihatnya tepat di depan mataku tanpa melalui cermin, oh shitt kocokan tangan terhadap titit ini semakin cepat dengan RPM tinggi puas melihat puting dari buah dada sempurna itu, matakupun mulai berpindah ke arah sarang kenikmatan yang masih terbungkus dan terkunci dengan rapat oleh celana panjangnya, dan akupun semakin berani dan tidak pikir panjang akhirnya tangan ini mulai mencoba menurunkan celana panjang tersebut, dalam rangka survey lokasi akhirnya jalanpun terbuka, mulai melewati perkebunan jagung, hingga pintu masuk goa kenikmatan bisa aku lihat, namun aku masih belum berani menyentuhnya untuk langkah pertama ini sudah lebih dari cukup, carlitospun akhirnya tak kuasa menahan semburan kuat lahar kenikmatan dari dalam, ahh leguhku, tanganku kini penuh dengan pejuh, dan sebelum aku menutup kembali onderdil Nina, aku peperkan pejuh tersebut di kebun jagung dekat memek dan belahan toket sempurna itu, Nina pun nampak tidak terganggu dengan aktifitasku mungkin sudah tidur nyenyak.Akunpun kembali tidur dengan senyum2 sumringah. Pagi harinya aku terbangun dengan mata yang masih sepet dan melihat kearah Nina yang berada di depan cermin, terlihat dia sedang menggosok2 belahan toketnya tepat di tempat aku menaruhkan pejuh, namun dia tidak berbicara apapun selamat dan aman dalam hatiku.Kegiatan serupa terus aku lakukan setiap hari, mulai dari mengintip di kolong kasur, malam harinya aku bangun dan coli sambil melihat pemandangan dan ditutup dengan menaruh pejuh di toket dan memek yang akan aku panen pada waktunya nanti ini seperti menanam sebelum memanen
yank, kamu cowok pertama loh yang pernah nemenin aku mandi, Ehm . . ." sambil tiduran, kepala itu di sandarkannya di atas dadaku. "oh ya, emang mantan kamu yang dulu ngapain aja selama tiga taon ??" tanyaku santai sambil menatap langit - langit kamar. "aku ga pernah aneh - aneh yank sama dia dulu.
Selesai sekolah Sabtu itu langsung dilanjutkan rapat pengurus OSIS. Rapat itu dilakukan sebagai persiapan sekaligus pembentukan panitia kecil pemilihan OSIS yang baru. Seperti tahun-tahun sebelumnya, pemilihan dimaksudkan sebagai regenerasi dan anak-anak kelas 3 sudah tidak boleh lagi dipilih jadi pengurus, kecuali beberapa orang pengurus inti yang bakalan “naik pangkat” jadi penasihat. Usai rapat, aku bergegas mau langsung pulang, soalnya sorenya ada acara rutin bulanan pulang ke rumah ortu di kampung. Belum sempat aku keluar dari pintu ruangan rapat, suara nyaring cewek memanggilku. “Didik .. “ aku menoleh, ternyata Sarah yang langsung melambai supaya aku mendekat. “Dik, jangan pulang dulu. Ada sesuatu yang pengin aku omongin sama kamu,” kata Sarah setelah aku mendekat. “Tapi Rah, sore ini aku mau ke kampung. Bisa nggak dapet bis kalau kesorean,” jawabku. “Cuman sebentar kok Dik. Kamu tunggu dulu ya, aku mberesin ini dulu,” Sarah agak memaksaku sambil membenahi catatan-catatan rapat. Akhirnya aku duduk kembali. “Dik, kamu pacaran sama Nita ya?” tanya Sarah setelah ruangan sepi, tinggal kami berdua. Aku baru mengerti, Sarah sengaja melama-lamakan membenahi catatan rapat supaya ada kesempatan ngomong berdua denganku. “Emangnya, ada apa sih?” aku balik bertanya. “Enggak ada apa-apa sih .. “ Sarah berhenti sejenak. “Emmm, pengin nanya aja.” “Enggak kok, aku nggak pacaran sama Nita,” jawabku datar. “Ah, masa. Temen-temen banyak yang tahu kok, kalau kamu suka jalan bareng sama Nita, sering ke rumah Nita,” kata Sarah lagi. “Jalan bareng kan nggak lantas berarti pacaran tho,” bantahku. “Paling juga pakai alasan kuno Cuma temenan’,” Sarah berkata sambil mencibir, sehingga wajahnya kelihatan lucu, yang membuatku ketawa. “Cowok di mana-mana sama aja, banyak bo’ongnya.” “Ya terserah kamu sih kalau kamu nganggep aku bohong. Yang jelas, sudah aku bilang bahwa aku nggak pacaran sama Nita.” Aku sama sekali tidak bohong pada Sarah, karena aku sama Nita memang sudah punya komitmen untuk tidak ada komitmen’. Maksudnya, hubunganku dengan Nita hanya sekedar untuk kesenangan dan kepuasan, tanpa janji atau ikatan di kemudian hari. Hal itu yang kujelaskan seperlunya pada Sarah, tentunya tanpa menyinggung soal seks’ yang jadi menu utama hubunganku dengan Nita. “Nanti malem, mau nggak kamu ke rumahku?” tanya Nita sambil melangkah keluar ruangan bersamaku. “Kan udah kubilang tadi, aku mau pulang ke rumah ortu nanti,” jawabku. “Ke rumah ortu apa ke rumah Nita?” tanya Sarah dengan nada menyelidik dan menggoda. “Kamu mau percaya atau tidak sih, terserah. Emangnya kenapa sih, kok nyinggung-nyinggung Nita terus?” aku gantian bertanya. “Enggak kok, nggak kenapa-kenapa,” elak Sarah. Akhirnya kami jalan bersama sambil ngobrol soal-soal ringan yang lain. Aku dan Sarahpun berpisah di gerbang sekolah. Nita sudah ditunggu sopirnya, sedang aku langsung menuju halte. Sebelum berpisah, aku sempat berjanji untuk main ke rumah Nita lain waktu. ***** Diam-diam aku merasa geli. Masak malam minggu itu jalan-jalan sama Sarah harus ditemani kakaknya, dan diantar sopir lagi. Jangankan untuk ML, sekedar menciumpun rasanya hampir mustahil. Sebenarnya aku agak ogah-ogahan jalan-jalan model begitu, tapi rasanya tidak mungkin juga untuk membatalkan begitu saja. Rupanya aturan orang tua Sarah yang ketat itu, bakalan membuat hubunganku dengan Sarah jadi sekedar roman-romanan saja. Praktis acara pada saat itu hanya jalan-jalan ke Mall dan makan di food court’. Di tengah rasa bete itu aku coba menghibur diri dengan mencuri-curi pandang pada Mbak Indah, baik pada saat makan ataupun jalan. Mbak Indah, adalah kakak sulung Sarah yang kuliah di salah satu perguruan tinggi terkenal di kota Y’. Dia pulang setiap 2 minggu atau sebulan sekali. Sama sepertiku, hanya beda level. Kalau Mbak Indah kuliah di ibukota propinsi dan mudik ke kotamadya, sedang aku sekolah di kotamadya mudiknya ke kota kecamatan. Wajah Mbak Indah sendiri hanya masuk kategori lumayan. Agak jauh dibandingkan Sarah. Kuperhatikan wajah Mbak Indah mirip ayahnya sedang Sarah mirip ibunya. Hanya Mbak Indah ini lumayan tinggi, tidak seperti Sarah yang pendek, meski sama-sama agak gemuk. Kuperhatikan daya tarik seksual Mbak Indah ada pada toketnya. Lumayan gede dan kelihatan menantang kalau dilihat dari samping, sehingga rasa-rasanya ingin tanganku menyusup ke balik T-Shirtnya yang longgar itu. Aku jadi ingat Nita. Ah, seandainya tidak aku tidak ke rumah Sarah, pasti aku sudah melayang bareng Nita. Saat Sarah ke toilet, Mbak Indah mendekatiku. “Heh, awas kamu jangan macem-macem sama Sarah!” katanya tiba-tiba sambil memandang tajam padaku. “Maksud Mbak, apa?” aku bertanya tidak mengerti. “Sarah itu anak lugu, tapi kamu jangan sekali-kali manfaatin keluguan dia!” katanya lagi. “Ini ada apa sih Mbak?” aku makin bingung. “Alah, pura-pura. Dari wajahmu itu kelihatan kalau kamu dari tadi bete,” aku hanya diam sambil merasa heran karena apa yang dikatakan Mbak Indah itu betul. “Kamu bete, karena malem ini kamu nggak bisa ngapa-ngapain sama Sarah, ya kan?” aku hanya tersenyum, Mbak Indah yang tadinya tutur katanya halus dan ramah berubah seperti itu. “Eh, malah senyam-senyum,” hardiknya sambil melotot. “Memang nggak boleh senyum. Abisnya Mbak Indah ini lucu,” kataku. “Lucu kepalamu,” Mbak Indah sewot. “Ya luculah. Kukira Mbak Indah ini lembut kayak Sarah, ternyata galak juga!” Aku tersenyum menggodanya. “Ih, senyam-senyum mlulu. Senyummu itu senyum mesum tahu, kayak matamu itu juga mata mesum!” Mbak Indah makin naik, wajahnya sedikit memerah. “Mbak cakep deh kalau marah-marah,” makin Mbak Indah marah, makin menjadi pula aku menggodanya. “Denger ya, aku nggak lagi bercanda. Kalau kamu berani macem-macem sama adikku, aku bisa bunuh kamu!” kali ini Mbak Indah nampak benar-benar marah. Akhirnya kusudahi juga menggodanya melihat Mbak Indah seperti itu, apalagi pengunjung mall yang lain kadang-kadang menoleh pada kami. Kuceritakan sedikit tentang hubunganku dengan Sarah selama ini, sampai pada acara apel’ pada saat itu. “Kalau soal pengin ngapa-ngapain, yah, itu sih awalnya memang ada. Tapi, sekarang udah lenyap. Sarah sepertinya bukan cewek yang tepat untuk diajak ngapa-ngapain, dia mah penginnya roman-romanan aja,” kataku mengakhiri penjelasanku. “Kamu ini ngomongnya terlalu terus-terang ya?” Nada Mbak Indah sudah mulai normal kembali. “Ya buat apa ngomong mbulet. Bagiku sih lebih baik begitu,” kataku lagi. “Tapi .. kenapa tadi sama aku kamu beraninya lirak-lirik aja. Nggak berani terus-terang mandang langsung?” Aku berpikir sejenak mencerna maksud pertanyaan Mbak Indah itu. Akhirnya aku mengerti, rupanya Mbak Indah tahu kalau aku diam-diam sering memperhatikan dia. “Yah .. masak jalan sama adiknya, Mbak-nya mau diembat juga,” kataku sambil garuk-garuk kepala. Setelah itu Sarah muncul dan dilanjutkan acara belanja di dept. store di mall itu. Selama menemani kakak beradik itu, aku mulai sering mendekati Mbak Indah jika kulihat Sarah sibuk memilih-milih pakaian. Aku mulai lancar menggoda Mbak Indah. Hampir jam 10 malam kami baru keluar dari mall. Lumayan pegal-pegal kaki ini menemani dua cewek jalan-jalan dan belanja. Sebelum keluar dari mall Mbak Indah sempat memberiku sobekan kertas, tentu saja tanpa sepengetahuan Sarah. “Baca di rumah,” bisiknya. *** Aku lega melihat Mbak Indah datang ke counter bus PATAS AC seperti yang diberitahukannya lewat sobekan kertas. Kulirik arloji menunjukkan jam setengah 9, berarti Mbak Indah terlambat setengah jam. “Sori terlambat. Mesti ngrayu Papa-Mama dulu, sebelum dikasih balik pagi-pagi,” Mbak Indah langsung ngerocos sambil meletakkan hand-bag-nya di kursi di sampingku yang kebetulan kosong. Sementara aku tak berkedip memandanginya. Mbak Indah nampak sangat feminin dalam kulot hitam, blouse warna krem, dan kaos yang juga berwarna hitam. Tahu aku pandangi, Mbak Indah memencet hidungku sambil ngomel-ngomel kecil, dan kami pun tertawa. Hanya sekitar sepuluh menit kami menunggu, sebelum bus berangkat. Dalam perjalanan di bus, aku tak tahan melihat Mbak Indah yang merem sambil bersandar. Tanganku pun mulai mengelu-elus tangannya. Mbak Indah membuka mata, kemudian bangun dari sandarannya dan mendekatkan kepalanya padaku. “Gimana, Mbaknya mau di-embat juga?” ledeknya sambil berbisik. “Kan lain jurusan,” aku membela diri. “Adik-nya jurusan roman-romanan, Mbak-nya jurusan … “ Aku tidak melanjutkan kata-kataku, tangan Mbak Indah sudah lebih dulu memencet hidungku. Selebihnya kami lebih banyak diam sambil tiduran selama perjalanan. *** Yang disebut kamar kos oleh Mbak Indah ternyata sebuah faviliun. Faviliun yang ditinggali Mbak Indah kecil tapi nampak lux, didukung lingkungannya yang juga perumahan mewah. “Kok bengong, ayo masuk,” Mbak Indah mencubit lenganku. “Peraturan di sini cuman satu, dilarang mengganggu tetangga. Jadi, cuek adalah cara paling baik.” Aku langsung merebahkan tubuhku di karpet ruang depan, sementara setelah meletakkan hand-bag-nya di dekat kakiku, Mbak Indah langsung menuju kulkas yang sepertinya terus on. “Nih, minum dulu, habis itu mandi,” kata Mbak Indah sambil menuangkan air dingin ke dalam gelas. “Kan tadi udah mandi Mbak,” kataku. “Ih, jorok. Males aku deket-deket orang jorok,” Mbak Indah tampak cemberut. “Kalau gitu, aku duluan mandi,” katanya sambil menyambar hand-bag dan menuju kamar. Aku lihat Mbak Indah tidak masuk kamar, tapi hanya membuka pintu dan memasukkan hand-bag-nya. Setelah itu dia berjalan ke belakang ke arah kamar mandi. “Mbak,” Mbak Indah berhenti dan menoleh mendengar panggilanku. “Aku mau mandi, tapi bareng ya?” “Ih, maunya .. “ Mbak Indah menjawab sambil tersenyum. Melihat itu aku langsung bangkit dan berlari ke arah Mbak Indah. Langsung kupeluk dia dari belakang tepat di depan pintu kamar mandi. Kusibakkan rambutnya, kuciumi leher belakangnya, sambil tangan kiriku mengusap-usap pinggulnya yang masih terbungkus kulot. Terdengar desahan Mbak Indah, sebelum dia memutar badan menghadapku. Kedua tangannya dilingkarkan ke leherku. “Katanya mau mandi?” setelah berkata itu, lagi-lagi hidungku jadi sasaran, dipencet dan ditariknya sehingga terasa agak panas. Setelah itu diangkatnya kaosku, dilepaskannya sehingga aku bertelanjang dada. Kemudian tangannya langsung membuka kancing dan retsluiting jeans-ku. Lumayan cekatan Mbak Indah melakukannya, sepertinya sudah terbiasa. Seterusnya aku sendiri yang melakukannya sampai aku sempurna telanjang bulat di depan Mbak Indah. “Ih, nakal,” kata Mbak Indah sambil menyentil rudalku yang terayun-ayun akibat baru tegang separo. “Sakit Mbak,” aku meringis. “Biarin,” kata Mbak Indah yang diteruskan dengan melepas blouse-nya kemudian kaos hitamnya, sehingga bagian atasnya tinggal BH warna hitam yang masih dipakainya. Aku tak berkedip memandangi sepasang toket Mbak Indah yang masih tertutup BH, dan Mbak Indah tidak melanjutkan melepas pakainnya semua sambil tersenyum menggoda padaku. Birahi benar-benar sudah tak bisa kutahan. Langsung kuraih dan naikkan BH-nya, sehingga sepasang toket-nya yang besar itu terlepas. “Ih, pelan-pelan. Kalau BH-ku rusak, emangnya kamu mau ganti,” lagi-lagi hidungku jadi sasaran. Tapi aku sudah tidak peduli. Sambil memeluknya mulutku langsung mengulum tokenya yang sebelah kanan. Mbak Indah tidak berhenti mendesah sambil tangannya mengusap-usap rambutku. Aku makin bersemangat saja, mulutku makin rajin menggarap toketnya sebelah kanan dan kiri bergantian. Kukulum, kumainkan dengan lidah dan kadang kugigit kecil. Akibat seranganku yang makin intens itu Mbak Indah mulai menjerit-jerit kecil di sela-sela desahannya. Beberapa menit kulakukan aksi yang sangat dinikmati Mbak Indah itu, sebelum akhirnya dia mendorong kepalaku agar terlepas dari toketnya. Mbak Indah kemudian melepas BH, kulot dan CD-nya yang juga berwarna hitam. Sementara bibirnya nampak setengah terbuka sambil mendesi lirih dan matanya sudah mulai sayu, pertanda sudah horny berat. Belum sempat mataku menikmati tubuhnya yang sudah telanjang bulat, tangan kananya sudah menggenggam rudalku. Kemudian Mbak Indah berjalan mundur masuk kamar mandi sementara rudalku ditariknya. Aku meringis menahan rasa sakit, sekaligus pengin tertawa melihat kelakuan Mbak Indah itu. Mbak Indah langsung menutup pintu kamar mandi setelah kami sampai di dalam, yang diteruskan dengan menghidupkan shower. Diteruskannya dengan menarik dan memelukku tepat di bawah siraman air dari shower. Dan … “mmmmhhhh …. “ bibirnya sudah menyerbu bibirku dan melumatnya. Kuimbangi dengan aksi serupa. Seterusnya, siraman air shower mengguyur kepala, bibir bertemu bibir, lidah saling mengait, tubuh bagian depan menempel ketat dan sesekali saling menggesek, kedua tangan mengusap-usap bagian belakang tubuh pasangan, “Aaaaaahhh,” nikmat luar biasa. Tak ingat berapa lama kami melakukan aksi seperti itu, kami melanjutkannya dalam posisi duduk, tak ingat persis siapa yang mulai. Aku duduk bersandar pada dinding kamar mandi, kali ku luruskan, sementar Mbak Indah duduk di atas pahaku, lututnya menyentuh lantai kamar mandi. Kemudian kurasakan Mbak Indah melepaskan bibirnya dari bibirku, pelahan menyusur ke bawah. Berhenti di leherku, lidahnya beraksi menjilati leherku, berpindah-pindah. Setelah itu, dilanjutkan ke bawah lagi, berhenti di dadaku. Sebelah kanan-kiri, tengah jadi sasaran lidah dan bibirnya. Kemudian turun lagi ke bawah, ke perut, berhenti di pusar. Tangannya menggenggam rudalku, didorong sedikit ke samping dengan lembut, sementara lidahnya terus mempermainkan pusarku. Puas di situ, turun lagi, dan bijiku sekarang yang jadi sasaran. Sementara lidahnya beraksi di sana, tangan kanannya mengusap-usap kepala rudalku dengan lembut. Aku sampai berkelojotan sambil mengerang-erang menikmati aksi Mbak Indah yang seperti itu. Pelahan-lahan bibirnya merayap naik menyusuri batang rudalku, dan berhenti di bagian kepala, sementara tangannya ganti menggenggam bagian batang. Kepala rudalku dikulumnya, dijilati, berpindah dan berputar-putar, sehingga tak satu bagianpun yang terlewat. Beberapa saat kemudian, kutekan kepala Mbak Indah ke bawah, sehingga bagian batanku pun masuk 2/3 ke mulutnya. Digerakkannya kepalanya naik turun pelahan-lahan, berkali-kali. Kadang-kadang aksinya berhenti sejenak di bagian kepala, dijilati lagi, kemudian diteruskan naik turun lagi. Pertahananku nyaris jebol, tapi aku belum mau terjadi saat itu. Kutahan kepalanya, kuangkat pelan, tapi Mbak Indah seperti melawan. Hal itu terjadi beberapa kali, sampai akhirnya aku berhasil mengangkat kepalanya dan melepas rudalku dari mulutnya. Kuangkat kepala Mbak Indah, sementara matanya terpejam. Kudekatkan, dan kukulum lembut bibirnya. Pelan-pelan kurebahkan Mbak Indah yang masih memejamkan mata sambil mendesis itu ke lantai kamar mandi. Kutindih sambil mulutku melahap kedua toketnya, sementara tanganku meremasnya bergantian. Erangannya, desahannya, jeritan-jeritan kecilnya bersahut-sahutan di tengah gemericik siraman air shower. Kuturunkan lagi mulutku, berhenti di gundukan yang ditumbuhi bulu lebat, namun tercukur dan tertata rapi. Beberapa kali kugigit pelan bulu-bulu itu, sehingga pemiliknya menggelinjang ke kanan kiri. Kemudian kupisahkan kedua pahanya yang putih,besar dan empuk itu. Kubuka lebar-lebar. Kudaratkan bibirku di bibir memeknya, kukecup pelan. Kujulurkan lidahku, kutusuk-tusukan pelan ke daging menonjol di antar belahan memek Mbak Indah. Pantat Mbak Indah mulai bergoyang-goyang pelahan, sementara tangannya menjambak atau lebih tepatnya meremas rambutku, karena jambakannya lembut dan tidak menyakitkan. Kumasukkan jari tengahku ku lubang memeknya, ku keluar masukkan dengan pelan. Desisan Mbak Indah makin panjang, dan sempat ku lirik matanya masih terpejam. Kupercepat gerakan jariku di dalam lubang memeknya, tapi tangannya langsung meraih tanganku yang sedang beraksi itu dan menahannya. Kupelankan lagi, dan Mbak melepas tangannya dari tanganku. Setiap kupercepat lagi, tangan Mbak Indah meraih tanganku lagi, sehingga akhirnya aku mengerti dia hanya mau jariku bergerak pelahan di dalam memeknya. Beberapa menit kemudian, kurasakan Mbak Indah mengangkat kepalaku menjauhkan dari memeknya. Mbak Indah membuka mata dan memberi isyarat padaku agar duduk bersandar di dinding kamar mandi. Seterusnya merayap ke atasku, mengangkang tepat di depanku. Tangannya meraih rudalku, diarahkan dan dimasukkan ke dalam lubang memeknya. “Oooooooooooohh ,” Mbak Indah melenguh panjang dan matanya kembali terpejam saat rudalku masuk seluruhnya ke dalam memeknya. Mbak Indah mulai bergerak naik-turun pelahan sambil sesekali pinggulnya membuat gerakan memutar. Aku tidak sabar menghadapi aksi Mbak Indah yang menurutku terlalu pelahan itu, mulai kusodok-sodokkan rudalku dari bawah dengan cukup cepat. Mbak Indah menghentikan gerakannya, tangannya menekan dadaku cukup kuat sambil kepala menggeleng, seperti melarangku melakukan aksi sodok itu. Hal itu terjadi beberapa kali, yang sebenarnya membuatku agak kecewa, sampai akhirnya Mbak Indah membuka matanya, tangannya mengusap kedua mataku seperti menyuruhkan memejamkan mata. Aku menurut dan memejamkan mataku. Setelah beberapa saat aku memejamkan mata, aku mulai bisa memperhatikan dengan telingaku apa yang dari tadi tidak kuperhatikan, aku mulai bisa merasakan apa yang dari tadi tidak kurasakan. Desahan dan erangan Mbak Indah ternyata sangat teratur dan serasi dengan gerakan pantatnya,sehingga suara dari mulutnya, suara alat kelamin kami yang menyatu dan suara siraman air shower seperti sebuah harmoni yang begitu indah. Dalam keterpejaman mata itu, aku seperti melayang-layang dan sekelilingku terasa begitu indah, seperti nama wanita yang sedang menyatu denganku. Kenikmatan yang kurasakan pun terasa lain, bukan kenikmatan luar biasa yang menhentak-hentak, tapi kenikmatan yang sedikit-sedikit, seperti mengalir pelahan di seluruh syarafku, dan mengendap sampai ke ulu hatiku. Beberapa menit kemudian gerakan Mbak Indah berhenti pas saat rudalku amblas seluruhnya. Ada sekitar 5 detik dia diam saja dalam posisi seperti itu. Kemudian kedua tangannya meraih kedua tanganku sambil melontarkan kepalanya ke belakang. Kubuka mataku, kupegang kuat-kuat kedua telapak tangannya dan kutahan agar Mbak Indah tidak jatuh ke belakang. Setelah itu pantatnya membuat gerakan ke kanan-kiri dan terasa menekan-nekan rudal dan pantatku. “Aaa .. aaaaaa … aaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhh,” desahan dan jeritan kecil Mbak Indah itu disertai kepala dan tubuhnya yang bergerak ke depan. Mbak Indah menjatuhkan diri padaku seperti menubruk, tangannya memeluk tubukku, sedang kepalanya bersandar di bahu kiriku. Ku balas memeluknya dan kubelai-belai Mbak Indah yang baru saja menikmati orgasmenya. Sebuah cara orgasme yang eksotik dan artistik. Setelah puas meresapi kenikmatan yang baru diraihnya, Mbak Indah mengangkat kepala dan membuka matanya. Dia tersenyum yang diteruskan mencium bibirku dengan lembut. Belum sempat aku membalas ciumannya, Mbak Indah sudah bangkit dan bergeser ke samping. Segera kubimbing dia agar rebahan dan telentang di lantai kamar mandi. Mbak Indah mengikuti kemauanku sambil terus menatapku dengan senyum yang tidak pernah lepas dari bibirnya. Kemudian kuarahkan rudalku yang rasanya seperti empot-empotkan ke lubang memeknya, kumasukkan seluruhnya. Setelah amblas semuanya Mbak Indah memelekku sambil berbisik pelan. “Jangan di dalam ya sayang, aku belum minum obat,” aku mengangguk pelan mengerti maksudnya. Setelah itu mulai kugoyang-goyang pantatku pelan-pelan sambil kupejamkan mata. Aku ingin merasakan kembali kenikmatan yang sedikit-sedikit tapi meresap sampai ke ulu hati seperti sebelumnya. Tapi aku gagal, meski beberapa lama mencoba. Akhirnya aku membuat gerakan seperti biasa, seperti yang biasa kulakukan pada tante Ani atau Nita. Bergerak maju mundur dari pelan dan makin lama makin cepat. “Aaaah… Hoooohh,” aku hampir pada puncak, dan Mbak Indah cukup cekatan. Didorongnya tubuhku sehingga rudalku terlepas dari memeknya. Rupanya dia tahu tidak mampu mengontrol diriku dan lupa pada pesannya. Seterusnya tangannya meraih rudalku sambil setengah bangun. Dikocok-kocoknya dengan gengaman yang cukup kuat, seterusnya aku bergeser ke depan sehingga rudalku tepat berada di atas perut Mbak Indah. “Aaaaaaaah … aaaaaaahhh … crottt… crotttt ..,” beberapa kali spermaku muncrat membasahi dada dan perut Mbak Indah. Aku merebahku tubuhku yang terasa lemas di samping Mbak Indah, sambil memandanginya yang asyik mengusap meratakan spermaku di tubuhnya. “Hampir lupa ya?” lagi-lagi hidungku jadi sasarannya waktu Mbak Indah mengucapkan kata-kata itu. *** Selama di bus dalam perjalanan pulang aku memejamkan mata sambil mengingat-ingat pengalaman yang baru saja ku dapat dari Mbak Indah. Saat di kamar mandi, dan saat mengulangi sekali lagi di kamarnya. Seorang wanita dengan gaya bersetubuh yang begitu lembut dan penuh perasaan. “Kalau sekedar mengejar kepuasan nafsu, itu gampang. Tapi aku mau lebih. Aku mau kepuasan nafsuku selaras dengan kepuasan yang terasa di jiwaku.” Kepuasan yang terasa di jiwa, itulah hal yang kudapat dari Mbak Indah dan hanya dari Mbak Indah, karena kelak setelah gonta-ganti pasangan, tetap saja belum pernah kudapatkan kenikmatan seperti yang kudapatkan dari Mbak Indah. Kepuasan dan kenikmatan yang masih terasa dalam jangka waktu yang cukup lama meskipun persetubuhan berakhir. “Ingat ya, jangan pernah sekali-kali kamu lakukan sama Sarah. Kalau sampai kamu lakukan, aku tidak akan pernah memaafkan kamu!” Aku terbangun, rupanya dalam tidurku aku bermimpi Mbak Indah memperingatkanku tentang Sarah, adiknya. Dan bus pun sudah mulai masuk terminal. cerita dewasacerita hotcerita sekscerita sex
PadaMinggu ini saya ingin membagikan sebuah kisah Cerita Sex Mandi Bareng Tante Dewi Semoga anda semua menyukainya - Matahari bersinar sangat terik hari ini aku ada kuliah, tetapi rasanya udara sangat panas, ruang kuliah yang biasanya sejuk menjadi terasa pengap. "Wah enaknya selesai kuliah pergi ke Mall," pikirku.
Nama Gw Serlina namun teman teman mangil gw erlin, gw mahasiswi ekonomi Universitas Negeri. Semenjak dua tahun yang lalu, saat diterima kuliah di Universitas Negeri itu, Gw tinggal di Bandung. Gw berasal dari Sukabumi, ayah gw berasal dari Bandung, sedangkan ibu gw asli Sukabumi. Mereka tinggal di Sukabumi. Cerita Sex Sedarah ini menceritakan kisahku yang terjadi saat Gw kelas 1 SMU di waktu Gw masih tingal di Sukabumi dan cerita dewasa ini masih terus berlanjut sampai detik ini!gw terus kecanduan ngentot ama adik kandung gw sendiri Cerita Dewasa-Memekku Dientot Adikku di Kamar Mandi Gw anak yang paling tua dari tiga bersaudara. Gw mempunyai satu adik laki-laki dan satu adik perempuan. Umurku berbeda 1 tahun dengan adik lelakiku namu adik perempuanku beda lagi 10 tahun. Kami sangat dimanja oleh orang tua kami, sehingga tingkahku yang tomboy dan suka maksa pun tidak dilarang oleh mereka. Begitupun dengan adikku yang tidak mau disunat walaupun dia sudah kelas 2 SMP. Cerita Dewasa-Memekku Dientot Adikku di Kamar Mandi Waktu kecil, Gw sering mandi bersama bersama adik gw, tetapi sejak dia masuk Sekolah Dasar, kami tidak pernah mandi bersama lagi. Walaupun begitu, Gw masih ingat betapa kecil dan keriputnya penis adik gw. Sejak saat itu, Gw tidak pernah melihat lagi penis adik gw. Sampai suatu hari, Gw sedang asyik telpon dengan teman cewekku. Gw telpon berjam-jam, kadang tawa keluar dari mulutku, kadang kami serius bicara tentang sesuatu, sampai akhirnya Gw rasakan kandung kemihku penuh sekali dan Gw kebelet pengen pipis. Benar-benar kebelet pipis sudah di ujung lah. Cepat-cepat kuletakkan gagang telpon tanpa permisi dulu sama temanku. Gw berlari menuju ke toilet terdekat. Ketika kudorong ternyata sedang dikunci. Cerita Dewasa-Memekku Dientot Adikku di Kamar Mandi hallow..! Siapa di dalam buka dong..! Udah nggak tahan..! Gw berteriak sambil menggedor-gedor pintu kamar mandi Iyaaaaaaa..! Wait..! ternyata adikku yang di dalam. Terdengar suaranya dari dalam. Nggak bisa nunggu..! Cepetan..! kata Gw memaksa. aduhhhhhhhh….. Gw benar-benar sudah tidak kuat menahan ingin pipis. kreottttttt..! terbuka sedikit pintu toilet, kepala adikku muncul dari celahnya. Cerita Dewasa-Memekku Dientot Adikku di Kamar Mandi Ada apa sih kak? katanya. Tanpa menjawab pertanyaannya, Gw langsung nyerobot ke dalam karena sudah tidak tahan. Langsung Gw jongkok, menaikkan rokku dan membuka celana dalamku. criitttttt keluar air seni dari vagina Gw. Kulihat adikku yang berdiri di depanku, badannya masih telanjang bulat. Yeahhhhh..! Sopan dikit napa kak? teriaknya sambil melotot tetap berdiri di depanku. Waitttt..! Udah nggak kuat nih, kata Gw. Sebenarnya Gw tidak mau menurunkan pandangan mata Gw ke bawah. Tetapi sialnya, turun juga dan akhirnya kelihatan deh burungnya si adik gw. Cerita Dewasa-Memekku Dientot Adikku di Kamar Mandi hahahahah.. Masih keriput kayak dulu, cuma sekarang agak gede dikit kataku dalam hati. Gw takut tertangkap basah melihat kontolnya, cepat-cepat kunaikkan lagi mata Gw melihat ke matanya. Eh, ternyata dia sudah tidak melihat ke mata Gw lagi. Sialan..! Dia lihat vagina Gw yang lagi mekar sedang pipis. Cepat-cepat kutekan sekuat tenaga otot di vagina Gw biar cepat selesai pipisnya. Tidak sengaja, kelihatan lagi burungnya yang masih belum disunat itu. Sekarang penisnya kok pelan-pelan semakin gemuk. Makin naik sedikit demi sedikit, tapi masih kelihatan lemas dengan kulupnya masih menutupi helm penisnya. Sialan nih adikku. Malah ngeliatin lagi, mana belum habis nih air kencing..! Gw bersungut dalam hati. o0oooo.. Kayak gitu ya Kak..? katanya sambil tetap melihat ke vagina Gw. Eh kurang ajar Lu ya dik! langsung saja Gw berdiri mengambil gayung dan kulemparkan ke kepalanya. Kletokkkk..! kepala adikku memang kena pukul, tetapi hasilnya air kencingku kemana-mana, mengenai rok dan celana dalamku. Cerita Dewasa-Memekku Dientot Adikku di Kamar Mandi Ya… basah deh rok kakak… katGw melihat ke rok dan celana dalamku. Syukurin..! Makanya jangan masuk seenaknya..! katanya sambil mengambil gayung dari tanganku. Mandi lagi ahh..! lanjutnya sambil menyiduk air dan menyiram badannya. Terus dia mengambil sabun dan mengusap sabun itu ke badannya. Waduh.., sialan nih adik gw! sungutku dalam hati. Waktu itu Gw bingung mau gimana nih. Mau keluar, tapi Gw jijik pake rok dan celana dalam yang basah itu. Akhirnya kuputuskan untuk buka celana dalam dan rokku, lalu pinjam handuk adikku dulu. Setelah salin, baru kukembalikan handuknya. Cerita Dewasa-Memekku Dientot Adikku di Kamar Mandi Udah.., pake aja handuk Gw kak! kata adikku. Sepertinya dia mengetahui kebingunganku. Kelihatan kontolnya mengkerut lagi. Jadi lucu lagi gitu..! Hihihi..! dalam hatiku. Gw lalu membuka celana dalam gw yang warnanya merah muda, lalu dilanjutkan dengan membuka rok. Kelihatan lagi deh memek Gw. Gw takut adikku melihatku dalam keadan seperti itu. Jadi kulihat adik gw. Eh sialan, dia memang memperhatikan Gw yang tanpa celana. Cerita Dewasa-Memekku Dientot Adikku di Kamar Mandi kakak Memek tu emang gemuk kayak gitu ya..? kakakaka..! katanya sambil nyengir. Sialan, dia menghina vagina Gw, Daripada culun kayak punya lhoo..! kata Gw sambil memukul bahu adik gw. Eh tiba-tiba dia berkelit, wakzzzzzz..! katanya. Karena Gw memukul dengan sekuat tenaga, akhirnya Gw terpeleset. Punggungku jatuh ke tubuhnya. Kena deh pantatku ke penisnya. Iiihhh.., rasanya geli banget..! cepat-cepat kutarik tubuhku sambil bersungut, Huh..! kakak sih..! kak.. kata Kakak tadi culun, kalau kayak gini culun nggak..? katanya mengacuhkan omonganku sambil menunjuk ke penisnya. Kulihat penisnya mulai lagi seperti tadi, pelan-pelan semakin gemuk, makin tegak ke arah depan. Cerita Dewasa-Memekku Dientot Adikku di Kamar MandiYa.. gitu doang..! Masih kayak anak SD ya..? kata Gw mengejek dia. Padahal Gw kaget juga, ukurannya bisa bertambah begitu jauh. Ingin juga sih tahu sampai dimana bertambahnya. Iseng Gw tanya, Gedein lagi bisa nggak..? kata Gw sambil mencibir. Bisa..! Tapi kakak harus bantu dikit dong..! katanya lagi. Megangin ya..? Wisssss.., ya nggak mau lah..! kataku. Bukan..! kakak taruh ludah aja di atas kontolku..! jawabnya. Karena penasaran ingin melihat penis cowok kalau lagi penuh, kucoba ikuti perkataan dia. Gitu doang kan..? Mau kakak ngeludahin Kamu mah. Dari dulu Kakak pengen ngeludahin Kamu” ujarku Sialan nih adikku, Gw dikerjain. Kudekatkan kepal Gw ke arah penisnya, lalu Gw mengumpulkan air ludahku. Tapi belum juga Gw membuang ludahku, kulihat penisnya sudah bergerak, kelihatan penisnya naik sedikit demi sedikit. Diameternya makin lama semakin gede, jadi kelihatan semakin gemuk. Dan panjangnya juga bertambah. keren banget melihatnya. Geli di sekujur tubuh melihat itu semua. Tidak lama kepala penisnya mulai kelihatan di antara kulupnya. Perlahan-lahan mendesak ingin keluar. Wahh..! Bukan main perasaan senangku waktu itu. Gw benar-benar asyik melihat helm itu perlahan muncul. Cerita Dewasa-Memekku Dientot Adikku di Kamar Mandi Akhirnya bebas juga kepala penis itu dari halangan kulupnya. Penis adikku sudah tegang sekali. Menunjuk ke arahku. Warnanya kini lebih merah. Gw jadi terangsang melihatnya. Kualihkan pandangan ke adikku. Hehe… dia ke arahku. Masih culun nggak..? katanya lagi. Hehe..! Macho kan kak! katanya tetap tersenyum. Tangannya tiba-tiba turun menuju ke selangkanganku. Walaupun Gw terangsang, tentu saja Gw tepis tangan itu. Apaan sih dik..! kubuang tangannya ke kanan. Kak..! Please kakkk.. Pegang aja kak… Nggak akan diapa-apain… Gw pengen tahu rasanya megang itu-nya cewek. Cuma itu aja kak.. kata adik gw, kembali tangannya mendekati selangkangan dan mau memegang memek gw. Cerita Dewasa-Memekku Dientot Adikku di Kamar Mandi ehmmmm.. sebenarnya Gw mau jaga image, masa mau sih sama adik sendiri, tapi Gw juga ingin tahu bagaimana rasanya dipegang oleh cowok di memek!hihihii… Inget..! Jangan digesek-gesekin, taruh aja tanganmu di situ..! akhirnya Gw mengiyakan. Deg-degan juga hati ini. Tangan adik gw lalu mendekat, bulu kemaluanku sudah tersentuh oleh tangannya. Ihh geli sekali… Gw lihat penisnya sudah keras sekali, kini warnanya lebih kehitaman dibanding dengan sebelumnya. opppssttttt… Hangatnya tangan sudah terasa melingkupi vagina Gw. Geli sekali rasanya saat bibir vagina Gw tersentuh telapak tangannya. Geli-geli nikmat di syaraf vagina Gw. Gw jadi semakin terangsang sehingga tanpa dapat ditahan, vagina Gw mengeluarkan cairan. Hihihi.. kakak terangsang ya..? Enak aja… sama adik mah mana bisa terangsang..! jawabku sambil merapatkan selangkangan gw agar cairannya tidak semakin keluar. Cerita Dewasa-Memekku Dientot Adikku di Kamar Mandi Ini basah banget apaan Kak..? Itu sisa air kencing Kakak tahuuu..! kata Gw berbohong padanya. Kak… memek tu anget, empuk dan basah ya..? Tau ah… Udah belum..? Gw berlagak sepertinya Gw menginginkan situasi itu berhenti, padahal sebenarnya Gw ingin tangan itu tetap berada di situ, bahkan kalau bisa mulai bergerak menggesek bibir memek Gw. Kak… gesek-gesek dikit ya..? pintanya. Tuh kan..? Katanya cuma pegang aja..! Gw pura-pura tidak mau. Dikit aja Kak… Please..! Terserah adik aja deh..! Gw mengiyakan dengan nada malas-malasan, padahal mau banget tuh. Hihihi.. Habis enak sih… Tangan adik gw lalu makin masuk ke dalam, terasa bibir vagina Gw terbawa juga ke dalam. uhhhhhh..! Hampir saja kata-kata itu keluar dari mulut gw. Rasanya nikmat sekali. Otot di dalam vagina Gw mulai terasa berdenyut. Lalu tangannya ditarik lagi, bibir vagina Gw ikut tertarik lagi. Ouughhhhhhhhh..! akhirnya keluar juga desahan nafasku menahan rasa nikmat di vagina Gw. Badanku terasa limbung, bahuku condong ke depan. Karena takut jatuh, Gw bertumpu pada bahu adik gw. Cerita Dewasa-Memekku Dientot Adikku di Kamar MandiEnak ya kak..? Heeheee.., jawabku sambil memejamkan mata. Tangan adik gw lalu mulai maju dan mundur, kadang klitoris gw tersentuh oleh telapak tangannya. Tiap tersentuh rasanya nikmat luar biasa, badan ini akan tersentak ke depan. kak..! Adek juga pengen ngerasaain enaknya dong..! Kamu mau diapain..? jawab gw lalu membuka mata dan melihat ke arahnya. Ya pegang-pegangin juga..! katanya sambil tangan satunya lalu menuntun tanganku ke arah kontolnya. Kupikir egois juga jika Gw tidak mengikuti keinginannya. Kubiarkan tangannya menuntun tangan gw. Terasa hangat penisnya di genggaman tangan ini. Kadang terasa kedutan di dalamnya. Karena masih ada sabun di penisnya, dengan mudah Gw bisa memaju-mundurkan tanganku mengocok penisnya. Cerita Dewasa-Memekku Dientot Adikku di Kamar Mandi Kulihat tubuh adikku kadang-kadang tersentak ke depan saat tanganku sampai ke pangkal penisnya. Kami berhadapan dengan satu tangan saling memegang kemaluan dan tangan satunya memegang bahu. Tiba-tiba dia berkata, Kak..! Titit Adek sama memek Kakak digesekin aja yah..! hooh Gw langsung mengiyakan karena Gw sudah tidak tahan menahan rangsangan di dalam tubuh. Lalu dia melepas tangannya dari vagina Gw, memajukan badannya dan memasukkan penisnya di antara selangkangan gw. Terasa hangatnya batang penisnya di bibir vagina Gw. Lalu dia memaju-mundurkan pinggulnya untuk menggesekkan penisnya dengan vagina Gw. ohhhhh..! Gw kini tidak malu-malu lagi mengeluarkan erangan. Cerita Dewasa-Memekku Dientot Adikku di Kamar MandiDek… masukin aja..! Kakak udah nggak tahan..! Gw benar-benar sudah tidak tahan, setelah sekian lama menerima rangsangan. Gw akhirnya menghendaki sebuah penis masuk ke dalam memek Gw. Iya Kak..! Lalu dia menaikkan satu paha Gw, dilingkarkan ke pinggangnya, dan tangan satunya mengarahkan penisnya agar tepat masuk ke itil Gw. Gw terlonjak ketika sebuah benda hangat masuk ke dalam kemaluanku. Rasanya ingin berteriak sekuatnya untuk melampiaskan nikmat yang kurasa. Akhirnya Gw hanya bisa menggigit bibir gw untuk menahan rasa nikmat itu. Karena sudah dari tadi dirangsang, tidak lama kemudian Gw mengalami orgasme. Vagina Gw rasanya seperti tersedot-sedot dan seluruh syaraf di dalam tubuh berkontraksi. ohhhhhh..! Gw tidak kuat untuk tidak berteriak. Cerita Dewasa-Memekku Dientot Adikku di Kamar Mandi Kulihat adik gw masih terus memaju-mundurkan pinggulnya dengan sekuat tenaga. Tiba-tiba dia mendorong sekuat tenaga hingga badanku terdorong sampai ke tembok. Ouughhh..! katanya. Pantatnya ditekannya lama sekali ke arah vagina Gw. Lalu badannya tersentak-sentak melengkung ke depan. Kurasakan cairan hangat di dalam vagina Gw. Lama kami terdiam dalam posisi itu, kurasa penisnya masih penuh mengisi vagina Gw. Lalu dia mencium bibirku dan melumatnya. Kami berpagutan lama sekali, basah keringat menyiram tubuh ini. Kami saling melumat bibir lama sekali. Tangannya lalu meremas payudara dan memilin putingnya. Kak..! Kakak nungging, terus pegang bibir bathtub itu..! tiba-tiba dia berkata. Wahh..! Gila adik ya..! Udah.., ikutin aja..! katanya lagi. Cerita Dewasa-Memekku Dientot Adikku di Kamar Mandi Gw pun mengikuti petunjuknya. Gw berpegangan pada bathtub dan menurunkan tubuh bagian atasku, sehingga batang kemaluannya sejajar dengan pantatku. Gw tahu adikku bisa melihat dengan jelas vagina Gw dari belakang. Lalu dia mendekatiku dan memasukkan penisnya ke dalam vagina Gw dari belakang. uhhhhhh..! %!amp;tt..! Gw menjerit saat penis itu masuk ke dalam rongga vagina Gw. Rasanya lebih nikmat dibanding sebelumnya. Rasa nikmat itu lebih kurasakan karena tangan adikku yang bebas kini meremas-remas payudara Gw. Adikku terus memaju-mundurkan pantatnya sampai sekitar 10 menit ketika kami hampir bersamaan mencapai orgasme. Gw rasakan lagi tembakan sperma hangat membasahi rongga vagina Gw. Kami lalu berciuman lagi untuk waktu yang cukup lama. Cerita Dewasa-Memekku Dientot Adikku di Kamar Mandi Setelah kejadian itu, kami jadi sering melakukannya, terutama di kamar gw ketika malam hari saat orang tua sudah pergi tidur. Minggu-minggu awal, kami melakukannya bagaikan pengantin baru, hampir tiap malam kami bersetubuh. Bahkan dalam semalam, kami bisa melakukan sampai 4 kali. Biasanya Gw membiarkan pintu kamar gw tidak terkunci, lalu sekitar jam 2 malam, adik gw akan datang dan menguncinya. Lalu kami bersetubuh sampai kelelahan. Kini setelah Gw di Bandung, kami masih selalu melakukannya jika ada kesempatan. Kalau bukan Gw yang ke Sukabumi, maka dia yang akan datang ke Bandung untuk menyetor jatah spermanya ke memek Gw. Saat ini Gw mulai berani menelan sperma yang dikeluarkan oleh adik kandung gw sendiri! Beginilah cerita sex sedarah yang kami lakukan sampai sekarang! Terus terang gw kecanduan ngentot ama adik gw!
Menurutceritanya dia dijebak pacarnya untuk minum-minum ketika perayaan ulangtahunnya yang ke 17. Ketika dia mulai mabuk dia dibawa pacarnya dan di perkosa di hotel. Tragisnya dia diperkosa secara bergantian oleh 2 orang teman pacarnya saat itu. Paginya setelah sadar dia di antar pulang dan pacar maupun kedua temannya menghilang entah kemana.
Rangkaian rapat demi rapat siang tadi membuatku kelelahan, seakan semua energy kehidupanku terserap hanya dengan pemaparan presentasi didepan bos-bos besar yang seakan selalu memangdangku dengan sebelah mata. Padahal presentasi dari bangunan gudang dan factory ini sudah kusiapkan hampir tiga bulan malam itu, aku sudah menggelosoh lemas di ranjang sebuah kamar suatu hotel bintang empat yang kusewa. Letih, namun kupaksakan diri merevisi hal-hal, sesuai yang diminta oleh bos-bos tadi. malam, batinku pendek setelah melirik penunjuk waktu kecil yang ada di ujung layar laptopku. Aku meminimize program yang kupakai untuk bekerja, foto istriku tercinta terpampang di layar desktop cantik yang kunikahi hampir tujuh tahun yang lalu. Sepintas teringat, beberapa minggu belakangan ini, kami memang hampir tidak pernah memiliki me-time. Selain karena kesibukan – Istriku juga masih bekerja di sebuah perusahaan dengan karir yang sedang menanjak, juga karena anak pertama kami yang akhir-akhir ini menuntut perhatian sedikit dengan cepat handphone ku, berniat untuk melakukan Video call dengannya, sedikit Video Call Sex pasti bisa menurunkan ketegangan, pikirku. Aku meneleponnya dengan semangat“Hallo…” sapaku riang saat panggilan itu tersambung“Hai sayangg…” jawab istriku tak kalah riang “Hi… itu papah, say hi to papah…” lanjutnya lagi sambil menghampiri anakku, memeluknya dan mengarahkan layar handphone kepadanya“Papah… ““Hallo jagoan papah, kok seneng banget lagi main apa?”“Main cama Opa…” jawabnya nggemesin“Eh, bapak dateng sayang?” tanyaku kepada istriku yang kelihatan di layar sambil memeluk si kecil“Iya, sama ibuk, sama tante Puput” jawabnya “Katanya ada acara di sini, makanya…” jelasnya kemudianHadeh, selesai deh, batal lagi kan Me-Time dengan istriku tercinta. Gapapa sih, cuman coba aja kali aja berhasil. Dan kami masih meneruskan video call-an sampai beberapa saat, sempet menyapa bapak dan ibu mertuaku mendesah kembali diranjang hotel ku, kembali membuka laptop, browsing-browsing menghilangkan penat sambil menunggu kantuk. Entah gimana, aku tiba-tiba terdampar disalah satu grup Facebook yang menawarkan escort dikota ini. Iseng, ku klik salah satunya yang membuatku tertarik, kubaca profilenya singkatDisertai foto yang disensor mukanya dengan emoticon, tetapi masih menampilkan body yang sangat sensual, walau sebenernya aku sudah banyak melihat foto-foto seperti itu, tetapi entah mengapa foto itu begitu menarik perhatianku. Atau aku-nya aja yang lagi sange akibat lama tidak… gituan…Ditelpun enggak ya? Gumanku bergumul dengan akal sehatku sendiri. Ya, aku memang bekas orang nakal, tetapi, semenjak menikah, aku tidak pernah nakal lagi. Tapi…Ah, jangan-jangan penipuan? Minta DP lalu setelah dikasih, dia menghilang… batinku lagiAh, 250K ini, kalau mau nipu, biar jadi duri dalam dagingnya ajah, ikhlasin!Tapi… Aku masih ragu…-“Hallo…” kata suara diujung telepon. Ya, akhirnya tak beraniin juga nelepon. Akal sehat dan kesetiaan 0 – Setan 1 . Hadeh! Kalah juga!“Iya… ee, bisa BO malam ini mba? Saya di Santika Premiere…” jawabku ragu“Bisa” jawabnya pendek-Dan aku menunggu, dia bilang suruh nunggu sekitar 45menit, untuk siap-siap dan jalan, setelah tadi deal dan aku men-transfer DP ke rekening dengan nama laki-laki. Ah, masa harus kujabarkan dengan rinci sih tata-cara nya? Kayak suhu belum pernah BO aja! Hehehe…Hampir satu jam aku menunggu. Hadeh, batinku, kena tepu deh!Tapi gak-apa-apa, itung-itung aku masih dijagain sama malaikat dari perbuatan zina malam ini, belaku dalam hati sambil tersenyum geleng-geleng. Ada-ada ajah!Yawis!Aku lalu beranjak ke kamar mandi, mandi trus bobo. Itu rencana terbaikku untuk malam iniDan saat aku sudah selesai mandi, pas handukan, kudengar pintu kamarku diketukEh?Cepat-cepat kuselesaikan proses handukan itu, trus menuju kamar, buat bukain pintu, hanya berlilit handuk di pinggangSampai didepan pintu, aku malah mendadak semakin gamang. Kuberanikan mengintip keluar melalui lubang intip di pintu. Eh, tau kan, lobang pintu hotel yang itu?Kulihat seorang wanita berdiri didepan pintu kamar-ku mengenakan mini dress putih sexy yang press mata untuk melihat mukanya lebih jelas. Dan jantungku hampir saja berhenti!DEG!!What the Hell?Aku masih kurang percaya, kali-kali aja cuman mirip. Kuintip sekali lagi…Shit! Kalau ini disebut kemiripan, maka ini kelasnya kembar identik siam, nempel di jidat!Wajah wanita itu…Begitu kukenali…Jangan-jangan beneran…“Mampus!!” jeritku dalam hatiDan wanita itu mengetuk lagi“Permisi…” ujarnya lirih sopan“Anjinggg!! Mampus gue!! Mampusss!!!” Aku menyumpah-nyumpah dalam hati dan aku semakin salah tingkahDan wanita itu mengetok lagi “Mas? Permisi…”Setelah membulatkan tekad diiringi tarikan nafas panjang berkali-kali, akhirnya pintu itu kubuka jugaBegitu pintu kubuka, wanita itu sepontan membeliak kaget…-Wanita muda itu duduk tertunduk malu disofa kamar hotel“Eeee… kamu sudah lama… kerja seperti ini Rik?” desis-ku tak kalah malu dengan wanita itu, sambil juga menunduk. Yep, aku kenal wanita itu. Namanya Rika. Dia…“Jangan bilang-bilang bapak, atau siapapun ya mas…” desisnya masih dengan menunduk, hampir menangis“Enggak lah, aku juga… eh…” sial, malu beneran akuNamanya Rika, dia… Adik iparku…Dia memang ikut ke Surabaya bersama dengan suaminya, Karena suaminya memang katanya mendapatkan pekerjaan di sana“Aku terpaksa mas, suamiku kena PHK beberapa bulan lalu… aku…” ngakunya…“Eh? Kenapa gak cerita sama mas, atau kakak-mu? Kan…” Aku mulai menguasai diri, bagaimanapun, aku kakaknya, walau hanya kakak ipar, tapi aku harus lebih dewasa darinya“Kami malu mas…” jawabnya“Dan suami-mu tau kalau kamu kerja ginian?” tanyaku lagi, sedikit menginterogasi“Tau mas, kami terpaksa…”“Trus nomor rekening tadi? Namanya cowok?”“Iya mas, dia temen suamiku, dia yang mengenalkan kami didunia seperti ini…” desisnya, kali ini benar-benar hampir menangis“Germo? Gilak !!” desisku…Rika semakin menunduk“Trus gimana ini? Aku cancel atau gimana? Yang ini, biar jadi rahasia kita berdua, hanya kuharap, kita bisa membicarakan masalah ini… kita akan mencai solusi bersama…” kataku sedikit menekankan kata rahasia. Ya, you know lah!“Terserah mas saja…” jawabnya masih dengan menunduk“Kamu, benar-benar butuh uangnya?”“Anu… eh, iya mas… anu…”“Anu apa?”“GM ku galak mas, kalau di cancel, nanti dikira saya ogah-ogahan, atau bikin tamu tidak nyaman, kami sudah terlanjur menerima persekot dari dia diawal kita perjanjian kerja dulu. Dengan peraturan, saya tidak akan pilih-pilih tamu, dan kalau tamu sampai cancel, saya pasti yang disalahkan. Aku… takut mas…”“Ya Tuhan Rik… kok bisa kamu terjebak seperti ini?” desisku melasRika malah mulai terisak-isakAku mendengus, berdiri menuju tas kerjaku, mengambil amplop yang masih berisi uang sekitar 5jutaan, cuman kepakai sedikit buat bayar taxi tadi. Cash itu sejatinya kuambil buat saku perjalanan-ku. Lalu mengulurkan ke Rika, yang diterimanya dengan gamang“Apa ini mas?”“Ambil aja” jawabku pendek “Dan kita harus membicarakan hal ini untuk mencari solusinya secepatnya, aku juga pengen bicara dengan suamimu”Rika malah mulai menangis “Jangan mas, Rika takut, mas Hendra galak akhir-akhir ini…” jawabnya semakin terisak“Justru itu, aku nanti yang akan menangani Hendra. Mau lihat, segalak apa dia kalau sama aku” jawabku mulai marah, entah kenapa juga aku rasanya tiba-tiba marah mendengar kata-kata adik iparku itu barusan“Ampun mas, jangan mas… aku… aku masih mencintai mas Hendra mas…” ngakunya semakin terisak“Cinta?” dengusku tambah marah, lalu geleng-geleng kepala. Cinta? Hadeh…Inikah yang namanya cinta itu buta? Bangsad bener…“Yaudah, terserah Rika aja, yang pasti kita harus membicarakan hal ini secepatnya” jawabku“Trus saya sekarang gimana mas?”“Maksudnya?” tanyaku, gak ngeh dengan pertanyaan iparku itu“Aku gak bisa pulang sekarang mas, kalau aku pulang, trus mereka pasti nanya-nanya…”“Trus?” tanyaku lagi“Aku juga bingung mas…” jawabnya tak memberikan solusi“Ah…” aku garuk-garuk kepala dengan gemas “Yaudah, Rika mas bokingin kamar disini, istirahat dulu, baru besok pagi rika pulang” putusku tagas“Terserah mas Adri saja, Rika ngikut mas aja…” desisnya, masih disela isak kecilnyaAku melangkah ke telepon hotel buat nelepon resepsionis dengan geleng-geleng kepala“Mas…” panggil Rika“Apa lagi?” jawabku malas“Kalau boleh, tidak usah saja mas, Rika tidur disini saja, dilantai gak papa, biar tidak lebih merepotkan mas Adrian…”Aku berhenti, melirik rika sekilas dan memutar arah. Kuhempaskan pantatku dengan keras ke ranjang hotel, duduk sambil mengucek-kucek mata dengan gemas. Kayak, tiba-tiba serasa migraine aja nih kepalaRika tiba-tiba berdiri, aku meliriknya sekilas“Rika mau ke kamar mandi sebentar mas” ijin-nya pendekAku hanya mengangguk sambil kembali memengucek-ucek mata dan dahiku sendiri. Ealah, kok ya malah jadi gini to ya… pikirku, menyesali keisanganku untuk coba-coba berbuat nakal malam ini, tetapi di satu sisi, aku juga bersyukur, kalau tidak begini, mungkin aku tidak akan pernah tau apa yang menimpa adik iparku selama sedikit lama Rika di kamar mandi, entah kenapa aku juga mulai khawatir, takut Rika melakukan hal-hal nekad, anak itu sifatnya memang sedikit nekat. Aku berdiri menghampiri kamar mandi dan kuketuk perlahan“Rik… Rika… kamu tidak apa-apa kan?” panggilku, tak ada jawaban. Aku semakin khawatir, kuputar gagang pintu itu. Tak kusangka Rika, entah lupa atau sengaja tidak mengunci pintu kamar mandinya. Aku masuk dan kulihat Rika menjeplok di pojokan shower sambil memeluk lututnya sendiri, menangis ya mas… aku…” ujar Rika dengan mata sembab, melepaskan diri dari pelukanku, setelah tadi berhasil ku-gusur dari kamar mandi ke ranjangku. Lalu melanjutkan tangisannya di sana. Aku memeluk, untuk menenangkannya“yaudah, kamu sekarang tenang dulu, trus ganti bajunya, basah nih kamu sembarangan duduk di lantai shower yang masih basah… ntar masuk angin lagi kalau bobo pakai baju basah” ujarku sambil membelai rambutnya dengan sayang“Aku gak bawa baju ganti mas…” jawabnya pendek“Hadeh, pakai tuh kimono hotel” perintahku pendekRika kembali kekamar mandi, setelah tadi mengambil kimono hotel yang masih ada di lemari. Kali ini tidak lama kemudian dia keluar. Wajahnya Nampak lebih segar, mungkin dia tadi cuci muka juga. Berjalan dengan santai ke-arah tas kecilnya yang dia taruh di meja, membawa bajunya yang digulung dengan sembarangan“Dihanger aja bajunya, jangan di gulung seperti itu, biar kering, besok bisa kamu pakai lagi, mungkin kalau di hanger semalam bisa agak kering” saran-ku pendek“Iya mas” jawabnya nurut. Tapi saat Rika membuka gulungan baju itu, tanpa dia sadar, sesuatu jatuh dari gulungan itu. Jatuh kelantai, kulihat sekilas, sebuah celana dalam model Thong warna merah yang super sexy. Anjir, tiba-tiba pikiranku langsung ngeres. Kayak ngebayangin Rika memakai tuh cancut. Hadeh, pikiran model apa pula ini, dia kan adik-ku, adik ipar sih…“Jatuh tuh” kataku sambil menunjuk ke benda lahnat yang sempat meng-Iblis kan pikiranku walau hanya sekejap“Eh, maap, tadi ternyata ikutan basah, jadi kulepas sekalian hehehe…” kekeh Rika pendek sambil mengambil cancut merah itu, Rika sekarang sudah agak bisa tersenyum becandaan. Pada dasarnya Rika ini anaknya emang asik, easy going dan selalu riang. Kadang, dulu aku suka curhat sama dia pas ada kesempatan kalau cangcut itu dia lepas berarti, dibalik kimono itu, dia tidak pakai…Ah…Si-Iblis ini lagi, Menuhin pikiranku dengan kemesuman!Rika berjalan ke arahku setelah selesai menaruh bajunya di hanger dalam lemari, abis gimana, hanger hotel kan gak bisa di lepas dari lemari. Takut dicolong kali yak? Lagian, emangnya siapa sih yang mau mempertaruhkan nama baik buat sekedar nyolong hanger?Dan Rika duduk di sampingku, di bibir ranjangAku menelan ludah. Bangsad! Ngapain juga aku mesti menelan ludah?“So! Aku tidur di lantai…” katanya sambil menatapku geli“Gak usah sok kere gitu napa sih Rik?” candaku setengah jengkel “Bobo aja di ranjang, biar mas yang bobo di lantai…” lanjutku serius“Ah, sok hero!” ledeknya“Gundulmu!” maki-ku becandaanPandangan mata Rika malah kembali menerawang, ngalamun. Aku hanya memperhatikannya tanpa berkomentar“Aku tuh, terpaksa banget mas, melakukan hal seperti ini… sebenernya malu banget…” desisnya kemudianAku menggeser duduku, mendekat kearah Rika dan menarik kepalanya kearahku, memeluknya dari samping. Dan tak kusangka, Rika dengan berani membalas pelukanku“Mas tau, dan kita akan menyelesaikan hal ini, mas akan membawamu pulang…” desisku lirihRika mengeratkan pelukannya, dan kubelai rambut adik iparku tersayang ini. Kasihan benar kamu dik Rika“Matursuwun banget mas…” desisnya tak kalah lirih“Hmmm, iya… tapi…” jawabku“Tapi apa?” tanyanya songong“Tapi gak usah pake ngelus-elus dada mas juga keles, mas bisa baper ntar…” banyolku ngekek“Hihihi… maap, abis kebawa suasana, mas baik sih… hehehe…” jawabnya selebor, masih belum berhenti jug angelus-elus dadaku, malah dengan songong mentowel-towel puting dadaku. Geli keles!“Ya kalau maap, berhenti dong, ngelusnya, gimana sih?” rajuk-ku modus“Gini doang!”“Doang gundulmu!”“Emang napa?” Tanya-nya mbayol bin konyol“Lah kok emang napa? Kalau mas gak terima trus mas bales gimana?”“Bales apa?”“Ya bales ngelus dada-mu lah!”“Hahaha… bales aja, Rika udah mas booking ini!” candanya ngawur“Gundulmu!” hardik-ku becandaan sambil mentoyor jidatnya dengan sayang. Rika malah tambah ngekek“Abisnya, mas dari tadi juga telanjang dada, cuman andukan doang!”“Eh, iya juga ya?” baru nyadar juga gue “Yawis bentar, mas tak pakai baju dulu” kataku tengsin sambil berusaha bangkit. Suwer, aku emang ga nyadar kalau dari tadi semenjak Rika dateng aku emang belum pakai baju, telanjang dada, cuman belilit handuk aja, abisnya, Rika ngetok pintu pas aku mandi kan?Salah siapa jal?“Gak usah” cegah Rika pendek, sambil malah mengetatkan pelukan“Maksudlo?”“Lha iya, udah mau bobo ini, ngapain ganti baju?”“Trus? Maksudlo guwe bobo telanjang gitu?”“Iya kan lebih enak dipeluk kalau telanjang, lebih anget… hihihi…”“Gundulmu!” hardik-ku guyon, sambil berusaha bangunRika malah semakin mengeratkan pelukannya. Aku mendelik sok marah, yang dibalas nya dengan leletan lidah“Emoh… Rika masih mau peluk mas…” masih ngeyel dia“Manjamu ini memancing di air keruh deh Rik, nyadar gak sih? Lepasin ga?” protesku“Moh! Weekkkzz !!” candanya sok maja lagi sambil meleletkan lidah lagi, kali ini dibarengin sama ekspresi mata sok dijuling-julingin manja. Baru leletan lidahnya deket banget ama mukaku lagi. Lha abis gimana, posisinya kan Rika melukin aku, gimana sih?“Tak sosor baru tau rasa lu!” ancamku absurd“Sosor aja!” tantang diaAku mengernyit “Kamu sadar gak sih? Aku nih kakak-mu lho!”“Trus?” Tanya-nya songong“Ya kakak-mu! Kok-trus-sih? Nyadar gak sih?” tegasku“Kakak ipar!” jawabnya pendek“Iya, dan artinya, aku nih nikah sama kakak-mu”“Ya iyalah, itu deskripsi kakak ipar, trus masalahnya apa?” Tanya-nya tambah gak jelas“Ya masalahnya ada pada pelukan itu sendiri, monyong! Nyadar gak sih?”“Iya, trus masalahnya apa? Orang cuman pelukan ini, emang salah meluk kakak sendiri?” pembelaan diri-nya absurd“Iya masalahnya kita nih dikamar, cuman berdua, dan sama-sama setengah telanjang! Trus pelukan! Nyadar gak sih?” geli juga gue lama-lama“Trus?”“Kok trus lagi sih? Nyadar gak sih?”“Iya… trus masalahnya apa? Masalahnya apa, mas-ku tersayang…?? cuman pelukan aja kan? Orang kita juga gak ngentot ini…” jawabnya makin absurd“Omongan-lo Rik! Dijaga napa?” aku memperingatkan“Lah? Rika kan ngomong apa adanya, iya kan? Kenyataannya kita emang ga ngentot kan?”“Bahasanya lho! Please!”“Ngewe?”“RIKA!”“Iya maap… trus emang apa istilahnya?”“Bersenggama? Hehehe…” haiyah, aku malah kebawa becandaan absurd iq“KBBI banget iq, hihihi…”“Iya, tapi paham kan maksud mas?” tanyaku lagi menekankan“Paham lah mas…” desis Rika tiba-tiba sedikit lirih“Nah!” jawabku pendek“Tapi meluk mas nyaman banget, anget, trus serasa terlindungi… Aku, udah lama banget gak merasa nyaman dan terlindungi mas… “desisnya tiba-tiba terdengar sedih, pelukannya pun sedikit melonggar.“Yaudah, sini…” jawabku melas, sambil kembali memeluknya dengan sayang “Pelukan bentar sama adik sendiri, mas kira gak papa…”Rika kembali mempererat pelukannya “Lagian, meluk mas bener-bener nyaman, badan mas ber-otot, wangi lagi…”“Ya kan abis mandi, wangi lah” jawabku pendek“Mas…” desis Rika pendek, sambil mendongak menatapku“Apa?”“Aku kok tiba-tiba horny ya? Dah lama gak horny…” desisnya ngaco“OKE, lepasin!” kataku pendek, sambil melepas pelukan lahnat itu, sambil beringsut menjauh. Kali ini Rika melepaskan juga pelukannya“Becanda keles, serius amat sih mas? Hehehe…” kekehnyaAku segera berdiri dan berjalan ke arah lemari hotel, mengambil kimono dan memakainya. Hotel ini memang menyadiakan dua kimono, buat ganti kali. Handuk setengah lembab yang dari tadi melilit pinggangku kulepaskan dan kusampirkan ke kursi dengan sembarangan. Kulihat Rika sudah mulai masuk ke selimut sambil dari tadi memandangku dengan aneh“Geser” kataku pendek, sambil menuju ke ranjangRika menggeser tubuhnya, sekilas, tanpa sengaja, dada kimononya sedikit tersingkap, dan aku sekilas melihat dada putih menggembung indah berbalut Beha merah sewarna dengan cancut seksinya. Rika cepat-cepat membetulkan kimononya dan tersenyum tengil“Ups” katanyaDan aku-pun mulai berbaring disampingnya, diluar selimut, dengan pandangan menerawang, belum percaya aja sama kejadian aneh malam ini“Masuk ke selimut keles mas, gak dingin apa?” Tanya Rika songong“Gak” jawabku pendek, tapi sambil mulai memasukan badan ke selimut“Mas!” Tanya Rika pendek, sambil memiringkan badan ke arahku saat aku sudah masuk sempurna ke dalam selimut“Hmm” dengusku menjawabnya“Mas sering ya sewa escort kayak gini pas di luar kota?”“Gak pernah, iseng sekali malah nemu kamu” jawabku jujur“Boong deh!”“Jujur” jawabku pendek“Aku kok percaya ya? Hehehe…”Aku mendelik ke arah-nya“Kenapa?”“Maksudnya?”“Kenapa malam ini cari escort?”“Hmm, gak tau, lagi iseng? Lagi bego? Mas gak tau juga kenapa…”“Lagi horny?”“Omonganmu ndul!” jawabku sarkasme“Emang mba Ine ga mau kasih ya?”“Bukan gak mau, cuman beberapa minggu ini memang lagi ga memungkinkan aja…” jawabku jujur“Dan mas tiba-tiba horny berat, trus onani gak menyelesaikan masalah, trus nyari cewe bookingan?” tebaknya ngawurAku mendengus pendek, dan memandang wajah Rika. Manis banget sih anak ini sebenernya. Wajahnya memiliki kemiripan yang luar bisa dengan kakaknya, istriku. Rika beringsut semakin mendekat. Wajah kita hampir menempel“Mas…” panggilnya pendek“Hmm…” dengusku menjawabnya“Boleh peluk lagi?”“Terserah”Rika beringsut lagi, kali ini sambil menelusupkan tangannya ke dalam kerah kimono-ku. Merayapkan tangan hangat dan halusnya sampai ke punggungku dan mendengus“Badannya mas Adri anget banget… wangi…” racaunya“Hmm” aku kembali mendengus pendek. Kukira gak perlu juga menjawab statement konyol itu juga kan?“Mas…”“Hmm…” dengusku lagi“Tali kimono-nya tak lepas ya, biar bisa nempel tubuh mas, biar tambah kerasa angetnya…” Tanya-nya absurd“Serah”Lalu Rika menarik simpul kimono-ku. Selain kimono itu, aku kan tidak memakai apa-apa di dalamnya. Rika juga menarik tanganku, memposisikan-nya dibawah kepalanya, memakainya sebagai bantal, lalu menempelkan tubuh kami. Jujur aku gak tau kapan tepatnya dia melepas tali kimono-nya sendiri, yang pasti saat ini, tubuh kami benar-benar kulit kemaluanku, yang memang batangnya sudah mengeras dengan sempurna, beradu dengan rambut kemaluannya. Dan Rika mulai mengelus-elus punggungku. Dan mendesah-desah ringan“Mas…”“Hmm…”“Kontol-nya mas Adri keras banget…” desisnya sambil mengecup-ngecup ringan dadaku. Posisi kepalanya memang saat ini tenggelam di dadaku, dalam pelukan yang… ah…“Aku laki-laki normal Rik…” desis-ku pendek, sambil juga mulai mengelus-elus punggung-nya dalam pelukanku“Aku juga wanita normal mas…” desisnya lagi, sambil terus mengelus punggung, mengecup ringan dadaku bahkan kurasakan beberapa kali menjilatinya lalu mengangkat kakinya, mengapitkan-nya ke pinggulku dan menggoyang-goyangkan pinggulnya sendiri. Posisi ini, membuat kepala penisku yang batangnya sudah berdiri sempurna, menggesek-gesek mulut vaginanya yang juga kurasakan sudah sangat basah. Dan saat posisi kepala penisku berada tepat didepan liang senggamanya yang sudah sangat siap dipenetrasi itu, Rika menekan pinggulnyaCLEK…Kepala penis itu meleset, mungkin karena mulut vaginanya belum membukuka sempurna“Ahh…” aku mendesahRika menahan nafas, mengeratkan pelukannya, lalu ikut mendesah. Dan dia mencobanya lagi. Menggoyangkan pinggulnya, mencari-cari ujung batangku, memposisikan di mulut senggamanya sendri dan menekanCLEK…Meleset lagi…“Aaagghh…” kali ini Rika yang mendesahNafasku pun sudah mulai tidak teratur. Aku terangsang berat, iya. Namun, entah mengapa aku masih juga pasif. Aku hanya memeluknya sambil mengelus-elus pungung Rika, adik iparku sendiriKecupan demi kecupan kurasakan semakin intens menyusurin dadaku. Kali ini diikuti dengan jilatan-jilatan manja diputingku. Aku paling suka dijilatin di puting. Dan aku selalu dengan tidak sengaja mendesah kalau putingku di jilati. Kurasa desahanku ini juga mempengaruhi Rika. Entah bagaimana Adik iparku itu melakukannya, kurasakan kini batang kemaluanku sudah dia pegang, diarahkan ke bibir lobang senggamanya sendiri dan menggesek gesekkannya dengan bibir goa kenikmatan yang sudah sangat basah ituDan saat kepala penis itu kembali berposisi tepat di mulut vaginanya, Rika kembali menekan-kan pinggulnyaBLESS…Dan kami berdua melenguh bersamaan…“Mas…”“Hmm…” dengusku“Masukk…” desahnya manja“Kan Rika yang masukin…”“Iyaa… jangan digerakin dulu mas… biar memek Rika kebiasa dulu… kontol mas, gedeh… penuh banget rasanya memek Rika…” desisnya vulgarDan aku merasakan kedutan-kedutan erotis setelahnya“Rik, punyamu…”“Napa?”“Berkedut-kedut…”“Ahhh… iya… memek Rika keenakan dikontolin mas Adrian…” jawab rika manja sambil mendongakkan kepala dan menatapku sayu. Dan bibir indah itu kukecup. Mesra dan hangat. Dan Rika juga memagut-magut bibirku dengan erotis. Menjulurkan lidahnya untuk ku hisap yang akhirnya saling berpilin dengan lidahku“Rik…”“Ya mas…”“Apa yang kita lakukan?”“Bersenggama…” jawabnya songong, dengan kata-kata EYD yang sesuai KBBI – Kamus Besar bahasa Indonesia“Maksudku…”“Sssttt…” Jawab Rika sambil membekap mulutku dengan jemari lentiknya. Mencegahku mengatakan apapun yang ingin kukatakan. Yang mungkin saja merusak suasana ini“Rik…” desisku lagi setelah jamari itu tidak lagi mendekap mulutku“Entotin Rika mas, entotin Rika malam ini, Karena malam ini, Rika milik mas…” desahnya manjaDan aku memutar badanku. Menindih Rika yang saat ini sudah terlentang dengan pasrah dibawah-ku. Adik iparku yang manis ini, saat ini sudah kutusuk lobang kewanitaannya dengan batang penisku yang seharusnya adalah milik kakak-nya. Dan aku mulai memompa.“Ohhh… Rika…” Racauku memanggil namanya dengan sayang“Ooo… iya mas-ku sayang… genjot terus masss… eegghh… mentok mass… enaakk…”CLEK… CLEK… CLEK…JDUK… JDUK… JDUK…“Eghh… menttook Rik, sakit sayang?”“Linnuu… Linuuh enak mass… terus mass… genjot Rika mas… lebih kenceng mas… Aahhh…”Dan aku mempercepat pompaan-ku, menjelajahi lorong kenikmatan adik iparku sejauh yang bisa di lakukan oleh batang-ku. Dan Rika semakin meracau. Keringat membasahi tubuh kami berdua. Tubuh mungil adik iparku itu tersentak-sentak seiring dengan gerakan menusuk pinggulku. Namun, sesekali gerakan itu ku kombinasikan dengan putaran-putaran ritmik yang semakin memperluas jelajah batang penisku didalam sempitnya goa kenikmatan duniawi-nya“Cepetin dikit! Cepetin dikit! Teruss… Teruss… Teruss… Cepetiinn… Mass… Terusss… Dikit lagi… Cepertinnnn… Aaaaaggghhh… Aku udah mau dapet… Teruss… Teruss… Masss… dikit lagiiii… Aaagggggtth… Masss… Akuuu nyampeeee…” Racaunya yang ditutup dengan menegangnya badan memelukku dengan erat, mengapitkan kakinya di pinggulku, menahan batang yang bersarang di lobang senggamanya sedalam mungkin. Melejang-lejang sebentar dengan kalut lalu terhempas lemas dengan nafas tersenggal-senggalAku menatap wajah puas adik iparku itu sambil tersenyum. Wajah memerah yang dibalur keringat itu terlihat memiliki ekspresi kenikmatan yang ikut menghanyutkan ku. Senyumnya lepas, bersamaan dengan ekspresi kegembiraan yang sulit kudeskripsikan“Aku orgasme mas…” aku-nya disela senggalan nafasnya dalam ekspresi kesenangan yang kelihatan original banget“Orgasme itu, enak ya?”“Banget mas…” jawabnya masih dengan tersenggal“Emang kamu jarang orgasme?”“Hampir gak pernah…”“Boong deh…”“Beneran… masa mas gak bisa bedain antara orgasme asli dan palsu?”“Hmmm… maksudku, boong kalau Rika jarang orgasme…”“Hampir gak pernah…”“Sama suamimu?”“Dulu-dulu saat awal-awal kita ngwee… tapi sekarang, aku kayak gak pernah nikmatin lagi sama dia, kayak kesel terus gitu sama dia… lagian semenjak…”“Semenjak?”“Semenjak dia mulai makai… dia udah jarang ngejamah aku, juga kalau pas dia sange, bentar juga tumbang, dan punya-nya juga sudah gak bisa berdiri maksimal…” erang-nya jujur. Dan sekilas, kulihat kesedihan dimatanya“Dia narkoba?” tanyaku. Rika mengangguk“Dia semakin parah mas…”“Eh… trus sama tamu? Pastinya pernah dong dapet yang punya barang gede… hehehe…” ucapku mengalihkan pembicaraan. Jujur, kali ini aku jahat. Niatku mengalihkan pembicaraan, bukan untuk menjaga perasaannya. Melainkan menjaga suasana, apalagi aku belum keluar, kalau dia minta udahan, waduh… sia-sia dosa ini… ah…Dan kontolku yang batangnya masih ada didalam lorong jalan bayi-nya pun masih menuntut untuk diselesaikan hajatannya“Boro-boro sama tamu, pengennya juga selesai trus udahan…” erangnya“Tapi sama mas, mau udahan juga?” godaku sambil mulai menggoyangkan pinggul lagi“Hihihi…” kikik-nya binal “Emang mas bisa bikin cewek orgasme berapa kali?” tantangnya“Ya, itu sesuai dengan mood ceweknya dong…”“Tapi… meluk ma situ nyaman banget… pasti mood ceweknya juga cepet terbangun…” selorohnyaAku hanya mengangkat bahu“Tapi kok bego-nya mba Ine, sampe berminggu-minggu kontol enak kayak gini di anggurin ya?”“Bukan di anggurin, neng… tapi emang kesempatannya kadang belum memungkinkan…”“Ah, kalau aku, tak sempetin, quicky-quicky deh! Orgasme itu enak banget tauk!”“Hahaha… “aku ngakak “Emang Rika mau orgasme berapa kali malam ini?”“Hmmm… Sebanyak-banyaknya…”“Yakin?”“Hu’um…”“Kalau memek Rika sampai sakit gimana? Lecet gitu?”“Lecet enak ini… hihihi…”Dan aku mulai memgecup bibir menggoda milik adik iparku ini. Menelusuri wajah manisnya, leher jenjangnya dan membuka Beha yang sampai saat ini masih bertengger di dada membusungnya dengan sia-sia, dan mulai menjilati serta mencecapi putingnya. Dan Rika kembali melenguh…Kali ini, aku yang bertindak’Malam itu, aku menggrap adik iparku sampai menjelang subuh. Entah berapa kali dia kubuat mencapai orgasme, dan entah berapa kali aku juga orgasme disela gempuran goyangan-nya yang ternyata lebih liar dari kuda birahi. Atau berapa kali kita orgasme pagi harinya pun, saat kita mandi bareng, kita masih sempat melakukannya lagi di Bath-Tub. Memek legitnya, selain ku gempur habis-habisan dengan rudal kebanggaanku, juga kujilat dan ku cecapi dengan rakus. Batang penisku pun, tidak hanya menjelajah lobang kewanitaannya. Tenggorokan mungil adik iparku itupun juga tidak luput dari juga berjanji untuk menyelesaikan’ msalahnya dengan suaminya. Memisahkannya dan memboyongnya ke kotaku untuk memberinya masa depan yang lebih satu yang sedikit terasa mengganjalDisela-sela kebejatan yang kita lakukan hari itu, dia kelepasan bilang “Kalau three-Some dengan mbak Ine, kayaknya asyik ya mas? Kapan-kapan ku atur ah, biar bisa ngewe bertiga”Ah…Kehidupanku…Bakalan runyam??End-Tot…Eh, Tobe Conticrot ding…Eh?Enaknya diceritain gak ya?? Sesudahmandi, saya baru pakai celana dalam serta boxer waktu kakakku menyebut. "Dedeee!! Tolongin kakak dong, sepertinya AC kamar kakak ngaco deh" Demikian masuk kamarnya, kakakku telah bermandikan keringat karna kepanasan waktu dia tidur barusan hingga gaun tidurnya basah semuanya. Kucoba untuk mengutak-atik AC-nya tetapi akhirnya nihil. .
  • i8qu9g7eqe.pages.dev/575
  • i8qu9g7eqe.pages.dev/342
  • i8qu9g7eqe.pages.dev/750
  • i8qu9g7eqe.pages.dev/845
  • i8qu9g7eqe.pages.dev/63
  • i8qu9g7eqe.pages.dev/283
  • i8qu9g7eqe.pages.dev/344
  • i8qu9g7eqe.pages.dev/223
  • i8qu9g7eqe.pages.dev/262
  • i8qu9g7eqe.pages.dev/234
  • i8qu9g7eqe.pages.dev/86
  • i8qu9g7eqe.pages.dev/365
  • i8qu9g7eqe.pages.dev/390
  • i8qu9g7eqe.pages.dev/111
  • i8qu9g7eqe.pages.dev/903
  • cerita mandi bareng kakak